Chereads / "The Forgotten Era" / Chapter 4 - Chapter 4 - "Dokter Berg"

Chapter 4 - Chapter 4 - "Dokter Berg"

Perjalanan selama satu minggu dan tujuh malam akhirnya mencapai puncaknya. Aku memanjat tembok yang melingkari seluruh kota Wolfern. Gerbang kota ini dijaga ketat oleh prajurit, mengharuskanku untuk memanjat tembok guna menghindari mereka. Tembok setinggi 30 meter ini benar-benar menguras tenagaku. Akhirnya, aku berhasil sampai ke puncaknya.

Aku terbaring di atas tembok, merasakan kelelahan yang menusuk. Namun, aku menguatkan niatku untuk bangkit. Ketika aku berdiri, aku melihat pemandangan dari kota Wolfern yang pernah dijuluki "Kota Medis" sebelum masa pemberontakan. Dahulu, kota ini menjadi pusat berkumpulnya dokter-dokter terkemuka dari seluruh dunia, dan terkenal dengan perpustakaan medisnya yang megah, "Perpustakaan Lekarstvo". Namun, sayangnya, perpustakaan itu telah hancur, dan pengetahuan medis yang berharga telah lenyap terkubur.

Kembali ke kini, aku harus turun dari tembok ini sebelum penjaga menemukan aku. Berhasil, aku meluncur dari sana.

Sekarang, aku harus mencari tempat berlindung. Tidak mungkin aku tinggal di sini terus-menerus, terutama karena risiko kehidupan dan penemuan oleh penjaga. Tidak ada pilihan selain tidur di lorong gang. Aku bangun dari tidur yang tidak nyenyak itu dengan bau yang tak sedap. Setelah membersihkan diriku, aku bersiap-siap menuju alamat Dokter Berg.

Ketika aku keluar dari lorong, aku terkejut melihat keramaian kota. Aku yakin pasukan pemberontak telah menyerang, tetapi mengapa kota ini masih terasa aman? Itu tidak penting sekarang, yang penting aku harus menemukan Dokter Berg. Aku bertanya kepada beberapa warga dan akhirnya menemukan alamatnya.

Aku sampai di kliniknya, tidak heran karena dia adalah seorang dokter. Namun, ketika aku mengetuk pintu, suara keras dari dalam menyambutku, "Klinik tutup! Tidak menerima pasien!" Aku menjelaskan bahwa aku bukan pasiennya dan menyerahkan surat dari rumah sakit tentang kondisi nenekku.

Akhirnya, Dokter Berg membuka pintu untukku. Wajahnya sudah menua, sekitar 50 hingga 60 tahun. Aku duduk di depan mejanya, dan dia duduk di sampingku. Mungkin ini adalah pertemuan pertama kami.

Dokter itu bertanya, "Kau anak dari panti asuhan, bukan?" dengan raut wajah bingung. Aku mengangguk, dan dia bertanya tentang kabar Melinda (nama nenek pengasuhku) dan anak-anak di panti. Aku memberitahunya bahwa anak-anak aman, tapi untuk nenek...

"Ya, aku sudah mendengar tentang itu," dia memotongku, lalu bertanya tentang tujuanku datang kepadanya. Aku mengatakan bahwa aku mencari "Pertolongan".