Lima ribu tahun lalu, terdapat sosok yang menghancurkan dunia, melenyapkan dewa dan merusak keseimbangan alam semesta hanya demi kepentingan dirinya. Namun ada hal tersembunyi di balik niatnya tersebut.
Namanya adalah Sarion.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan Raja Iblis."
Seorang wanita dengan pedang emas yang di pegangnya bertanya.
"Sudah lama saat aku menghancurkan Dewata perusak, dunia ini bisa saja runtuh jika para Dewa tidak segera menanggulanginya. Aku ingin membuat perdamaian antara berbagai ras di dunia."
Ujar Sarion.
"Perdamaian...? Jangan konyol, kau yang menyebabkan semua pertumpahan darah di dunia ini. Tapi justru kau yang mau mengakhiri ini? Apa mereka akan percaya setelah semua ini berlalu, Sarion!"
"Percaya atau tidak aku tidak peduli, aku muak dengan semua ketetapan surgawi dari para Dewa. Lalu aku-lah yang akan menghancurkan ketetapan itu, peraturan yang di buat mereka mengenai peperangan 5.000 tahun sekali adalah ketetapan yang dilakukan oleh para Dewa. Apa kau menginginkan pertumpahan darah terus berlanjut, Olivia?"
Olivia termenung
Dia tidak dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh Sarion
Bingung dan putus asa, dia tertunduk dengan meneteskan air mata, Sarion mendekat, dia mengusap air mata yang menetes dari wajah lembut Olivia.
Olivia hanya cukup terkejut, Raja Iblis yang dia pandang buruk, ternyata memiliki sisi lembut.
"Aku muak, aku marah, aku sungguh membenci semua ini. Aku ingin menghentikan semua keburukan yang terjadi, tapi bagaimana caranya, sedangkan aku tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya... Aku harus seperti apa Sarion."
"Aku akan mewujudkannya."
Olivia terpaku sejenak, dia mundur dari genggaman Raja Iblis Sarion.
"Apa maksudmu."
Olivia bertanya.
"Akan aku ciptakan era itu, di dalam diriku ada kekuatan besar yang melebihi ketetapan surgawi. Kita akan memisahkan ketiga alam, yaitu Manusia, Iblis dan Peri... Kita juga akan memutus penghubung ruang waktu dan menciptakan lapisan penutup, yang bahkan para dewa tidak akan bisa memasuki dunia. Aku membutuhkan kekuatan suci mu dan Sang Ibu para peri Celestia."
Di sela-sela itu, cahaya hijau muncul tepat di antara Sarion dan Olivia.
"Jadi kau akhirnya membutuhkanku Raja Iblis?"
"Kami baru saja membicarakan dirimu Celestia."
Ujar Raja Iblis Sarion.
"Celestia... Aku ingin kau menceritakan kepadaku mengenai apa itu alam dewa dan apa yang dimaksud ketetapan."
Ucap Olivia, Celestia menjawab.
"Aku ini Dewi para peri, jadi aku memiliki pengetahuan mengenai alam mereka, karena aku juga memiliki informasi Dewata dalam diriku... Tapi, itu adalah hal tabu, jika aku menyebarkan informasi tersebut, maka aku bisa saja hancur oleh perintah Dewa."
Balas Celestia.
"Tapi tadi... Kenapa Sarion tidak terpengaruh, bukankah itu hal tabu"
Sarion menjawab.
"Aku berada pada ranah berbeda, apakah kau tidak tau? Aku tadi mengatakan kalau aku menghancurkan mereka bukan. Umumnya makhluk dunia mustahil melakukannya, aku sendiri tidak terikat oleh ketetapan mereka, jadi aku bisa melakukan apa yang aku mau. Bahkan jika aku mau memusnahkan mereka, aku bisa saja melakukannya."
Olivia bertanya.
"Apa maksudmu tidak terikat?—"
Celestia berkata.
"Diluar ketetapan mereka, Sarion sejak awal memang buronan para Dewa. Aku tidak akan menjelaskan lebih, hanya saja Sarion memang makhluk kekacauan yang memiliki dua kemungkinan takdir, antara menjadi penyelamat dunia atau menjadi penghancur dunia... Tergantung bagaimana caranya."
"Mereka mengecap ku sebagai penghancur, maka aku gunakan gelar penghancur ku untuk menghancurkan ketetapan busuk dari sesuatu yang mereka sebut keseimbangan."
Sahut Raja Iblis Sarion, Olivia berkata disini.
"Aku perlu waktu untuk menguraikan ini ಠ_ಠ"
"Jadi semuanya telah diputuskan, bagaimana denganmu Olivia."
Tanya Celestia.
Olivia membalas.
"Jika itu, memang bisa menjadi syarat untuk menghentikan peperangan ini, maka aku akan melakukannya."
" Oh yaa tadi kalian nampak sangat cocok, apa jangan-jangan selama ini<( ̄︶ ̄)> "
Senyuman aneh terlukis di wajah Celestia.
"Tidak-tidak itu hanya(๑•﹏•)"
Sarion tidak mengerti apa yang sedang di bicarakan oleh Celestia dengan Olivia, mungkin semacam ungkapan cinta? Dia berpikir.
"Besok temui aku di altar 3 ras, kita akan mulai di sana."
"Para Dewa pasti akan menggagalkannya."
Ujar Celestia.
"Tenang saja, aku punya sekutu lain." Balas Raja Iblis.
FUTURE ERA—ミ●
"Mimpi macam apa tadi malam itu."
Ucap Arise yang bertanya sembari meneguk secangkir kopi yang ada genggam, dia termenung tentang mimpi aneh yang tadi hadir, Arise menggali lebih dalam pikirannya dan berpikir lebih dalam.
Tok Tok Tok; Pintu rumah diketuk oleh seseorang
Arise membuka pintu rumah, tapi yang ia dapati. Seorang gadis dengan rambut hitam tebal, dengan mata biru berlian dan bulu mata tebal. Tubuh indah, dengan pakaian militer.
"Huh...?"
Gadis itu memegang kedua pipi saya
Ia memeluk saya dan tersenyum bahagia.
"Kamu sudah dewasa yaa Arise, mau mandi bersama."
"Jangan konyol."
Saya mencoba melepaskan pelukannya yang mengikat diri saya. Namun ia melawan dengan terus menarik saya.
"Ara- Ara Mio... Kau pulang lebih awal yaa."
Lilith ibu saya berjalan dari belakang rumah dengan membawa buah-buahan dari kebun.
"Sore ibu."
Mio tersenyum kepada Lilith sembari terus mencoba agar pelukannya dari saya tidak terlepas. Kami bisa di katakan akur, tapi dalam konteks tertentu kata itu dapat di tiadakan.
--- BERLANJUT KE MALAM HARI
"Laporan yang ibu kirimkan ke pemerintahan telah ditanggapi langsung oleh Ratu, dia menitipkan pesan kepadaku."
Mio memberikan lembaran kertas kepada Ibunya.
'Lama tidak berjumpa kakak, aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu sekarang? Aku dengar putramu adalah seorang pandai besi yang sangat hebat. Ahh yaa kau mengirimi ku mengenai laporan, bahwa binatang mutasi iblis telah muncul ditempat mu. Seluruh tim investigasi telah dikerahkan oleh kerajaan, bahkan kami telah mengirim surat rahasia langsung ke kaisar timur untuk meminta bantuan jika ada hal yang tidak dapat dikendalikan datang. Aku ingin kau datang ke kerajaan ku, aku ingin kau aman disini, tapi nampaknya aku tidak dapat membujuk mu untuk saat ini, jadi Sampai jumpa.'
Tertanda 'Ratu Algard Edelgard.
Mio mengintip dari belakang.
"Kebiasaannya memanggil ibu sebagai kakak, masih belum hilang yaaa."
Ucap Mio
Lilith menegur.
"Kau mengintip, itu tidak baik... Yaa kebiasaannya telah ada sejak dulu, saat itu. Ibu dan dia sangatlah akur, hingga kejadian itu—"
"Cukup, aku benci dan jangan ceritakan mengenai hal itu. Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkannya."
Mio hanya memberikan tatapan datar nan dingin, dia pergi meninggalkan Lilith sendirian.
"Malam yang dingin... Dimana Arise, apa dia ada di kota?"
—MALAM GELAP DI IBU KOTA—╬
Malam yang gelap tanpa sinar rembulan, dunia yang dingin dengan angin yang berhembus semilir, rambut hitam yang lebat terhembus kan, mata merah Crimson memancar dari kegelapan.
Pedang yang membunuh masa depan, dipegang bagaikan pemusnah takdir. Arise tersenyum di atas menara dengan angkuh, topeng hitam menyembunyikan nafasnya yang sebenarnya.
"Jadi seperti seperti ini rasanya bebas, aku benar-benar sangat menginginkan hal ini."
Malam gelap di istana Ratu, seorang wanita dengan paras jelita berdiri di teras kamarnya yang berada di istana. Raut wajahnya nampak tidak senang dengan apa yang dia pikirkan.
Kegelapan masa lalu.
Kehancuran yang mulai akan berhembus.
"Malam ini, udara yang tidak menyenangkan. Aku berharap semuanya baik-baik saja."
Gumam Edelgard.
"Apa kau menginginkan bantuan atau kekuatan...?"
Arise berdiri di belakang Edelgard, dengan sebilah pedang berwarna biru yang unik. Ujung yang merobek takdir, dan aura yang terasa menekan. Mata merah menolak untuk ditaklukkan.
"Pilihlah."
Ujar Arise yang mendekat ke Edelgard.