"Dibuka jasa buat tugas, makalah, artikel, proposal dan skripsi untuk umum, dengan harga yang ramah di kantong mahasiswa. Tertarik? Bisa hubungi nomor berikut ini: +628531237xxxx"
Punya banyak teman itu baik. Namun Linda merasa cukup hanya memiliki sedikit teman—tak sampai hitungan lima jari—yang selalu siap membantu. Dari pada temannya banyak tetapi berbakat layaknya kucing sembunyi dalam karung, ia lebih baik stay di zona aman saja. Bagi Linda, mereka adalah garda terdepan apabila ada yang mengganggu. Mereka juga berperan sebagai perpanjangan tangannya dalam situasi apapun. Buktinya hari ini, mereka rela berbondong-bondong men-download aplikasi WhatsApp, dan membuat status baru untuk promosi jasa joki yang ia sediakan. Minimnya pengetahuan akan manfaat aplikasi media sosial yang satu itu, membuat belum semua orang mengenal aplikasi berlogo telepon warna hijau itu. Apalagi WhatsApp memang belum lama dikenal di Indonesia. Beruntung, rektor sudah mewajibkan semua mahasiswa menggunakan aplikasi tersebut untuk keperluan pembelajaran, sehingga tak sulit bagi para mahasiswa yang telah berbagi kontak untuk saling menyebarkan informasi.
Tak sebatas pada WhatsApp saja, facebook pun menjadi media penyalur jasa dadakan tersebut. Memang kalau dilihat dari angka penggunakan media sosial di Indonesia pada 2014 ini, facebook menempati urutan pertama, sehingga lebih mudah menyampaikan kabar lewat aplikasi berlatar biru tersebut.
Sejujurnya Linda agak takut. Pikirnya, bagaimana kalau sampai ada yang melapor pada dosen? Bisa-bisa ia dihukum dan beasiswanya dicabut. Namun mau bagaimana lagi? Memangnya ada hal lain yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan uang? Ia butuh uang, dan satu-satunya cara yang bisa dilakukan, adalah membuka jasa joki.
Sekarang sudah pertengahan juli 2014, yang berarti ia baru saja memasuki semester tiga, sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di salah satu universitas negeri di ibu kota. Menyambut awal semester ganjil itu, ada banyak sekali Praktik Kegiatan Lapangan yang harus diikuti. Tentu saja kegiatan seperti itu memerlukan banyak uang, jadi ia memang harus berusaha mencari uang. Belum lagi akhir-akhir ini aksi demo sedang panas-panasnya, sebagai bentuk protes mahasiswa akan kebijakan kampus yang meminta kenaikan uang kuliah tunggal, ditambah dengan uang pembangunan. Hal itu berdampak pada beberapa dosen di jurusannya yang tiba-tiba melampiaskan kemarahan pada para mahasiswa, dengan meminta mereka melakukan banyak kegiatan di luar kampus, demi menghindari efek demo. Bahkan minggu lalu, kegiatan lapangan di daerah jakarta selatan, berlangsung dibawah pengawasan dekan. Menurut rumor yang beredar, beberapa pimpinan fakultas ada yang menghindar ketika diminta bertemu dengan rektor untuk menyelesaikan permasalahan baru-baru ini. Itulah kenapa Linda harus putar otak mencari uang.
Ia pikir enak sekali teman-temannya di luar sana yang bebas membeli apapun yang mereka mau. Mereka bisa menghabiskan waktu istirahat dengan makan di restoran mahal, beli baju, bahkan ke bioskop jika waktu istirahat lumayan lama. Terkadang ada juga dosen yang tidak mengisi jam mata kuliah, maka disitulah ia bisa melihat bagaimana teman-temannya berperilaku hedonis, seperti menghabiskan uang bukanlah hal yang penting. Beberapa di antara mereka juga datang menggunakan mobil. Satu-satu memamerkan harta, berlomba dalam ajang kekayaan, seolah kampus adalah panggung yang paling tepat untuk ber-fashion show.
Sambil melamun, tiba-tiba gawainya berdering, memperdengarkan bunyi khas handphone keluaran 2011, Nokia Lumia. Setelah diperiksa, rupanya salah satu teman dekatnya mengirim pesan via WhatsApp.
Sri Andriani :
Ada satu teman gue yang
minta dibuat proposal, Lin.
Dia jurusan Pendidikan Fisika.
Boleh, nggak?
12:05 P.M
Lampu hijau seakan menyala di atas kepala Linda. Siapa juga yang tidak senang kalau promosinya dilirik. Cepat-cepat ia mengetik balasan dengan jemari mungil yang bergerak lincah di papan ketik. Skill mengetik cepat ia dapat dari seringnya bertatap muka dengan gadget.
You:
Boleh. Udah punya judul belum?
12:06 P.M✔️✔️
Sri Andriani:
Udah ada judulnya, gue kirim yah.
12:07 P.M
Usai pesan itu terkirim, muncul pesan baru berupa file Microsoft word yang berisi judul, serta contoh proposal yang memuat beberapa previous studies.
You:
Oke, Sri, nanti kalo udah jadi,
aku kirim balik.
12:10 P.M✔️✔️
Sri Andriani:
Ini nomornya. Lo kirim langsung
saja ke orangnya.
12:12 P.M
You:
Thank you, Sri
12:13 P.M✔️✔️
Sri Andriani:
Glad to help you. Semangat, Linda.
12:13 P.M
You:
Thanks a lot.
12:14 P.M✔️✔️
Pesanan pertama sudah ada, tinggal niatnya saja yang masih tiduran, padahal seharian ini ia tidak melakukan apa-apa. Namun, orang yang kerjanya berbaring seharian, kadar kemalasannya bisa naik dua level. Sekarang Linda sudah membuktikan, meskipun tak bisa dipungkiri bahwa perempuan itu teramat senang karena ada yang mau memercayai jasanya. Tentu ia sudah mematok harga tertentu untuk tiap tugas yang dikerjakan.
Setelah kontak si pemesan pertama ia simpan, langsung saja ia bergerak cepat menyalakan laptop toshiba tebalnya, dan mencari tahu lebih lanjut mengenai proposal yang akan ia buat. Beruntung si pemesan yang temannya—Sri—simpan dengan nama 'Yusniar Fisika Kelas C' tersebut, adalah mahasiswa jurusan fisika, jadi masih ada sedikit kaitannya dengan jurusan matematika. Perempuan bernama Yusniar itu mengambil judul penelitian Pengembangan Modul Berbasis Poe disertai Simulasi Phet pada Materi Gerak Parabola untuk Siswa SMA Kelas X1 IPA. Maka langkah pertama yang harus dilakukan, adalah mencari penelitian sebelumnya untuk membantu mempermudah penulisan proposal. Ia menemukan beberapa penelitian dengan judul yang hampir sama, dan langsung di-download. Meyakinkan diri sendiri kalau ia pasti bisa menyelesaikan tugas pertamanya setelah satu tahun belajar mati-matian cara membuat proposal dan skripsi, ia pun mulai membedah judul-judul itu satu per satu. Ia tahu akan memerlukan waktu yang tidak singkat untuk menyelesaikannya, tetapi ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengirimkannya pada Yusniar sebelum diminta.
Dengan bantuan kacamata anti radiasi, ia langsung berkutat di depan laptop tanpa peduli kalau perutnya butuh diisi. Acuh saja ia dengar cacing dalam perut sudah dangdutan dengan setelan volume paling kencang. Mereka pasti sedang memberi kode keras meminta makan. Memang begitulah Linda, kalau ia sudah punya niat, maka tak ada lagi yang bisa menghentikannya. Dulu, setelah beberapa kali menghadiri kelas, ia langsung bertekad membuka jasa buat tugas, karena melihat teman-teman sekelasnya banyak sekali yang malas mengerjakan tugas dari dosen. Sistem kerja mereka itu, pagi ini jadwal kumpul tugas, maka 45 menit sebelum dikumpul baru mereka kerjakan.
Waktu semester satu, teman-temannya sering minta tugas mereka dikerjakan, dan ia dengan senang hati melakukannya tanpa berpikir kalau ia sedang dimanfaatkan. Sampai akhirnya ia mulai bosan karena terus disuruh, ia pun berani menceritakannya pada Sri, teman sebelah kamar di indekos, dan diomeli habis-habisan. Namun tenang saja, Linda sudah berpikir ratusan kali sebelum bercerita pada temannya satu itu yang kadar galaknya seperti emak-emak ditagih utang karpet. Kata Sri, di dunia ini tidak ada yang gratis. Kalau mau mendapatkan sesuatu, maka harus kehilangan sesuatu. Sri pun akhirnya menyarankan supaya Linda lebih baik membuka jaga buat tugas, supaya ia tidak dimanfaatkan, dan jerih payahnya tidak sia-sia. Lagi pula, Sri tahu bagaimana keadaan Linda sebagai anak rantau dari Jogjakarta. Di kampung, kadang mati lampu yang berdampak pada terhambatnya kinerja bank atau mesin atm. Kalau sudah seperti itu, Linda biasanya harus menunggu sampai lampu kembali menyala, supaya uang bulanannya bisa dikirim. Maka dari itulah Sri menyarankan supaya Linda mencari tambahan uang dengan cara membuka jasa joki. Tentu saja Linda tak langsung menyetujui, dan membuatnya beradu mulut dengan Sri beberapa menit, sampai pada akhirnya Linda menyerah setelah sadar betapa ide yang Sri berikan cukup menguntungkan, asalkan Sri mau menerima idenya juga yang mematok harga murah, karena ia tahu seberapa banyak uang saku anak indekos. Buah dari ide dan perdebatan kecil merekapun berakhir sekarang, setelah Linda menyetujui usulan teman-teman dekatnya yang mau promosi. Rasanya Linda bersyukur sekali punya teman seperti mereka, yang selalu memperhatikannya di saat susah maupun senang, terutama Sri dan Putri. Mereka berdua sering sekali berbagi makanan, apalagi tiap lebaran, mereka pasti menyimpan setoples kue kering untuknya.
Ternyata benar, perbedaan agama di antara mereka, tidak menjadi penghalang untuk pertemanan yang positif. Dan Linda berjanji dalam hati, ketika ia punya uang lebih, ia akan mengajak teman-temannya makan di restoran yang enak.
TO BE CONTINUED ....