Jam 08.00 WITA.
Trio BSK terlambat seperti biasanya. Celis turun biasanya Jam 09.12 WITA karena dia malas ketemu mereka dan rela dihukum demi tidak bertemu dengan Trio BSK.
Mereka berada di lorong kelas.
Eja tertawa kecil mengingat Celis.
"Tu bocah turun ga ya?"
Rehan menghela napas dan mengangkat bahu dengan ekspresi merendahkan.
"Haha, mungkin dia dirumah sakit gara-gara kalian pukulin."
Tapi Yohan membantah mereka.
"Kalian ngomong apa? Aku yakin dia turun sekolah hari ini karna aku tau dia orangnya agak dongo."
Sampainya di Kelas, Mereka Melihat Celis Duduk menyilang di Kursi dan memegang Pedang Katananya di depan, ibarat seorang Raja yang tengah duduk di singgasana.
Celis menatap sinis mereka, dan menyapa mereka dengan nada meremehkan.
"Kalian lama sekali wahai Trio BSK."
Mereka merasa jengkel karena kesombongan diri Celis pada mereka.
"Kau...!! Heh.."
Eja menyadari sesuatu yang aneh, Celis sembuh total dari bengkak yang dia buat.
Amarah yang meluap, Yohan tak segan-segan mendatangi Celis. Dia mengangkat kerah baju Celis dan Rehan berada di sampingnya.
"Lu dah berani ya?!"
"Rehan, beri dia pelajaran biar tobat!"
Eja yang panik dibelakang melihat naif-an mereka sedangkan Celis yang tersenyum lebar juga ditangannya ada Pedang, mengeluarkan Aura gelap yang keluar disarungnya.
"Kalian berdua!!! Mundur G*bl*k..!!!"
Mereka berdua berekspresi acuh tak acuh terhadap teguran yang diberikan Eja.
"Hah!? Sejak kapan lu panik amat dengan kroco ini?!"
"Hahaha, Eja lawak banget!"
tiba-tiba tangan Yohan terpotong dan terjatuh kelantai.
Mereka terkejut dan panik.
"EH?"
Yohan berlutut kesakitan karena tangannya terpotong rapi.
"AARRRRRGGGGGGHHHHHHH...!!!!!!!"
Rehan tidak berdaya dan berlahan menjauh kebelakang, bilah pedang yang tajam muncul tepat di depan matanya.
Celis menodongkan pedangnya pertanda ancaman besar.
"Turuti perintahku atau..." Celis memotong kepala Yohan, ayunannya cepat sekali karena ringannya pedang tersebut seperti tidak memiliki bobot samasekali saat diayunkan. "...Kau akan bernasib sama?!"
Pandangan Celis teralihkan oleh langkah Eja. Celis memanggil Namanya dengan lembut tapi menyeramkan.
"Eja?"
Eja panik parah dan dia ingin muntah melihat darah Yohan yang telah menjadi lautan.
"Y-y-ya?" argh! Orang gila! darimana dia mendapatkan pedang se-ringan itu?!
"Mau kemana?"
Eja mencoba tenang menanggapinya.
"Hahaha, aku mau kencing. Hehehe"
"Oh? ... Rehan, buka sandi HPmu!"
"Buka? Untung apa?"
Celis mendorong bilahnya dan ujungnya melukai dagunya.
"Y-y-ya, aku buka nih."
Setelah membukanya Rehan memberikannya pada Celis.
"Hmm, Hp yang bagus. Sekarang ini punyaku ya?"
"Jangan."
"Hmm?!"
"Kumohon jangan Cel, ayahku baru saja mentransfer 50juta rupiah padaku."
Celis tersenyum tipis dan menyimpannya ke kantong.
"Sudahku bilang bukan? ini milikku!"
Muka Celis tersenyum menyeramkan dipandangan Rehan layaknya Monster kegelapan.
Rehan tak berdaya dan berserah diri pada Celis dan Eja pun memilih tindakan yang sama.
Celis merasa kurang terhibur karena mereka menyerah, tapi dia mendapatkan ide yang bagus.
"Rehan, kau ingin hp ini kan?"
"yayaya, aku mau!"
"Coba telpon kakakmu, aku ingin bicara dengannya."
Sesaat kemudian, Kakak Rehan bernama Firman. Berada di loteng Gedung sekolah sendirian melamun dan tiba-tiba ditelpon adeknya.
"Rehan? Ada apa coba?"
Telponnya diangkat dan tidak ada mendengarkan suara apapun.
"Rehan?"
Tiba-tiba, Suara Rehan menjerit-jerit menangis meminta ampun.
"KAKAKK, TOLONGG!!!"
"Woi, ada apaa?!"
Tiba-tiba telpon dialihkan, diajak untuk Videocall.
"Uh, ada apa si!"
Disana diperlihatkan Rehan menggunakan pisau dan menghadap kawan-kawannya tergeletak digenangan darah mereka.
"Kakak! Tolong aku! Bukan aku yang membunuh mereka!!!"
Dan Videocall nya dimatikan.
"sial aku harus kesana!"
Firman bergegas menuju ke kelas Rehan disaat yang bersamaan juga Pisau ditangan Rehan menjadi debu.
Rehan menangis dan Celis menepukkan tangannya sebagai apresiasi aktingnya.
Itu adalah kekuatan dari Celis supaya memancing Kakaknya untuk kesini, rencana Celis adalah menjadikan Rehan kambing hitamnya dari insiden pembunuhan ini.
Ketika Celis ingin keluar, Rencananya tidak sesuai dengan ke inginan.
Firman lebih cepat datang dari yang diduga Celis.
Celis cemberut sinis dan Firman menatap sombong merendahkan lawannya, melangkah perlahan dan saling menatap mata lawannya.

Celis VS Firman
"Apa maksud lu ganggu adek gua?"
"mana tau."
Jarak sedekat itu, Firman melancarkan tendangan sampingnya tapi Celis terdorong namun berhasil menahannya dengan menyilang tangannya. Tak dikasih waktu, Firman melayang di udara dengan kepalan tangannya dilapisi Api.
Celis berguling ke samping kanan menghindari serangan berbahaya itu.
Duarrrr, Suara nyaring dan suara pecahan-pecahan bata berjatuhan karena Serangannya meleset, menghancurkan dinding dengan mudah.
Rehan menjauh dan bersembunyi di belakang pintu.
Firman menghilang lagi dan muncul di samping Celis. Celis terkejut menghindar kesamping, namun Tendangan berlapis Api Firman lebih cepat daripadanya sehingga Celis terhantam keras ke tembok.
"Argh!!"
Celis muntah darah karena menerima tendangannya.
Firman berjalan mendatangi Celis, membuka baju sekolahnya dan ototnya membesar secara pesat.
Firman memegang kerah baju Celis memukulinya secara brutal, tapi Celis terus meregenerasi lukanya.
Firman tersenyum tipis karena ini membuatnya semakin lama tersiksa.
"Regenerasi yang bagus."
"terserah lu bego."
Firman terbawa emosi dan melapisi tangannya dengan api hitam pekat sekali, itu adalah api neraka, api yang sangat menyakitkan dan terus hidup, takkan ada bisa memadamkannya kecuali penggunanya ingin menghentikannya sendiri.
Dan serangan itu kecepatannya tinggi sekali bahkan Celis tidak bisa melihatnya.
Tapi apa yang terjadi, diluar dugaan.
Pertarungan mereka dihentikan oleh seseorang.
Dia menahan pukulan Firman hanya menggunakan telunjuk jarinya.
Mereka berdua terkejut ada yang lebih cepat dari Firman.
Dia adalah Wali Guru Kelas 2 Swordmaster.
Mereka berdua mengatakan kalimat yang sama
"Bapak Guru George?!"
Firman melepaskan Celis dan mundur perlahan.
pak George melihat ke jarinya seperti ada yang membakarnya
"ini sangat panas sekali, bisakah kau memadamkannya?"
"Maafkan saya pak!"
Api hitam pekat padam.
"Pulanglah ke kelasmu Firman, ini sudah jam pelajaran."
"Iya pak, saya duluan."
"Jangan lupa bajunya masukkan."
Firman kembali ke kelasnya, dan tersisa mereka berdua.
"Celis, apa semuanya kau yang melakukannya?"
"Yah... Kurasa."
Celis menjawabnya sambil menggaruk kepalanya.
"Tenang saja, akan aku tutup kasus ini."
"Tapi... gimana caranya?"
"akan aku bicarakan nanti."
Keesokan harinya, Celis dipindahkan ke sekolah Frodf. Sekolah yang lumayan jauh dari rumah pak George.
Dan Celis berada di kelas yang sama yaitu Kelas 2 Swordmaster, tapi memiliki suasana yang jauh berbeda.
"Nama ku adalah Celis Von D'e. sebelumnya aku di sekolah SMA Merak, Salam kenal semuanya."
Seisi kelas menepukkan tangannya dan Celis duduk di bangku paling belakang.
Kemarin. Pak George melaporkan insiden tersebut ke polisi dan penjaga Cctv lah yang jadi kambing hitamnya. aku dan Rehan menjadi korban dari insiden.
Rehan dibawa ke rumah sakit jiwa karena mengalami syok berat dan aku dikeluarkan oleh pihak sekolah, makanya aku pindah ke sekolah SMA Biru.
yah, mendingan, dia jarang buli aku makanya ku buat gila doang. mereka yang lainlah yang sering buli aku, terutama Eja.
Eja ku buat takut dengan Aura gelap dari Pedang Katana, menekannya sehingga memenuhi ruangan. Dia bahkan tidak dapat bergerak sedikitpun, karena takut.
lalu aku membuat pisau dari kekuatan Cahaya hitamku untuk Rehan dan menyuruhnya menyiksa Eja untukku.
Lumayan sih untuk kroco, tapi kenapa pak George bertanya padaku?
di dalam mobil yang sedang di perjalanan.
"kenapa kau berani membunuh manusia?"
"apa yang lebih sakit dari luka fisik? jawabannya adalah hati, sakit hati dibalas kematian, bukankah itu setara?"
hmm, aku rasa ada alasannya dia menanyakan itu.