Chereads / Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis / Chapter 9 - Ninth Story: Penyelamat

Chapter 9 - Ninth Story: Penyelamat

Rean masih memeluk pinggangku. Aku pun gugup dengan wajahku yang merona merah. Karena malu, aku segera mencoba menyingkirkan tangan Rean, tetapi ia terlalu kuat.

"Rean!" Aku memasang wajah kesal. "Lepaskan! Atau ku setrum?!!"

"Oh... Kamu berani mengancam pangeran kejam yang sering dibicarakan orang-orang."

Mendengar kata kejam, aku segera menatap Rean dengan sedih, "Kamu bangga akan itu... Kamu tahu, Rean! Kekejaman hanya akan menjatuhkanmu!"

Merasakan pegangan Rean yang melemah karena memikirkan balas dendamnya, aku segera melangkah ke samping.

'Seperti dirimu di dalam novel itu... Meskipun kamu berhasil melakukan balas dendammu kepadaku, Viyuranessa memiliki dukungan karena kebaikan hatinya bahkan keluarganya yang diakui banyak orang. Orang-orang itu pun membangkang dan melakukan kudeta untuk menjatuhkannya.'

Aku segera melangkah kembali dan berhenti. Aku segera berbalik dan menghampiri Rean. Aku meraih tangan Rean dan menariknya untuk mengikuti langkahku.

"Apa kamu lupa, Rean? Bukankah tadi, kamu meminta pendapatku?

'Novel yang mencerita kehidupanku sekarang ini, berakhir dengan bad ending yang mana Sang Pangeran dieksekusi dan sengaja dipertontonkan banyak orang seperti yang terjadi pada Viyuranessa...'

'Rean! Aku akan mencoba menghilangkan kebencianmu kepadaku! Aku ingin kamu bahagia. Meski akhirnya... Kamu akan memilih orang itu,' pikirku sambil tersenyum dengan tatapanku yang sedih.

"Jadi, apakah kamu sudah punya solusi, Yu?"

Aku mengangguk, "Dengar ya! Aku hanya akan mengatakannya sekali." Aku menganggakat lenganku. Jari telunjuknya mulai menyentuh bibirku. "Apakah kamu tahu nama penyakit itu?"

"Tidak, ini adalah penyakit yang baru di kerajaan ini. Sebelumnya, penyakit ini menjangkit kerajaan Rubbellion. Kerajaan itu juga tidak bisa menangani penyakit ini. Penyakit langkah ini terus menyebar disana. Sihir regenerasi pun tidak bisa menyembuhkan penyakit ini."

Aku bertanya, "Apakah kebanyakkan korban terjangkit itu ada di sekitar perairan sungai?"

"Ya, wilayah terjangkit kebanyakkan dekat dengan sungai Reone."

"Sungai Reone merupakan sungai kiriman yang mengalir dari kerajaan Rubbelion. Mungkin, sungai itu sudah terjangkit oleh bakteri yang menyebabkan penyakit menular itu."

Rean menyilangkan lengannya di depan tubuhnya, "Jadi, kita hanya perlu mengatakan pada mereka untuk tidak menggunakan sungai itu."

"Tidak, anda hanya perlu menyarankan para warga untuk membersihkan wilayah itu, Rean! Bakteri ini hidup dan berkembang biak yang menyebar melalui kotoran manusia. Bakteri itu juga mengkontaminasi perairan. Menyaring, memasak air itu hingga mendidih, sudah bisa membunuh bakteri ini."

"Himbauan untuk memasak makanan hingga matang pun diperlukan. Untuk buah dan sayuran yang biasa dimakan mentah, hanya perlu dicuci bersih. Yang pasti sering mencuci tangan sabun!"

"Sabun?" Rean memiringkan kepalanya sedikit.

'Ya kelepasan lagi! Di dunia ini mana ada sabun!' Pikirku. "Aku pernah baca, benda ini mudah dibuat. Benda ini dapat mengikat lemak yang merupakan komponen penyusun bakteri."

Rean pun tercengang dengan solusi yang luar dari dugaannya. Apalagi, solusi luar biasa itu didapatkan dari gadis berumur duabelas tahun.

"Dan, obatnya... Tanya ke dokter waktu itu kayaknya bakal lama." Tiba-tiba, aku menemukan rumah kaca. Aku melihat pria bersurai hijau tadi sedang memasuki tempat itu. "Rumah kaca!?"

"Disana terdapat banyak tanaman obat," ucap Rean.

'Saat aku membaca buku tentang tanaman-tanaman obat di dunia ini, ada sebuah tanaman yang memiliki fungsi yang sama dengan obat antibiotik. Selain itu... ada juga tanaman ajaib itu! Mungkin, aku bisa menemukannya disana,' pikirku.

"Aku ingin melihat tempat itu. Mungkin, kita bisa menemukan obat untuk penyakit itu. Mungkin antibiotik, obat peningkat kekebalan tubuh juga dapat mengatasi penyakit itu."

"Baiklah, aku akan menemani!" ucap Rean. "Sebelum itu, bolehkah aku pinjam buku yang kamu maksud."

"Emm... Tiga hari! Aku belum selesai membacanya!" Ucapku.

"Baiklah, aku akan segera mengunjungimu."

'Sepertinya, tidak masalah memberikan tulisan buku yang ku tulis. Tapi buku itu aku perlu menyelesaikan bagian akhirnya.'

***

Saat melihat iris emas yang serius memperhatikan tanaman-tanaman di rumah kaca itu, aku pun menyadari sosok pria bersurai hijau tersebut.

'Derald Felixis! Ia seorang telah menyelamatkan wanita protagonis yang keracunan oleh para wanita bangsawan yang tidak menyukai hubungannya dengan pangeran.'

'Namun, ia harus menghembuskan nafas terakhirnya karena obat yang diraciknya tidak berhasil membangunkan protagonis. Sehingga, Sang Pangeran mengeksekusinya karena menganggapnya semakin memperparah penyakitnya. Sang Pangeran tidak ada rasa bersalah karena memutuskan. Padahal akhirnya, Sang Protagonis dapat membuka kembali matanya karena efek obat itu.'

Aku segera melihat-lihat tanaman-tanaman disana, aku melihat Derald sedang tersenyum saat melihat sebuah tanaman yang tidak pernah ku lihat.

"Tanaman itu, aku belum pernah melihatnya di buku," gumamku. "Apakah kamu tahu tentang tanaman itu, Rean?"

"Ya, aku tahu," Rean menatap tajam ke arah Derald dengan aura gelapnya.

Iris emas Derald menoleh ke arah kami.

"Ini adalah tanaman langka, Lady Roseary!" Derald memberi sapaan hormat kepadaku. "Tanaman ini juga merupakan penyelamatku."

"Tanaman ini memiliki bunga yang cantik," ucapku.

"Apa kamu tertarik dengan tanaman obat, Lady Roseary?"

"Tidak juga," ucapku. "Tapi, aku ingin mengetahui manfaat dari semua tanaman obat. Mungkin, aku bisa menolong keluargaku ataupun orang yang membutuhkan dengan tanaman itu jika terdesak."

"Anda sangat baik hati, lady" ucap Derald.

"Tidak juga," ucapku. 'Sifat Viyuranessa Roseary semakin bercampur dengan sifatku. Makanya, sekarang aku bisa bicara dengan Derald dengan lancar,' batinku bicara. "Bagaimana tanaman itu bisa menyelamatkanmu?"

"Saya memiliki penyakit yang sulit disembuhkan hingga saya diusir oleh orang tua saya. Anak sebatang kara seperti saya hanya akan dikucilkan oleh masyarakat hingga aku tidak memiliki tujuan hidup," tatapan Derald menjadi sedih.

"Karena penyakit yang tidak kunjung sembuh, saya hanya pasrah akan kematian. Suatu hari, saat saya terjatuh dan tidak kuat untuk menggerakkan tubuh saya hingga saya hanya terkapar di tanah. Orang-orang hanya berlalu lalang tanpa melihat saya."

Kemudian, tatapan Derald berubah dengan senyumannya yang terukir. "Seorang kesatria datang membantuku berdiri dan memberikan segelas air. Lalu, ia membawa saya ke tempatnya dan memberikan saya obat itu hingga saya masih bisa berdiri disini."

Saat Derald melihat wajahku, ia terkejut karena aku meneteskan air matanya.

"Ah maaf!" Aku segera mengelap air mataku. "Aku juga harap bisa menolongmu saat itu," aku tersenyum saat mengekspresikannya dan membuat wajah Derald merona. 'Aku juga ingin menolongmu jika peristiwa itu terjadi.'

Melihat senyumanku yang ku tunjukkan kepada Derald, membuat Rean kesal.

'Aku sudah memutuskan untuk tidak menyukainya.' Lalu, Rean pergi keluar rumah kaca itu dengan ekspresi yang kesal. Aku yang melihatnya merasa heran.

"Sampai jumpa, Derald!" Aku segera menghampiri Rean.

"Dia cantik," gumam Derald sambil menutupi wajahnya yang merona dengan punggung tangannya. Lalu, ia menunjukkan ekspresi wajahnya yang serius.

***

Aku berlarian dan mencari keberadaan Rean karena aku kehilangan jejaknya. 'Kemana Rean?!' batinku. 'Kenapa ia terlihat kesal tadi? Dan... Kenapa aku bisa mengkhawatirkannya? Apa karena kenangan dan sifat karakter Viyuranessa yang sebenarnya sudah merasuki diriku sepenuhnya. Aku sudah tidak mengerti lagi tentang diriku sendiri!'

Aku menghampiri Celzuru yang sedang duduk manis menikmati Stroberi.

'Sepertinya, ia juga. Ia semakin terlihat anggun dan sifat kebangsawannya semakin terlihat,' batinku.

"Zu!"

"Ada apa, kak Yu?" Sebuah stroberi memasuki mulutnya dan ia pun mengunyahnya. "Emm.. Ini enak sekali!"

"Apa kamu melihat, Rean?"

"Tadi, ajudannya memanggil dan ia pun kembali ke kerajaan."

"Oh," ucapku dengan tatapan sedih. "Lebih baik kita kembali saja! Aku akan memberi stroberi ini kepada chef dan menyuruhnya membuat kue. Dengan whisk yang ku buat waktu itu, mungkin ia bisa membuat krim."

"Jadi! Kita bisa memakan stroberi shortcake!" Celzuru menjadi semangat.

"Makanya jangan dihabiskan stroberi itu," ucapku dengan senyuman.

***

Tiga hari kemudian, Rean data ke kediaman kami seperti biasanya bersama ajudannya. Di ruangan pribadiku, hanya ada aku dan Rean di dalam. Klea dan Renne menunggu diluar.

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15