Chereads / "The Forgotten Era" / Chapter 2 - Chapter 2 - "Fadeyka Gravill"

Chapter 2 - Chapter 2 - "Fadeyka Gravill"

"Hai, namaku Fadeyka Gravill. Sudah dua belas tahun berlalu sejak tragedi itu mengoyak hatiku. Saat ini, aku telah menginjak usia delapan belas tahun, namun bayang-bayang masa lalu masih menghantuiku seperti hantu yang tak pernah berhenti menghampiri. Kakak pengasuhku, yang dulu menjadi pelipur lara dalam kehampaan panti asuhan ini, kini telah menghilang entah ke mana. Kata-kata kosong nenek pemilik panti asuhan tentang dia 'mencari waktu' tak memberiku jawaban yang memuaskan. Aku semakin yakin bahwa kebahagiaan adalah barang mewah yang telah lama hilang dari hidupku."

Saat ini, aku membantu nenek pengasuh menjaga panti asuhan ini tetap berdiri di tengah-tengah konflik yang berkecamuk. Meskipun panti asuhan ini kumuh, aku masih percaya bahwa ada warna di antara kegelapan yang menyelimuti. Saat aku menghibur anak-anak di panti dengan dongeng-dongengku, aku merasa bahwa kebahagiaan masih bisa ditemukan meskipun di tengah kekacauan. Namun, tiba-tiba aku dipanggil oleh nenek pengasuh untuk berbicara di luar.

"Kak, kamu mau kemana?" tanya salah satu dari adik-adik itu dengan wajah sedih. "Tenang saja, aku tidak akan pergi," jawabku dengan suara terdengar mantap, meskipun sebenarnya aku merasa takut dan gelisah. Aku menemui nenek di luar dan duduk di depan meja yang mungkin telah menjadi saksi bisu dari perjalanan hidupku.

"Fadeyka, sudah empat belas tahun kamu tinggal di sini. Apakah kamu tidak merasa sulit?" tanya nenek dengan suara yang datar. "Sekurangnya, aku masih memiliki tempat untuk pulang," jawabku dengan nada kasar, sambil menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.

Nenek pun akhirnya mengungkapkan maksudnya. Dia meminta aku untuk menjaga anak-anak di panti asuhan ini. Saat itu, hatiku terasa berat, dan aku merasa kehilangan arah. Namun, nenek menunjukkan sebuah surat dari rumah sakit yang menyatakan bahwa dia menderita penyakit jantung yang mempersingkat hidupnya.

"Nenek ingin kamu... menjaga mereka," ucap nenek sambil menangis. Aku hanya bisa menatap kartu nama yang diberikan nenek, di mana tertera nama seorang dokter, Doktor Berg. Dia tinggal di timur kota Winvern, tidak terlalu jauh dari sini. Namun, dengan situasi yang semakin genting, perjalanan itu menjadi semakin berbahaya.

Meskipun hatiku hancur oleh berita tersebut, aku menerima tanggung jawab itu dengan penuh kesedihan. Keesokan harinya, aku meninggalkan panti asuhan di tengah-tengah tangisan anak-anak yang dulu bermain bersamaku. Dengan langkah berat, aku memandang ke depan, berjanji untuk menciptakan nasib baru untuk diriku sendiri dan untuk mereka.

"Terima kasih, semuanya," bisikku kepada mereka, sebelum aku melangkah pergi, menjauh dari panti asuhan yang telah menjadi rumahku selama bertahun-tahun.