Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Return Of Disaster

🇮🇩Zelars
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.4k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Kelahiran.

Jangan Lupa Tinggalkan Tanggapan Kalian ya:)

Di sebuah rumah sederhana, ditengah-tengah ladang gandum yang luas, terdengar melengking suara tangisan dari seorang bayi yang baru lahir. Hingga beberapa saat berlalu hingga tangisan itu selesai. Seorang bayi laki-laki, dengan rambut hitam yang tebal dan tampan telah lahir ke dunia.

"Lilith, kau melahirkan bayi yang sehat"

Seorang wanita dengan usia berkisar 50 tahun menggendongnya, menuju arah seorang wanita yang nampak baru saja melahirkan bayi tersebut.

"Yaaa dia bayi laki-laki yang sehat, tentu sehat. Karena dia adalah putraku." Ucap Lilith.

"Mama, mama dimana bayinya, aku juga ingin melihat adikku." Ucap seorang gadis kecil yang melihat dari samping ranjang.

Lilith sedikit membukakan penutup bayinya.

"Wahahaha... Dia tampan, jadi dia adikku kan? Dia adikku kan." Gadis itu bertanya dengan gembira, Lilith menjawab.

'Tentu saja dan dia pula adalah penerus ayah.'

Beberapa waktu berlalu, hingga sang bayi mulai aktif dengan tingkah laku bocahnya. Namun hal yang tidak mereka ketahui ialah, mata merah yang terukir diwajahnya dan sesuatu yang mulai tidak wajar muncul dipundaknya.

 "Miooo tolong bawa Arise kemari, ibu akan memandikannya."

 "Tunggu sebentar Mama!!!" Mio kecil dengan usia tujuh tahun, bermain dengan Arise yang masih balita.

"Ariseee ayo kita mandi." Mio melangkah ke arah Arise, ia menggendongnya di pelukannya dan di bawa ke Ibu.

Senyuman terlukis di wajahnya dengan gembira, dia mulai membuka pakaian Arise. Namun ada hal yang baru saja dia sadari ketika membalik badan si buah hati, tanda berwarna hitam, dengan bentuk kelopak mawar.

Lambang yang seharusnya hanya dimiliki oleh mereka yang menjadi musuh dunia, terukir dipunggung buah hati tercintanya.

"Tidak mungkin."

"Mama, tanda apa itu...?" Mio kecil bertanya. Lilith menjawab. "Aaaah kamu tau Mio, ini adalah tanda khusus yang Mama berikan kepada Arise agar dia selalu dalam keselamatan dan kebaikan."

Mio bertanya kembali dengan memiringkan kepalanya. "Hum? Jadi aku juga punya dong."

Lilith membalas.

"Kamu tidak perlu tanda itu, karena Mama tau, kau pasti akan menjadi orang yang lebih kuat, benarkan."

 "Hahaha tentu, Mio akan menjadi anak hebat dan melindungi Arise sebagai adik Mio."

Mio dengan bangganya tersenyum dan mencondongkan badannya.

"Aku harus melakukan penelitian kembali."

  Berlanjut✿◉◉◉•••—

Malam hari yang dingin berhembus, dengan udara dingin yang menyelimuti seluruh negeri. Saya dan Mio tidur bersama, namun tidak dengan Ibu.

Di malam yang gelap, nampak gelisah di wajahnya menjadi alasan, perasaan aneh yang seharusnya tidak ia rasakan kembali, justru muncul.

"Tidak salah lagi... Itu adalah tandanya, tapi mengapa ada di putraku. Ini adalah sebuah kesalahan, ini tidak mungkin terjadi. Arise adalah anak sehat dan dia juga tidak memberikan dampak buruk untuk siapapun. . . . . "

Malam yang dingin menjadi panas setelah digunakan untuk memikirkan sebuah hal yang bahkan dia sendiri tidak ingin memikirkannya.

Hingga di malam yang penuh dengan perasaan yang menghantui, Lilith tertidur disela-sela dia berpikir. Alam bawah sadarnya mulai menariknya, hingga di dalam mimpi dia kembali bertemu dengannya, Sang Perwakilan.

  "Lama tidak berjumpa Lilith."

 "Ha? Siapa kau— Eh kau adalah..!"

"Ya ini aku, nampaknya kau baru saja mendapatkan masalah baru." Sosok misterius itu bertanya dengan ramah.

"Kenapa kau bisa tau...?"

"Tentu aku tau... Karena aku mengawasi semuanya, Lilith kau harus bisa mengendalikan bayi kecilmu, para dewa mungkin akan mengincarnya, aku tidak bisa memberikan mantra yang sama kepadanya, seperti yang aku berikan kepadamu, karena itu hanya dapat aku gunakan sekali. Bayi kecilmu nanti, bisa menjadi malapetaka bagi seluruh dunia, tapi juga bisa menjadi penyelamat dunia. Itu semua tergantung dirimu sebagai ibunya."

 "Tidak, itu pasti hanya—"

"Yang aku katakan adalah kenyataan, mau tidak mau kau harus menerimanya. Tapi, aku berjanji akan selalu melindunginya pula. Jadi, sampai jumpa lain waktu."

Sosok misterius dari mimpi Lilith lenyap, hingga dia bangun karena mimpi tersebut.

Matahari dari arah timur mulai menyingsing bumi, menghilangkan kegelapan malam hari dan menggantikannya dengan cahaya indah dari sang mentari. Udara segar diperkebunan pagi hari, benar-benar menyejukkan, terlebih dengan kebahagiaan baru yang datang menghampiri.

Lilith memegang kepalanya karena merasakan tekanan di sana. "Apa mimpi itu memang benar-benar nyata, atau hanya mimpi biasa."

Semuanya itu berlalu begitu saja, seakan waktu tidak menjangkaunya. 17 Tahun semenjak saat itu, dia telah dewasa. Penuh perhatian, baik dan penolong, bekerja sebagai ahli besi dengan barang-barang yang berkualitas.

Dia tidak tumbuh dalam bimbingan akademi, tapi dari tumbuh dalam bimbingan ibunya.

"Pesanan hari ini benar-benar cukup banyak, bahan bakunya juga belum ku beli, tapi...."

"Arise apa kau sudah selesai...? Jika sudah kau harus makan."

"Tunggu sebentar ibu, aku akan menyelesaikannya sebentar lagi"

Arise kala itu hanya tengah mereformasi pedang yang ia temukan di bawah tanah, itu nampak pedang bagus dan berkualitas. Namun dia sedikit merasakan hawa tidak menyenangkan.

Walaupun begitu Arise hanya akan menghiraukannya— Mungkin?

"Baiklah, selesai."

Arise berjalan menuju ruang makan sesuai perintah ibunya.

'Pedang itu, aku merasakan hal yang tidak menyenangkan darinya. Entah dari mana suamiku dulu mendapatkannya, pedang itu terkadang membuatku tidak nyaman.' Perasaan aneh digumamkan dirinya dalam benak, setiap pandangannya kepada pedang aneh itu selalu saja mempengaruhi Lilith yang merasa tidak baik-baik saja ketika memandangnya.

"Ibu..?"

Arise memegang pundak Lilith.

"Huh...? Hadeuh, ternyata kau Arise, kau membuat ibu waspada."(Lilith)

"Hahaha... Maafkan aku, tapi ada yang ingin aku tanyakan kepada ibu."(Arise)

"Apa itu...?" (Lilith)

MALAM HARI DI TERAS RUMAH—

Malam yang hening menutupi, dunia gelap tanpa cahaya. Arise dan Lilith mendiami malam ini dengan saling berbicara, layaknya anak dan ibu pada umumnya. Namun, ada hal yang tidak seharusnya ia katakan.

"Ibu dulunya, adalah seorang bangsawan bukan...? Sang Penyihir, Pemegang Kunci Surga Lilith." (Arise)

"Jadi kau sudah tau... Ibu tidak akan menyangkalnya, itu masa lalu jadi tidak perlu dibicarakan." (Lilith)

"Tentu perlu, aku bingung kenapa ibu membuang kasta tinggi itu dan memilih menjadi orang biasa, padahal jika ibu mempertahankannya. Ibu bisa menjadi lebih baik." (Arise)

"Arise...! Kehidupan bukan mengenai siapa yang berada dia atas tahta tertinggi dan martabat tertinggi, inilah dunia tempat dimana saja bisa terjadi, keburukan, pengkhianatan bisa terjadi... Ibu membuang kasta bangsawan, karena memang ibu membenci mereka, otak busuk yang hanya memanfaatkan kalangan rendah untuk dijadikan sebagai bidak." (Lilith)

Suasana berhembus dengan tegang, Arise menunduk sembari memikirkan apa yang baru saja terjadi. Namun dikala mereka tengah saling berdiam, sesuatu jatuh dari atas langit menghantam bumi.

"Apa itu?" Tanya Arise dan Lilith mencari sumber suara. Hingga sebuah lubang nampak melingkar ditengah kebun mereka "Apa ini...?" Lilith bertanya dengan keheranan.

"Ibu awas...!" Teriak Arise.

Sosok makhluk aneh berbadan tinggi besar yang nampak seperti serigala menyerang ibu, namun saya menahannya dengan sihir <Nihel; Cengkraman Iblis> kemampuan psikis yang cukup hebat.

Tangan Arise dipenuhi partikel hitam membara, ia melempar monster serigala tersebut ke hutan. Bersamaan dirinya yang melompat dan menendangnya dari udara.

"Sihir penghirauan jarak. Sejak kapan dia menguasainya, padahal aku tidak mengajarinya." Ibu bertanya-tanya, setelah dia melihat anaknya melempar serigala monster, tanpa menyentuhnya. "Tidak mungkin tandanya mulai mempengaruhinya, aku telah menerapkan sihir untuk menyegelnya."

Di hutan Arise nampak masih beradu kekuatan dengan serigala monster tersebut, hingga dengan sihir yang sama seperti tadi, iamencengkram serigala tersebut.

Arise melemparkan pedang yang ia sarungkan, pedang melesat menembus kepala monster tersebut.

"Kau lancang berani menyerang ibuku."

"Arise...! Kau tidak apa-apa?" Lilith turun dari langit. "Apa kau terluka?" Dia bertanya dengan khawatir, dan memeluk saya

"Sudahlah Ibu, aku tidak apa-apa. Mengurusi monster seperti ini bukanlah apa-apa bagiku. "

"Uhhh...? Bentuk ini, mutasi iblis...!"