Chereads / Rebelion / Chapter 3 - (3) Menuju Sekolah Sihir

Chapter 3 - (3) Menuju Sekolah Sihir

Hari pertama Nino dan Hitoshi latihan mereka berlatih sendirian, Nino di hutan dan Hitoshi di taman. Nino melatih sihirnya serta otot nya supaya kuat.

"Wusshh!"

Nino melatih sihirnya dengan menggunakan teknik bela diri. Tangannya diselimuti api biru. Ia melakukan jab dan cross berulang kali di pohon kecil.

"Blam!"

"Ini masih belum cukup, aku harus menjadi lebih kuat lagi untuk masuk sekolah sihir hogwarts!"

Nino memukuli kayu pohon secara beruntun dan kayu tersebut hancur akibat pukulan Nino.

"Pow!"

Kayu dari pohon kecil itu hancur dan runtuh. Pohon tersebut jatuh ke arah Nino.

Menghadap ke atas "Ohh tidak!!"

Nino mengangkat tangan kanan nya dan mengeluarkan sihir angin sehingga pohon yang menjatuh ke arah Nino tertebas.

"Zrak..."

Pohon tersebut terbelah menjadi dua dan terjatuh.

"Gedebug!"

Nino terjatuh dan ia terkejut karena ia tiba tiba mengeluarkan sihir angin.

"Fyuuhh... Itu hampir saja, aku hampir terluka karena hal itu."

Nino berdiri dan merapikan debu yang ada di pakaiannya.

"Sekarang aku akan melatih sihir angin ku!"

Nino duduk menyilang di atas batu dan bertapa untuk melatih sihir angin nya. Ia memejamkan mata nya dan mencoba membangkitkan sihir anginnya.

"Baiklah, rasakan mana itu mengalir di tubuhku dan--"

Tiba-tiba tubuh Nino mengeluarkan aura sihir yang dahsyat sehingga menciptakan angin kencang di sekitarnya.

Nino berdiri dan membuka matanya "Aarggh!"

"Bagaimana mencontrol sihir yang dahsyat ini?"

Mata Nino berwarna putih terang dan rambutnya berubah menjadi biru muda. Nino memegang kepalanya dengan kedua tangannya karena kesakitan dan mencoba mencontrol sihirnya.

"Ini sangat kuat sekali!"

"Aku tidak bisa mengendalikannya."

Nino teringat dengan kata-kata Alice untuk mencontrol sihirnya supaya tidak lepas kendali.

"Kamu harus mencoba menahan rasa emosi mu dan coba untuk tenang."

"Sihir yang lepas kendali biasanya terjadi karena pengguna sihir terasa emosi dan tidak berpikir secara tenang."

Omongan Alice yang kemarin bicarakan pada Nino membuatnya mencontrol emosi dan mencoba tenang.

"Oke...oke aku akan mencontrolnya!"

"Fuuu..."

Nino mengontrol sihirnya dan perlahan aura sihir angin mulai menghilang. Nino terus mencoba tenang dan akhirnya aura sihir angin mulai menghilang.

Nino melepaskan tangannya di kepalanya "Akhirnya Aura itu hilang."

Nino terjatuh berlutut ke tanah karena mana nya sedikit.

"Sihir itu menguras banyak mana ku."

"Aku harus berlatih lebih giat lagi dan aku akan mencoba menggabungkan sihir api ku dengan sihir angin."

Nino berdiri memegang dadanya, berjalan ke batu yang besar dan duduk bersender di batu tersebut.

"Uhhuk, latihan hari ini cukup lumayan gila ya."

Nino menghadap ke langit.

Di taman Hitoshi berlatih sihir kegelapan. Ia menciptakan objek lubang bayangan saat Hitoshi mengarahkan tangannya ke arah yang ia tempuh.

"BlackHole!"

Lubang hitam keluar tepat di depan samsak orang orangan sawah dan menarik benda di dekatnya. Samsak tersebut tersedot ke lubang hitam dan meledak di dalam lubang hitam.

"Blarr...."

Hitoshi menurunkan lengannya "Sihir ini sangat kuat, aku bisa memanipulasi bayangan dan menciptakan objek bayangan."

"Aku pasti bisa masuk ke sekolah sihir Hogwarts!"

Hitoshi tersenyum dan mencoba sihir baru yang ia pelajari.

"DimensionalWarp!"

Lubang hitam yang sebesar Hitoshi muncul di depan nya. Hitoshi masuk ke dalam lubang tersebut dan ia berpindah tempat ke Atap rumah sejauh 2km.

"Wahh keren!!"

Hitoshi mengangkat kedua tangannya ke atas

"Sihir ini sangat keren sekali!"

Hitoshi ternseyum dan menurunkan kedua tangannya. Ia mencoba sihir 'DimensionalWarp' dan Hitoshi kembali ke taman.

"Aku harus melatih kelincahan ku dan reflek supaya aku bisa cepat menghindari serangan secara tiba-tiba."

Hitoshi berjalan dan duduk di tempat duduk taman, melihat anak kecil bermain dengan keluarganya di depan Hitoshi.

"Mereka keluarga yang sangat bahagia ya!"

Hitoshi berbicara dalam hati.

"Baiklah kita sudahi dulu hari ini karena sudah mau sore. Nino berlatih dengan baik ga ya?"

Hitoshi berdiri dari tempat duduk dan berjalan kembali ke panti asuhan sendiri. Hitoshi sampai di depan panti asuhan dan ia mencoba membuka pintu panti asuhan tersebut.

"Kreeek...."

Hitoshi membuka pintu dan ia berjalan masuk.

"Eh? Nino belum dirumah ya?"

Saat Hitoshi masuk ke panti asuhan ia mencari Nino di ruang tamu dan mencari Nino, tapi Nino belum di rumah dan Hitoshi disambut pulang oleh Alice.

"Selamat datang Hitoshi. Apa latihan mu lancar?"

Alice berjalan ke Hitoshi dan ia berlutut memegang pundak hitoshi dengan kedua tangannya.

"Baik kok bu Alice, Nino belum di rumah ya?"

Ucap Hitoshi.

"Iya dia belum kembali, mungkin saja ia sedang dalam perjalanan pulang."

Alice melepaskan kedua tangannya dari pundak Hitoshi dan ia berdiri mengulurkan tangan ke Hitoshi.

"Apa kau mau kubuat teh atau susu untuk mu?"

Alice menawarkan minum ke Hitoshi. Tapi Hitoshi menolak dan ia lebih memilih untuk minum air putih.

"Aku mau minum air putih saja."

"Ohh begitu, yaudah."

Alice menggandengkan tangannya ke Hitoshi dan menutup pintu panti asuhan. Mereka berdua berjalan ke sofa dan duduk berdua bersampingan.

"Bagaimana latihan mu Hitoshi, apa kau mempelajari sihir kemampuan baru?"

"Sihir kemampuan? Apa itu ibu Alice?"

Alice menanyakan hasil latihan Hitoshi, namun Hitoshi tidak mengerti apa itu sihir 'kemampuan' yang disebut Alice.

"Sihir kemampuan itu adalah semacam jurus yang kau ciptakan menciptakan objek dan memanipulasi sihir kamu."

"Sihir kau adalah sihir bayangan kan?"

"Kau pasti bisa memanipulasi bayangan serta membuat objek untuk menyerang dengan sihir yang kau buat."

Alice menjelaskan apa itu sihir 'kemampuan' kepada Hitoshi. Hitoshi bersender di sofa dan ia memberi tahu bahwa ia menciptakan objek sihir dan memanipulasi ruang.

"Aku baru saja menciptakan objek yang kusebut 'BlackHole' pada sihir ku."

"Dan aku bisa memanipulasi ruang untuk berpindah tempat sejauh yang aku inginkan."

Alice mengangguk "Begitu ya, sihir itu sangat bagus sekali apalagi penggunanya lincah dan refleknya bagus."

"Iya, aku sekarang sedang berlatih reflek ku supaya aku bisa menghindari serangan secara tiba-tiba."

Hitoshi menyenderkan kepalanya ke lengan kanan Alice. Suara ketukan pintu tiba tiba terdengar. Mereka berdua berdiri berjalan ke arah pintu.

"Tok, tok..."

Pintu terbuka dan yang berjalan masuk adalah Nino. Nino berjalan masuk memegang dadanya dengan tangan kiri nya.

"Nino, apa kamu tidak apa-apa?"

Alice dan Hitoshi berjalan ke arah Nino, Alice kaget karena Nino tanpak seperti capek dan kesakitan. Alice berlutut dan memegang kedua pipinya Nino.

"Ada apa Nino? Apa yang terjadi padamu?"

Alice sangat khawatir ke pada Nino dan ia segera menanyakan apa saja yang terjadi pada Nino. Hitoshi di belakang Alice dan mencoba menanyakan hal yang sama pada Nino.

"Apa kau baik-baik saja Nino?"

Nino segera menjawab pertanyaan dari Nino dan Hitoshi dengan pelan karena ia merasa lelah sekali.

"Sihir ku saat sedang berlatih lepas kendali dan itu memakan banyak mana ku dan dada ku sakit karena banyak menggunakan mana."

Ucap Nino.

"Begitu ya, apa kamu bisa mencontrol sihirnya?"

Ucap Alice dengan nada terdesaknya.

"Umpung saja aku bisa mencontrol nya secara baik"

"Aku mengingat omongan mu yang kau bilang padaku untuk mencontrol sihir yang lepas kendali."

"Aku mencoba menahan emosi ku dan menenangkan diriku. Secara perlahan Aura sihir ku menghilang secara perlahan dan aku hampir pingsan."

"Dan aku juga hampir ketiban pohon. Hehe"

Nino menyengir.

"Kamu sangat ceroboh Nino. Kamu harus melatih emosi mu kedepannya dan mencontrol sihir mu!"

Alice mencubitkan pipi Nino di bagian kanan.

"Aww, sakit sakit!!"

"Maaf... Aku akan melatihnya lagi kedepannya!"

Hitoshi yang mendengarkan obrolan mereka merasa lega karena Nino baik-baik saja. Alice melepaskan cubitan di pipi Nino dan Nino menghadap ke arah Hitoshi.

"Aku baik baik saja kok, Hitoshi!"

Nino mengangkat tangan kanannya dan memberi jari jempol ke Hitoshi.

Alice melepaskan kedua tanganya dari pipi Nino dan berdiri "Baiklah karena sudah sore hari kalian buruan segera mandi lah, dan siap siap untuk makan malam bersama!"

"Baik Ibu Alice!"

Ucap Nino dan Hitoshi