Chereads / Anxienty! / Chapter 10 - Prasangka

Chapter 10 - Prasangka

Celis, Hella dan Shintia pergi ke UKS memeriksa kondisi tangan Shintia.

Perawat disana memegang tangan Shintia dan berkata.

"Tulang jari-jari kamu patah, tapi setidaknya Kami bisa memberi pertolongan sedikit."

Perawatnya membalut setiap jari dan memberinya stik kecil agar tulang bisa beregenerasi.

Mereka keluar dari UKS dan Duduk di Meja makan Kantin, meski sudah jam pelajaran. Shintia malu untuk bicara dengan Celis, namun di sisi lain Celis berdiri dari kursinya.

"Aku duluan."

Berjalan sedikit menjauh dari mereka Celis melupakan sesuatu.

"Hella."

Hella masih deg-degan dibuat Celis bertingkah barbar tapi dia menghela nafas untuk menenangkan diri lalu menjawab.

"Apa?"

"Malam ini pergi kerumahku. Lagian, ga ada kisah tentang itu?"

"Ada, nanti aku datang sore."

Celis mengangguk kepala dan pergi ke kelas meninggalkan mereka.

Shintia dan Hella menghela nafas sama-sama lalu Shintia duluan bertanya.

"Siapa itu tadi?"

"Anak kelas sebelah, Celis Von D'e."

"Iyakah, aku kira dia anak kelas 3 soalnya aku jarang liat. Baru semingguan yang lalu aku liat dia jalan sama kamu Mulu."

Hella menutup mulutnya terlihat dari ekspresi nya dia tersenyum. Shintia meresponnya dengan memalingkan wajahnya karena malu.

"Aku cuma memperhatikan, ga lebih."

Hella semakin mendekatinya dan Shintia mulai tidak tahan dengan malunya lalu berteriak. Mencubit pipi Hella.

"Kenapa si kenapaaaaa"

Masih dicubitannya Hella menjawab.

"Gaoaoaaa."

Shintia melepasnya kemudian menghela nafas lagi, Hella penasaran dan bertanya.

"Terus, gimana kamu sekarang? Mau ke kelas?"

"Gatau, aku juga bingung."

Shintia terlihat murung, mungkin teringat dengan kejadian tadi yang membuatnya sedih juga kesakitan. Hella mengingat sesuatu yang mungkin membuat perasaan nya lebih baik.

"Shintia."

Raut wajah sedihnya terpancarkan oleh matanya.

"Hmm....?"

"Ikut aku."

Hella sambil tersenyum.

Setelahnya, disuatu rumah. Shintia sangat senang dan bahagia. Hella tersenyum bangga melihatnya.

Diwaktu yang sama, Di kelas, Celis tidak memperhatikan pelajaran yang di jelaskan oleh gurunya di depan dan memikirkan sesuatu sambil melamun ke jendela. Disisi lain, di kelas Suo memerhatikan gurunya kemudian dia melihat ke tangannya yang menahan tendangan Celis tadi.

Tangannya terlihat memar karena menahan, Suo kesal dengan itu.

Sore, Jam 17.47, Hella dan Shintia datang menggunakan Portal, Mereka berada depan rumah lalu Hella mengetuknya.

Celis membuka pintu, heran kenapa Shintia datang juga.

"Woi jangan bawa orang sembarangan."

"Sekali-kali, lagian dia belum pulang dari tadi."

"Ga."

"Dia juga mau ketemu kamu katanya."

Shintia hanya diam seperti batu disana, terlebih lagi matahari udah terbenam kemudian dia juga belum ganti pakaiannya.

Celis hanya menghela nafas pergi duduk ke sofa, mereka juga duduk di sofa dan di kursi.

"Shintia, Ganti bajumu di kamar sana. Kamu tidur disini malam ini."

Shintia heran bingung.

"Mana mungkin aku tidur sama kamu."

"Aku punya kamar 2, pakai aja kamar satunya. Di lemarinya ada pakaian cewek, jadinya pakai aja."

"Aku ga bisa."

Celis sedikit menaikkan nada bicaranya berkata.

"Terus, untuk apa kamu kesini? Bukannya pulang."

Hella mendengarnya langsung mengeluarkan rokok dan menawarkan ke Celis.

"Sabarlah sedikit, tangan dia juga masih sakit."

Celis menghela nafas lalu mengambil Rokok dari kotaknya Hella.

"Aku lagi banyak pikiran."

Shintia hanya terdiam ketakutan. Hella membujuk Shintia dengan suara lembut.

"Kalau ga tahan asap rokok, mending langsung ke kamarnya aja."

"Gapapa, tahan kok."

Hella tersenyum kepada Shintia lalu berekspresi serius ke Celis dan menjelaskan.

"Jadi beberapa hari yang lalu, aku ketemu dengan orang berambut perak di Pulau Kumala. Kekuatan dia adalah Nekromansi—

Celis terkejut mendengarnya.

—Dia punya banyak pasukan mayat nya, kami sempat beradu pasukan dengan kegelapan ku tapi sayangnya pasukanku kalah karena mereka mempunyai kekuatan waktu mereka masih hidup."

Celis berdiri dan Langsung mematikan rokoknya.

"Ayo cari dia."

Hella merasa tidak enak dengan firasatnya, Celis membuka pintu, Hella keluar duluan. Sebelum berangkat Celis berpesan ke Shintia.

"Shintia, Anggap saja rumah sendiri. kalau mau tidur duluan tidur aja. Dikamar lengkap ada kipas angin, Soal makan, di meja ada Mie bungkus."

Celis menutup pintu, Hella membuka portal lalu masuk kedalam.

Shintia terkejut kagum.

"Dia tersenyum?"

Mengingat tadi, Meski terlihat senyum tapi matanya penuh dengan penderitaan dan kesedihan. Shintia menatap ke lain untuk mengabaikan.

Hella dan Celis Berada di Pulau Kumala, Hella melihat Celis seperti orang yang ingin menangis tapi Aura yang membuatnya tidak seperti menangis.

"Cari dia, nama dia Robert Pattinson."

"Kok tau namanya?"

Celis menatap ke langit menjawab.

"Dia orang yang membunuh kedua orangtuaku."

Hella terdiam karena mendengarnya langsung bergerak cepat mencarinya.

Celis yang berjalan mencari Robert Pattinson, berkeliling sudut demi sudut.

Tak lama kemudian Hella menemukan beberapa orang. Hella mendekatinya, menciptakan pedang kegelapan dari tangannya, orang-orang itu melihat ke Hella, kepalanya berputar 180°.Hella berkata dalam pikirannya "Mayat hidup?!" menajamkan pandangan lalu menerjangnya.

Kembali ke Shintia, Dia memakai Belle dress homewear yang dia gunakan dari lemari. Begitu anggun, cantik, dan cocok dia gunakan.

Shintia penasaran apa yang di laci lemari. Dia membukanya dan melihat sebuah buku, membukanya yang terkejut. Buku itu adalah buku kenang-kenangan Celis bersama keluarganya, membuka bukunya lalu melihat foto wanita cantik, putih, berambut panjang, memeluk Celis yang masih kecil disana dari belakang.

Kebetulan, wanita itu menggunakan pakaian yang sama dengannya, Shintia terkejut lalu berpikir bahwa baju yang dia gunakan adalah baju ibunya Celis.

Membuka halaman lain, melihat Celis kecil tersenyum manis disana. Shintia merasa kasihan dengan Celis, membuka halaman lain lagi yang kemungkinan Celis sudah masuk SMP, mata Celis berbeda disana.

Mata ceria, gembira, senang dan bahagia. Matanya tidak setajam sekarang, tidak selayu sekarang dan tidak sesinis sekarang.

"Anak yang malang."

Menutup buku lalu mengembalikannya. Shintia berselimut dan memejamkan mata.

Hella mengeluarkan banyak pasukan kegelapannya, menyerang para mayat hidup itu meski terlihat menang karena bisa memotong mereka. Tapi sayangnya, terlihat terpotong bahkan mereka bisa menggerakkan tubuhnya dengan keadaan hancur seperti itu.

Hella menciptakan lubang yang muncul tangan bayangan dari bawah sana mengambil tubuh para mayat lalu menghilang.

Membakar rokok lalu menghembuskan, kembali berperang lagi. Berbagai cara untuk melawan melawan Para mayat tanpa habisnya berdatangan entah darimana.

Disisi lain, Celis yang masih berjalan santai tiba-tiba ada suara seseorang di dekat patung Lembuswana, kemungkinan Celis di ujung Pulau Kumala. Celis menghampirinya, terlihat banyak mayat hidup berkumpul mengelilingi Patung Lembuswana, melihatnya lagi dengan jelas, di tengah-tengah ada orang yang seperti lagi membaca sesuatu, Orang itu dilihat Celis, berambut perak.

Celis mengeluarkan Aura nya, meluas bahkan dia kali lipat dari kemarin waktu dirumah, tanpa ragu langsung menghampirinya. Memotong-motong cepat tubuh Mayat hidup dan akhirnya sampai ke tengah, Dia berdiri, tersenyum ke Celis.

"Kamu..."

Betul dia adalah Robert Pattinson, orang yang membunuh Orang tua Celis. Celis meluapkan emosi marah perasaan yang menggila hanya melihat Robert Pattinson.