Chereads / Written World / Chapter 3 - Penjaga Gerbang

Chapter 3 - Penjaga Gerbang

Cahaya bulan menerobos retakan atap kuil yang usang, membentuk bayangan yang tampak hidup. Kami berjalan dengan langkah yang menggema di koridor batu yang lama tidak berpenghuni, mengganggu lapisan debu yang telah menumpuk selama bertahun-tahun. Tanaka-san memimpin dengan sikap waspada, matanya yang tajam memeriksa setiap sudut.

Sambil berjalan, aku mengakses peta digital yang terintegrasi dalam sistemku, mencari tanda-tanda energi yang mungkin mengarahkan kami ke artefak yang kami cari. Namun, tiba-tiba, suara langkah lain memecah keheningan, menghentikan kami pada tempat kami. Seorang wanita muncul dari balik bayangan, dengan langkah tenang namun berkesan.

"Namaku Aiko Yamamoto," ucapnya dengan suara halus. "Aku percaya kita memiliki tujuan yang sama di sini."

Tanaka-san dan aku saling pandang, ragu apakah harus mempercayai orang asing ini. Aiko tampak mengerti keraguan kami dan segera menambahkan, "Aku telah mempelajari kuil ini selama bertahun-tahun. Ada kekuatan besar dan berbahaya di sini, yang jika jatuh ke tangan yang salah bisa sangat merusak."

Setelah berdiskusi sebentar, kami memutuskan untuk membiarkan Aiko bergabung dalam pencarian kami. Pengetahuannya tentang kuil mungkin sangat berharga, dan kami membutuhkan semua bantuan yang bisa kami dapatkan.

"Kuil ini adalah rumah bagi 'Penjaga Dimensi', seorang pelindung yang pernah mengendalikan pintu gerbang antar dunia," jelas Aiko sambil kami melanjutkan perjalanan. "Artefak yang kita cari adalah kunci untuk mengendalikan gerbang tersebut."

Kami mencapai ruangan besar, dindingnya dihiasi fresko yang menggambarkan pertarungan kuno antara manusia dan makhluk dari dunia lain. Di tengah ruangan, terdapat podium batu dengan artefak yang kami cari: sebuah bola kristal yang berpendar dengan cahaya lembut.

Tetapi saat kami mendekat, tanah di bawah kami berguncang, dan suara derap kaki berat terdengar mendekat. Sebuah Nether Drake muncul, tubuhnya dipenuhi api dan bayangan, matanya menyala dengan keinginan untuk berperang.

"Kita harus mengalahkannya untuk mendekati artefak," bisik Tanaka-san, sambil menarik pedangnya.

Kami menghindari serangan api gelap yang dihembuskan oleh Nether Drake. Sambil mengelak, aku membuka menu store dalam sistemku dan menukar star point yang telah kami kumpulkan dari misi sebelumnya untuk membeli sebuah Scroll Sihir.

"Gunakan ini!" seruku, sambil melemparkan Scroll kepada Tanaka-san.

Dia dengan cepat membacakan mantra dari Scroll, menciptakan perisai energi yang melindungi kami dari serangan mendatang. Bersama-sama, kami menyerang, memanfaatkan setiap celah yang muncul. Aiko, yang bergabung dalam pertarungan, mengalihkan perhatian Nether Drake, memberikan kami kesempatan untuk menyerang lebih efektif.

Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, kami akhirnya berhasil menaklukkan Nether Drake, yang jatuh dengan gemuruh.

Notifikasi sistem.

[Selamat! Kamu telah mengalahkan Nether Drake. +50 XP. Item ditemukan: Essence of Fire, Dragon Scale. Kamu juga mendapat +20 star point.]

Kami beristirahat sejenak, mengambil napas dalam-dalam, merasakan kelegaan sekaligus kepuasan dari pengalaman yang baru saja kami peroleh. Aiko dengan segera mengajak kami mendekati artefak, memperingatkan, "Kita harus cepat. Tidak ada yang tahu apa lagi yang mungkin terbangkit di sini."

Kami berjalan dengan hati-hati mendekati artefak, siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya yang mungkin muncul.

Setelah menaklukkan Nether Drake, kami bertiga berdiri di depan artefak bola kristal yang menyala dengan cahaya biru misterius. Aiko dengan lembut meletakkan tangannya di atas permukaannya, dan cahaya di dalamnya semakin memancar, mengisi ruangan dengan sinar biru yang lembut namun kuat.

"Artefak ini dikenal sebagai 'Mata Dunia'," kata Aiko, suaranya penuh dengan rasa hormat dan takjub. "Dipercaya dapat membuka dan menutup gerbang antar dimensi. Kita perlu hati-hati, jika digunakan tanpa pengetahuan yang cukup, bisa menyebabkan bencana besar."

Sambil mempelajari bola kristal, sistemku memberikan notifikasi yang baru:

Notifikasi sistem.

[Misi baru: 'Penjaga Gerbang' Pelajari cara menggunakan Mata Dunia untuk mengendalikan gerbang dimensi. Reward: 100 XP, +1 Skill Point, akses ke dimensi baru.]

"Kita perlu menemukan cara untuk mengaktifkannya tanpa membahayakan dunia kita," ucap Tanaka-san, matanya tidak beranjak dari artefak.

Aiko mengangguk, kemudian mulai membaca mantra kuno dari sebuah buku kecil yang tampaknya sangat tua. Buku itu, yang ia tarik dari tasnya, tampak berdebu dan lembarannya hampir rapuh. Saat ia membaca, simbol-simbol yang terukir di sekeliling artefak mulai berpendar, beresonansi dengan suaranya.

Tiba-tiba, dinding di belakang kami mulai bergeser, membuka pintu rahasia yang sebelumnya tersembunyi. Kami melihat dengan kagum dan sedikit kewaswasan. Di dalamnya terdapat lorong gelap yang tampaknya mengarah ke bagian lain dari kuil yang belum dipetakan.

"Sepertinya kita menemukan jalan lain," kataku, memeriksa inventori sistemku. Dengan 50 star points yang baru diperoleh, aku memutuskan untuk menukarnya dengan beberapa Healing Potion. "Mungkin kita akan membutuhkan ini."

Aiko memimpin jalan, dan kami mengikuti dengan hati-hati. Lorong itu dipenuhi dengan berbagai perangkap dan teka-teki yang tampaknya dirancang untuk menjaga keamanan gerbang dimensi. Setiap langkah kami harus dipertimbangkan dengan matang, memanfaatkan setiap elemen dari sistem permainan untuk mengatasi rintangan yang ada.

Setelah beberapa jam navigasi yang tegang dan melelahkan, kami mencapai ujung lorong, yang membuka ke ruang luas yang dominan oleh sebuah portal besar, bercahaya dengan aura yang sama dengan Mata Dunia.

"Sepertinya ini adalah gerbang yang sebenarnya," bisik Aiko, matanya berbinar dengan campuran kegembiraan dan kekhawatiran.

Namun, sebelum kami bisa mendekat, dari portal muncul sosok besar, sebuah entitas yang tampak seperti dikomposisi dari kegelapan dan cahaya yang bersilangan. Kami menghunus senjata, siap untuk pertempuran yang mungkin menjadi yang terberat dalam petualangan kami.

Notifikasi sistem

[Monster baru terdeteksi: 'Penjaga Gerbang'. Level: Tinggi. Rekomendasi: Bersiaplah untuk pertarungan yang sulit.]

Sambil mengatur strategi kami, aku membuka menu skill dan memutuskan untuk menggunakan poin skill yang baru didapat untuk mengambil 'Shield of Light', sebuah skill pertahanan yang dapat memblokir serangan musuh yang sangat kuat.

Dengan hati-hati, kami mempersiapkan diri untuk apa yang mungkin menjadi pertempuran penentu nasib dunia kami.

Setelah ketegangan di udara mereda, kami menghadapi Penjaga Gerbang. Makhluk ini besar banget dan aura-auranya bergantian antara terang dan gelap, berdiri gagah di depan portal. Tanaka-san siap dengan pedangnya, sementara Aiko kelihatan siap dengan mantra-mantranya.

Aku mulai pakai 'Shield of Light', sebuah skill pertahanan yang aku ambil dari skill point terakhir. Shield ini kayak perisai cahaya yang ngeblok serangan pertama dari Penjaga Gerbang. Dia coba tembusin perisai kita dengan cakarnya, tapi gagal.

Tanaka-san ambil kesempatan itu untuk maju dan ngayun pedangnya, berhasil bikin luka kecil di Penjaga Gerbang. Sementara itu, Aiko ngelantunkan mantra yang bikin api dan es muncul, nyerang dari segala arah.

Penjaga Gerbang berteriak kencang, getarannya cukup bikin kami sedikit kaget dan batu-batu kecil mulai jatuh dari atas. Dengan gerakan yang cepat, makhluk itu ngeluarin gelombang kejut dari ekornya. Aiko buru-buru ngucapin mantra pelindung yang ngurangin efeknya, tapi kami tetep terdorong mundur.

Cepat-cepat aku cek HP dan MP kita, trus aku minum Healing Potion buat aku dan Tanaka-san. Lalu, aku tukar beberapa star points untuk dapetin 'Bomb of Silence', bom yang bisa bikin musuh gak bisa pake sihir sebentar. Aku lempar ke tengah, dan setelah meledak, Penjaga Gerbang kelihatan bingung dan terdiam.

"Kini saatnya menyerang total!" kata Tanaka-san, dan kami berdua maju, siap dengan serangan terkuat kita.

Penjaga Gerbang, yang sekarang gak bisa sihir dan bingung, mulai kesulitan. Tanaka-san dan aku manfaatin setiap kesempatan untuk ngehabisin dia, dan Aiko makin gencar ngeluarin serangan elemennya. Serangan kita berkoordinasi dan efektif, nguras energi Penjaga Gerbang.

Beberapa saat kemudian, Penjaga Gerbang akhirnya roboh, tubuhnya menghilang kembali ke dalam portal, meninggalkan kami kelelahan tapi lega.

Notifikasi sistem.

[Selamat! Kamu telah mengalahkan Penjaga Gerbang. +200 XP. Item ditemukan: Crystal of Realms, Guardian Amulet. Kamu juga mendapat +50 star points dan +2 skill points.]

Kami lega banget dan puas dengan hasilnya. Aiko langsung cek Crystal of Realms, batu yang bisa ngontrol portal.

"Ini kuncinya, nih," katanya, pegang kristal hati-hati. "Dengan ini, kita bisa pastiin gak ada yang salah pake portal ini lagi."

Tanaka-san dan aku saling lihat, senyum kecapaian. Kami udah banyak lewatin hal bareng, dan sekarang rasanya lebih kompak.

"Kita harus nutup portal ini dulu," usul Aiko. "Dunia kita belum siap hadapin apa yang ada di sisi lain."

Kami setuju, dan bersama-sama mulai proses nutup portal pake Crystal of Realms. Ini bukan hanya soal jaga dunia kita, tapi juga mungkin buka peluang buat petualangan baru nanti.

Setelah portal tertutup, aku mulai mengecek semua item yang kami kumpulkan selama petualangan. Pertama, aku fokus pada 'Crystal of Realms' yang kita dapat dari Penjaga Gerbang. Ini batu kecil berkilau yang tampaknya memiliki kemampuan untuk membuka atau menutup portal antar dunia. Aku simpan itu di tempat yang aman di inventory, bisa berguna banget nanti.

Selanjutnya, 'Guardian Amulet' kalung ini terasa berat di tangan, dan ketika aku mengenakannya, aku langsung merasa lebih terlindungi. Menurut deskripsi di sistem, amulet ini meningkatkan pertahanan pemakainya dan memberikan resistensi terhadap sihir gelap. Cocok banget buat Aiko yang sering di depan barisan saat bertarung.

Aku juga cek 'Bomb of Silence' yang sisa satu lagi. Ini item yang cukup unik karena bisa membuat area diam seketika, menghentikan lawan dari menggunakan sihir atau skill berbasis suara. Pasti akan berguna jika kita bertemu musuh yang mengandalkan sihir lagi.

Dari store sistem, aku menukar beberapa star points untuk membeli tambahan 'Healing Potion'. Dengan semua pertarungan yang terjadi, persediaan ini penting untuk menjaga kita tetap dalam kondisi terbaik. Aku juga melirik beberapa item menarik lain seperti 'Poison Potion' dan 'Magic Scroll', tapi memutuskan untuk menabung points untuk mungkin item yang lebih kuat nantinya.

"Sekarang, apa rencana selanjutnya?" tanya Tanaka-san, menghampiri setelah selesai memeriksa perlengkapannya sendiri.

"Aku pikir kita perlu cari tahu lebih banyak tentang portal-portal ini dan siapa lagi yang mungkin tahu tentang mereka," jawab Aiko, yang sudah menyelesaikan ritualnya dengan amulet baru. "Mungkin kita bisa mencari tahu di perpustakaan kuno atau mencari ahli sejarah atau mage yang spesialis di portal."

"Itu ide bagus," aku setuju. "Plus, kita perlu memastikan kita cukup kuat jika harus menghadapi sesuatu yang lebih berbahaya dari Penjaga Gerbang. Jadi, level up dan mengasah skill kita adalah must."

Tanaka-san dan Aiko mengangguk. Kami sepakat untuk menghabiskan beberapa hari berikutnya untuk latihan, mempelajari lebih lanjut tentang item dan skill yang kita miliki, dan tentu saja, memperkuat persiapan kita. Aku juga berencana untuk mengunjungi store sistem lagi, mungkin ada item baru atau upgrade yang bisa kita gunakan.

Dengan rencana yang solid, kami kembali ke base camp kami, semangat dan siap untuk apa pun yang akan datang. Cerita ini masih jauh dari selesai, dan setiap langkah yang kita ambil membawa kami lebih dekat pada misteri yang lebih besar dan petualangan yang lebih menegangkan.