Aku meletakkan tiga buku tebal di atas meja dan menunjukkannya kepada Rean. "Ini beberapa buku yang sudah ku baca dan sudah disalin oleh sekretaris ayahku. Jadi, kamu dapat menyimpannya untukmu sendiri."
"Baiklah, terima kasih!"
Aku dapat melihat iris merah Rean yang penuh ambisi saat melihat-lihat isi buku tersebut.
"Sebenarnya masih banyak. Kalau sudah disalin, aku akan memberikannya padamu."
"Baiklah! Akan ku tunggu!"
Rean meletakkan buku yang ia pegang ke atas meja, lalu tatapannya menjadi serius menatapku.
"Sebelum itu, harus ku katakan. Sepertinya, aku tidak bisa sering berkunjung ke kediaman mu. Kamu tahu sebagai putra mahkota, ada banyak hal yang harus ku lakukan."
"Ya aku tahu, aku tidak masalah untuk itu," ucapku dengan tersenyum, namun dibalik itu aku merasa sedih.
"Kamu bisa berkunjung ke istana, Yu!"
Aku hanya mengangguk dengan sedih dan berpikir, 'Aku tidak ingin lebih dekat denganmu. Jadi, aku urungkan niat bertemu dengan mu di istana. Aku tidak ingin terjebak dengan urusan cinta. Suatu kata yang banyak membuat orang menjadi gila karenanya.'
***
Satu minggu kemudian, aku sedang berada di dalam perpustakaan yang ada di mansion Duke Roseary.
"Akhirnya, ini buku yang terakhir!" ucapku. Sambil memakan stroberi shortcake, aku membaca buku itu.
'Pangeran Agnreandel tidak pernah mengunjungiku lagi sejak itu. Biasanya, setiap dua hari sekali ia menemuiku dan menemaniku ke luar.'
'Mungkin, ia tidak akan menemuiku lagi seperti di dalam novel. Di novel itu, Viyuranessa sering mengunjungi istana untuk menemuinya, tetapi ia selalu mengabaikannya dan bersifat dingin kepadanya. Mungkin sebulan ini adalah bagian rencananya untuk membuatku jatuh hati kepadanya hingga aku tidak bisa lepas dari cengkeraman nya.'
Lalu, aku membawa buku itu dan piring kue itu untuk membawanya ke kamarku.
"Akhirnya, ini akan seperti di novel."
Tatapan ku sedih, "Bagaimana bisa aku membiarkan pangeran itu menghancurkan keluargaku?! Aku tidak ingin mati muda di dunia ini bersama dengan adikku. Jika aku tidak memiliki ingatan Viyuranessa, mungkin aku sudah melarikan diri dari sini bersama dengan Zu. Tetapi, semua orang yang ada disini adalah keluargaku."
"Lady Viyura!" Klea menghampiriku.
"Ada apa, Klea?"
"Kakak anda sudah kembali," ucap Klea.
'Oh aku melupakannya,' batinku. 'Anak tertua di keluarga Roseary, Senrionesse Roseary. Ia adalah kesatria yang setia mengorbankan nyawanya demi pangeran karena adiknya yang sangat menyukai pangeran. Saat kudeta dari keluarga Bernac, ia mengorbankan dirinya sendiri sebagai tameng saat sebuah anak panah sedang mengincar pangeran.' Tanpa sadar, aku meneteskan air mata. Aku merasa, perasaan Viyuranessa yang akan melihat kakaknya meninggal karena dirinya, membuatku menangis.
"Lady!!?" Klea mulai panik. "Ke kenapa anda menangis lagi?"
"Bukan apa-apa, Klea! Aku hanya senang mendengarnya," ucapku sambil tersenyum. 'Syukurlah ia selamat dari peperangan!'
***
Lalu, aku dan Celzuru menghampiri kakak tertua kami.
"Selamat datang kembali, kak!" hormat kedua saudari itu.
"Adik-adik yang ku rindukan!" lelaki itu segera memeluk kedua adiknya. "Apa kalian baik-baik saja adik-adikku yang cantik-cantik!"
"Kami baik-baik saja, kak Senrio!" ucap Celzuru.
"Bagaimana kabar kakak?" ucapku.
"Tentu saja baik! Mengingat kedua adikku yang sangat cantik dan imut-imut ini membuatku lebih semangat lagi," ucap Senrio.
"Kak! Aku barusan membuat kue, apa kakak mau sepotong?!" ucapku.
"Aku yang menghiasnya, loh!" ucap Celzuru.
"Tentu saja! Berikan semuanya juga aku mau!" ucap Senrio.
"Klea! Bawakan kuenya untuk kakak!" ucap Celzuru.
"Baik, Lady!" Klea segera menuju dapur.
***
"Mmh.. Ini enak sekali! Apa benar kamu yang membuatnya, Viyura?" ucap Senrio.
"Tentu saja, kak!"
"Buatkan susu stroberinya juga dong, kak Yu!"
"Disini tidak ada blender, bodoh!" bisikku.
"Oh! Bagaimana kalau ditumbuk? Dan kemudian dikocok," ucap Celzuru.
"Tumben kamu pintar, Zu!" ucapku. "Buat aja sendiri!"
"Behh.."
"Yu? Zu? Kenapa kalian semakin menyingkat nama kalian?" ucap Senrio.
"Itu..." Aku merangkul bahu Celzuru. "Biar kami makin akrab, kak!"
"Boleh kakak ikutan?" ucap Senrio semangat.
"Kakak juga mau ikut-ikutan! Pangeran Agnreandel kemarin juga ikut-ikutan saja," ucap Celzuru.
"Pangeran itu lebih dulu dari kakak!" Senrio menunjukkan ekspresi kecewa.
Aku pun tersenyum. "Kak Sen! Mau aku buatkan lagi?"
"Tentu saja!" ucap Senrio dengan semangat.
"Kakak mau temani aku ke perpustakaan kota?" ucapku.
"Kenapa tidak membaca buku di perpustakaan di mansion ini?" ucap Senrio.
"Semua sudah ku baca," ucapku.
"Huh?! Benarkah?!" Senrio terkejut tak percaya.
"Kalau kakak tidak mau, aku sendirian saja ke sana. Karena pastinya Zu tidak mau kesana," ucapku. Celzuru hanya terkekeh.
"Tentu saja kakak mau, Yu! Tidak mungkin kakak membiarkan kamu sendirian di tempat itu. Bagaimana tiba-tiba ada orang mesum yang mendekatimu?!"
***
Di istana yang megah itu, Sang Pangeran sedang membaca buku di kamarnya.
'Aku tidak boleh jatuh cinta padanya!' Namun, ia tersipu saat mengingat senyuman tunangannya yang ditunjukkan kepada saudarinya.
'Kenapa ia tidak pernah tersenyum seperti itu untukku? Semenjak...'
***
Keesokan harinya aku, Celzuru dan kakak ku, Senrio pergi ke ibukota.
Aku berbisik kepada Celzuru, "Dengar ya, Zu! Kamu harus menemukannya agar kita bisa membuat alat-alat elektronik!"
"Ya, aku akan mencarinya," ucap Zu.
Aku tidak menggunakan gaun mewah saat bepergian ke ibu kota, hanya menggunakan gaun biru tipis polos dengan tudung yang menutuli rambut dan kepalanya. Aku mengepangkan rambut panjangku agar rambutku tidak terlihat berantakkan.
***
Di perpustakaan kota, aku mencarikan buku yang berbeda dengan buku yang ada di kediaman kami. 'Seperti yang ku duga, buku-buku ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di rumah. Sepertinya, lebih baik aku harus lebih mengasahkan sihirku sebelum hari kehancuranku.'
Aku menghampiri kak Sen yang sedang duduk di meja baca. Kakakku terus mengawasiku.
"Kakak terlalu kaku! Orang-orang yang akan berpikiran kalau kakak ini mesum jika melihatku seperti itu," ucapku dengan tatapan datar. "Lebih baik kita jalan-jalan ke kota saja, kak!"
"Bukankah kamu kesini mau membaca buku?" ucap kak Sen.
"Semuanya tidak menarik," ucapku.
***
Di kota, Celzuru tidak sengaja mendengar suara kotak musik. Ia pun segera mengikuti suara itu hingga menemui seorang yang ia cari.
'Bukankah aku terlalu beruntung bisa langsung menemukannya,' batin Celzuru. Ia segera menghampiri orang itu bersamaan dengan seseorang yang ikut melangkah menemui orang itu.
"Kamu!" ucap Celzuru dan orang itu.
"Apa yang anda lakukan disini, Yang Mulia?" ucap Celzuru dengan senyum paksa.
"Anda juga, adik ipar! Apa yang anda lakukan disini?" ucap orang itu yang ternyata adalah pangeran Agnreandel.
'Aku harus mendapatkan orang itu sebelum pangeran bar bar ini,' batin Celzuru. "Aku hanya mengikuti musik indah yang tidak sengaja ku dengar itu. Apa anda juga?! Tidak ku sangka anda sangat menyukai musik lembut seperti ini. Aku kira anda lebih menyukai musik yang kasar seperti anda."
"Aku tidak pernah mengatakan aku menyukai musik yang kasar, Lady Zu! Lagipula, aku hanya penasaran alat musik apa yang bisa membuat suara seperti itu," ucap pangeran Agnreandel. "Mungkin, aku bisa menghadiahkannya untuk kakakmu yang tercinta!"
'Omongannya hanya dusta,' batin Celzuru.
_____
See U...
- This is My Story -
by: yukimA15