Setelah mendekati sebuah Altar, penglihatannya menjadi gelap gulita tak bisa melihat apapun sama sekali didepannya.
Demi keselamatan dirinya, ia memutuskan untuk berdiri ditempatnya dan diam sejenak sampai 5 detik setelahnya penglihatannya kembali lagi seperti semula.
Sejak penglihatannya kembali ia tidak lagi berada disebuah kuil, melainkan ia sedang diatas meja makan panjang seperti dipesta makan keluarga kerajaan, Raviel segera turun dari sana lalu menglihat sekeliling dimana hanya ada dirinya seorang yang ada ditempat tersebut.
"ini sudah bukan bagian game lagi. Data game yang kumainkan saat itu sudah 100% jadi tidak mungkin aku melewatkan sesuatu, terutama tempat yang begitu asing seperti ini. " ujarnya.
Diujung meja terdapat sebuah buku yang ditempatkan diatas podium. Ia pun segera berjalan menghampiri podium dan sesekali melirik beberapa piring serta lilin yang berada diatas meja.
Ketika sudah sampai, ia langsung saja membuka buku tersebut.
'manusia, suatu makhluk yang tidak akan pernah ada namanya rasa puas. Selamat datang dikuil Ziggurt, jika kalian kemari untuk mencari kekuatan, kalian semua berada ditempat yang benar. Jika kalian kemari hanya untuk makanan, tentu saja kalian juga benar. Aku akan memberikan keinginan serta hasrat terpendam disetiap jiwa manusia.'
Dirinya segera membalikan ke halaman selanjutnya dan terus membacanya dengan teliti
'sebelum itu biarkan aku memperkenalkan diriku, aku Sin Of Gluttony mungkin kalian kemari berkat petunjuk dari para saudara saudaraku. Kalian salah besar jika aku memberikan kekuatan secara cuma-cuma, aku akan memilih orang yang seharusnya layak.'
Raviel membaca halaman sebelah lagi
'untuk sebuah kekuatan yang besar butuh pengorbanan yang besar, mungkin kalian tidak akan heran lagi jika kalian sudah berada disini itu berarti kalian sudah melakukan pengorbanan jiwa dari rekan kepercayaan kalian'
Disini ia melihat kedepan dan merasakan suasana yang tadinya sepi sekarang menjadi begitu ramai sekali, dari yang hawanya dingin kini mulai menjadi hangat.
Merasakan sebuah keganjalan tersebut, dirinya memutuskan untuk terus maju karena tidak ada sebuah pintu sama sekali diruang ini.
'kalian harus membuktikan jika kalian layak untuk menerima sebuah kekuatan dariku. Teruslah memakan apapun yang ada ditangan kalian , makanan itu tidak akan membuatmu kenyang justru sebaliknya semakin banyak yang kau makan, semakin lapar dirimu.'
"makanan ditangan? "
Ditangan kirinya ia merasakan memegang sesuatu, ketika ia melihatnya terdapat sebuah burger yang ukurannya cukup besar untuk seukuran tangannya sekarang.
"baiklah hanya memakannya saja bukan? " pikirnya
Tanpa pikir panjang ia langsung saja bersandar dimeja lalu melahap burger itu dan terus mengunyahnya dengan cepat
"mmhhnn... Rasanya seperti burger diduniaku, apa didunia ini ada burger juga ya? "
Tanpa ia sadari dihalaman berikutnya terdapat lembaran kosong yang perlahan lahan muncul sebuah tulisan berwarna merah darah
'setiap kali kau memakannya fisikmu akan semakin melemah tapi ada kesempatan kau tidak merasakan efek apapun sama sekali'
Dan bodohnya orang itu justru santai santai saat memakan burger ke 2 dan menghiraukan buku yang terdapat diatas podium.
Noom noomm noomm
"mnngluphhn... Tunggu sebentar sampai berapa lama aku harus memakannya? " pikirnya.
Setelah lahapan terakhir, muncul kembali burger dan lanjut melahapnya seperti biasa.
12 burger telah ia lahap habis, saat gigitan terakhir untuk burger yang ke-13, ia langsung muntah darah
"nghhh wuekhhhh.... "
Rasa sakit masih ia rasakan, tenggorakannya seperti menelan 30 silet secara langsung dan masuk begitu saja ke dalam tubuhnya.
"hhhaa... Mngghhaaa... Sial apaan-apaan itu"
Raviel melihat lagi sebuah burger yang ke-14, ia memutuskan untuk memakannya lagi. Tetapi hal sama tetap terjadi dirinya masih memuntahkan darah seusai menghabisinya
"si... Sialan... Apa aku akan mati jika terus memakan burger ini seperti orang-orang yang kemari sebelumnya!? " ucapnya
Ia memandangi burger tersebut dengan rasa kesal serasa ingin langsung melemparnya ke lantai.
Dan sekilas ia langsung menyadari sesuatu dari perkataannya.
"tunggu, jika memakan makanan ini bisa membuat seseorang mati, mengapa tidak ada jasad ataupun tulang belulang mereka sama sekali disini?"
Ia memutuskan untuk segera kembali ke podium tersebut lalu baru menyadari ada tulisan baru yang sebelumnya tidak ada.
"berarti dari burger pertama hingga ke-12 itu aku beruntung. Dan sisanya baru merasakan efek sampingnya, lantas apa yang terjadi jika seandainya mereka tidak memakannya? "
Ia membuka halaman berikutnya dan hanya terdapat lembaran kosong. Raviel terus membuka tiap halaman yang tak tertulis, sampai ia menemukannya di 10 lembaran akhir buku
'jika kau tidak memakannya selama 5 menit, kau dinyatakan gagal dan akan diteleport paksa secara acak dari ketinggian '
"babi! Berarti sama saja kalau begitu."
Raviel kembali lagi menatap burgernya sesaat dan memikirkan sesuatu yang akan terjadi kedepannya.
'tapi meski begitu ada kemungkinan bisa selamat, tapi apa perlu aku mempertaruhkan hidupku disini?' ucap dalam hatinya.
Ia masih bingung dengan pilihan apa yang harus dirinya pilih. Meskipun masih begitu bimbang akan pilihan ia udah memutuskan tekadnya.
Raviel menggenggam erat Burger tersebut dengan erat "lebih baik mati perjaka daripada menikah sama nenek-nenek! "
Ia langsung memakannya lagi dengan sangat rakus. Disetiap gigitan dan nafas takdirnya ditentukan oleh makanan yang dirinya makan.
"ammhhnnn... Nghwloohhh... Amngghh mhhnnnn nggwlohhh..."
Meskipun makanan tersebut terselimuti oleh darah yang keluar dari mulutnya, ia tetap terus memakannya tanpa henti sampai gigi serta mulutnya berlumuran oleh darah miliknya sendiri.
"nghhah-- hhhhaaa... Ummnghhhaa....hhhaa sshhaaa... Nnhhhaa..... Lapar... Aku benar benar sangat lapar... "
Sudah 56 burger yang ia makan dan hanya 5 kali saja Raviel beruntung tidak terkena efek makanan tersebut.
Dari yang berdiri tegak, kini ia hanya bisa duduk bersandar dibelakang kursi dengan kondisi yang begiru lemas, urat serta tulangnya begitu terlihat yang terselimuti oleh kulit.
"hhhaaaa...hhhhaaa..... "
Raviel semakin sulit bernapas karena saking lemah dirinya saat ini, bahkan penampilan saat ini bukan seperti seorang manusia lagi melainkan zombie.
"Gi.....gi...tan..... terakhir.... "
Tangan kanan mulai mendekati mulut lalu langsung menempelkannya serta mendongak keatas atas agar bisa langsung tertelan.
Tidak ada efek yang terjadi sama sekali kepada dirinya sama sekali. Saat ia melirik tangan satunya, burger yang biasanya selalu muncul kini sudah tidak ada lagi yang membuktikan jika dirinya telah layak memiliki kekuatan dari kuil tersebut.
"akhirnya... Aku... "
perlahan kesadarannya mulai runtuh dan Raviel terus menjaga membuat dirinya terjaga.
"me... Nang..."
Tubuhnya ambruk terlantai ditemani dengan senyuman kemenangan diwajahnya.
***
Ntah sudah berapa hari dirinya tak sadarkan, ketika Raviel membuka matanya, ia berada disebuah ruangan yang berbeda dan kali ini ruangannya semakin sempit.
"dimana aku? " ucapnya yang menoleh ke kiri dan kanan dengan lambat.
Ketika ia melihat kedepan, dihadapannya terdapat sebuah tangan naik dan ditengahnya terdapat sesuatu yang menancap ditengah Altar.
"apa itu... kekuatan.... yang dimaksud" ucapnya yang masih lemas
Dirinya berusaha untuk bangun perlahan lahan meskipun tubuhnya terasa sangat berat sekarang ini.
Raviel terus berjuang untuk maju disetiap langkahya, memerlukan waktu 10 detik hanya demi 1 langkah.
10 anak tangga sudah ia naiki, saat ditangga ke 14 terlihat makin jelas. Sebuah Dagger berwarna coklat kemerahan seperti darah yang mengering dengan badan dan kepala tengkorak yang terbuka ditengah serta sebuah pisau belati yang seakan menancap diatas kepalanya,lalu 3 tulang yang melengkung didepan seakan akan keluar dari dalam tubuh tengkorak dan disetiap ujungnya begitu runcing, seperti mata pisau dibagian atasnya.
"jadi ini kekuatan yang disebutkan didalam buku itu"
Ia segera menghampirinya dan memegang gagang dagger tersebut. Perlahan-lahan fisiknya mulai kembali lagi seperti semula bersamaan dengan aura merah gelap yang menyelimuti sekujur tubuhnya
Raviel segera memegang gagangnya dengan begiru erat dan berusaha untuk mencabutnya
"mmnnhhhhggg... Nnnnggghhhaaa!!"
Ssrang!!
Dagger tercabut, dalam sekejap muncul sebuah layar UI seperti didalam game RPG yang memunculkan sebuah statsnya sekarang ini.
Raviel yang menyadarinya cukup terkejut akan hal itu, meskipun dirinya tau ada sistem level tapi tidak tunjukkan secara langsung, melainkannya hanya ada saat bertarung menggunakan robot karena game ini memiliki elemen genre sci-fi, jadi tidak usah heran jika ada sebuah kapal terbang diudara seperti difilm Starwars.
Stats: level 1
Race: Human
[HP: 2.400/2.400] [MP: 800/800]
[SP:100/100]
Str: 20
Def: 5
Agi: 24
Dex: 30
Ability :
Pasif :
[Ravenous: saat dirimu merasakan lapar, semua stat ditingkatkan sebesar 20%. Stat meningkat sebanyak 0,5% jika berhasil membunuh target, pasif ini bersifat permanen dan bisa distack sebanyak 30]
Weapon:
[Dagger Of Ravenous]
Senjata yang terlahir dari dosa kerakusan membuat penggunanya merasakan efek kelaparan tak terhingga selama memegang senjata ini.
Atribut:
STR: 70+
AGI: 40+
DEF: 25+
SP: 40%+
Pasif Unique:
[Sin Of Gluttony]
Dosa kerakusan, sebuah dosa yang dapat menyebabkan kekacauan didunia oleh manusia. Manusia tidak pernah merasakan cukup dan ingin rasa lebih, baik itu dari hawa nafsu, harta, kekuasaan,jabatan ataupun kekuatan.
Memasuki mode Ravenous, pengguna dapat merusak batasannya baik itu stats, ataupun pasifnya dari batas normal. Sebagai bayaran pengguna akan terus merasakan lapar yang hebat.
Skill:
-Slash Hungry-
Setiap memberikan tebasan kepada lawan, diri membagikan rasa lapar terhadap musuh yang membuat staminanya berkurang setiap detik berlangsung selama 3 detik.
Cooldown: 0
-no title-
-no title-
-no title-
-no title-
Setelah membaca UI tentang stat dirinya beserta senjata yang sekarang ia pegang ia semakin tertarik, ditambah dikehidupan sebelumnya tidak ada UI seperti ini ketika memainkan game tersebut.
"menarik-menarik, dah kayak solo leveling aja. Tapi tentu aku tidak akan mengikuti langkah orang itu, solo leveling tapi manggil undead." mengingat karakter Sung Jinwoo dipikirannya.
Dirinya terus menatap dagger aneh yang kini ia pegang sekarang dan terus menatap lubang mata dari tengkorak.
"kalau dilihat-lihat sepertinya benda ini hanya bisa dimasukkan kedalam inventory"
Ia segera membuka UI inventory dan menyimpan Dagger Of Ravenous disana.
Kemudian Raviel menoleh kearah kiri dan kanan karena bingung memikirkan bagaimana cara dirinya bisa keluar dari sana. Dan dalam sekejap dirinya langsung diteleport secara paksa membuat pandangannya silau terkena cahaya walaupun hanya sekilas.
Ketika Raviel membuka matanya kembali, dirinya sudah berada didepan reruntuhan. Jika dilihat dari struktur reruntuhannya terlihat begitu modern bahkan didunianya sendiri kalah modern dengan reruntuhan tersebut.
"kurasa ini tempatnya"
Raviel memulai berjalanannya memasuki reruntuhan modern tersebut, dan menemukan tulang belulangnya serta jasad tengkorak yang masih memakai jas ilmuwan.
Raviel segera berdo'a didepannya mendo'akan ketenangan kepada jasad tersebut lalu mengambil kartu identitasnya yang dikantong jasnya.
***
30 menit telah berlalu dan kini Raviel telah sampai didalam pangkalan pesawat.
"akhirnya ketemu juga kau item gachaku" tersenyum menatap sebuah kapal terbang.
Alexander yakni kapal terbang yang ia miliki dari dalam game, akhirnya sudah ada didepan matanya. Raviel tidak merasa sia sia membaca sejarah tentang kapal Alexander, dan diantara semua kapal hanya dia sendiri yang memiliki ukuran yang lebih besar.
"ntah kenapa vibesnya seperti anime Mobuseka, apa hanya firasatku saja ya? " pikirnya
Raviel segera membuka pintu kapal menggunakan kartu identitas yang ia ambil sebelumnya dan masuk kedalam.
Alexander kapal peringkat SSR, kapal ini memiliki banyak sekali fungsi mulai dari senjata yang memiliki berupa railgun dan juga meriam sihir serta beberapa rudal balistik yang bisa keluar dari bagian atap kapal, ataupun daya tahan serta pertahannya yang dipenuhi perisai sihir disetiap sisinya.
"dan yang paling pentingnya"
Brukk! Ppssssstt....
Sesosok robot setinggi 5 kaki berdiri dihadapan Raviel yang dianggap sebagai penyusup.
"Kapal Alexander ini memiliki Ai jadi bisa dijalankan secara auto selama game"
Ia segera mengambil Senapan dibelakang punggung lalu mengisinya dengan 2 peluru
"penyusup-penyusup!" diiringi suara alarm kapal
Lampu peringatan berkedap-kedip berkali kali. Robot tersebut langsung melancarkan pukulan besi yang begitu berasa kebawah.
Bushh!
Debu-debu beterbangan, karena dirinya berhasil menghindari serangan dengan melompat kebelakang dan berlari diatas tangan robot tersebut.
Setiap langkahnya berbunyi begitu keras saat berjalan ditangannya yang terbuat dari campuran besi dan logam,
Raviel segera memegang erat shotgun tersebut dan mengarahkannya tepat dikepala robot tersebut.
Duar!! Clek clek Duar!!
Tapi sayang serangan tersebut tidak memberikan luka sama sekali sehingga Raviel langsung ditangkap dengan tangan satunya.
"ngghhhh sial" ucap kesalnya yang tertangkap.
"bodoh sekali ya, menyerangku dengan shotgun tipe lama begitu"
Robot tersebut berbicara kepadanya dan dari nada bicaranya terdengar seperti manusia pada umumnya.
"mnnhh kalau iya memang kenapa? Apa salahnya jika aku mencobanya!?"
Cengkeramannya semakin kuat membuat tubuh Raviel semakin terjepit sampai membuat ia memuntahkan darah dari dalam mulutnya.
Saat dirinya dicengkram, robot itu melakukan analisis dari wujud fisik Raviel
"meskipun begitu aku penasaran, dari pemikiranmu dan cara menyerangnya seperti manusia modern padahal fisikmu adalah manusia baru. Apa tujuanmu sebenarnya? "
Robot itu bingung dengan Raviel yang ia cengkram, jadi ia menjepitnya lagi lebih keras agar dia mau membuka mulut
"mmnngghhh agghhh!!... "
Tubuhnya benar benar makin terhempit bahkan ia merasa tulangnya saling berdempetan dengan begitu kuat
'sepertinya tidak ada cara lain, aku harus mencoba senjata itu meski bukan manusia sekalipun yang kulawan'
Raviel mencoba membuka UI meski keduanya masih terhempit tetapi ia berhasil membukanya karena pandangan matanya masih terlihat. Ia segera mengarahkan pandangannya ke senjatanya dan dalam sekejap ia merasakan Dagger sudah berada ditangan kanannya.
Raviel langsung saja mengayunkan daggernya keatas dan tiba tiba
Sreng--!
Brakk!!---
Hanya dalam sekali tebasan, Raviel berhasil memotong pergelangan lengan robot itu. Merasa seluruh tubuhnya bisa ia gerakan secara leluasa, ia lanjut mengayunkan daggernya ke badan robot tersebut dan membelahnya menjadi 2 bagian.
Srenngg!--
Nggiiitttt... Brak!---
Raviel kembali menapakan kaki dilantai lalu mengatur napasnya secara perlahan .
"hahhh... Hahhh... ---!"
Dalam sekejap Raviel langsung memegang perutnya karena merasakan lapar yang luar biasa.
"mmmnnggghhh-!! Sial--! Padahal aku hanya memegang selama 3 detik-- begitu parah'kah efek dari Ravenous ini!?--"
"Khahahahha hanya begitu saja kau sudah merasakan kelaparan? Sungguh lemah sekali dirimu wahai anak muda"
Hanya mendengar dari nada suaranya Raviel tahu jika ini bukan suara dari Robot tersebut. Ia melihat sekitarnya dan tidak terlihat ada seseorang sama sekali
"dari... Dari mana suara itu berasal? " pikirnya
"dibawah sini dasar manusia bodoh!"
Raviel segera melihat senjatanya, dan terlihat ada sebuah titik merah menyala didalam lubang mata tengkorak dari dagger yang ia pegang
"akhirnya aku bisa berkomunikasi juga denganmu" ujarnya.
Raviel merasa terkejut atas kejadian yang dirinya alami, disini Raviel ingin menganggap jika ini adalah efek halusinasi karena dirinya merasa kelaparan jadi ia mencoba menggelengkan kepalanya dan menatap senjatanya lagi.
"kau berbicara denganku? " Raviel masih tak percaya apa yang ia alami saat ini karena sebuah senjata berbicata kepadanya
"tentu saja,kau pikir robot usang itu berbicara padamu?" jawabnya
"siapa kau sebenarnya, apa jangan-jangan kau--"
"ya benar sekali, Aku adalah Sin Of Gluttony, Beelzebub" menyela perkataan Raviel
Mendengar kata Beelzebub terlintas dipikirannya sebuah iblis yang dijuluki sebagai iblis pembawa wabah serta iblis yang memiliki hawa nafsu yang melampaui batas duniawi
"Beelzebub ya, tak heran jika kau berkaitan dengam 7 dosa besar. Jadi apa maumu sekarang? " tanyanya.
Setelah mendengar pertanyaan dari Raviel, Beelzebub justru malah tertawa mendengarnya.
"Khahahahhahahha!!... Tujuanku? Meskipun kau sudah mengetahui siapa aku,tapi kau masih menanyakannya!?--"
Suaranya seakan bergema mengisi seluruh ruangan.
"kau berbicara dengan siapa? " tanya robot tersebut.
Meskipun tubuhnya sudah hancur tetapi ia masih bisa bergerak karena intinya berada dikepala berbentuk seperti bola dengan lensa kaca berwarna biru muda.
"tidak perlu kau pikirkan, hanya kau saja yang bisa mendengar suaraku. Tadi kau bertanya apa tujuanku bukan? " tanya Beelzebub.
Pandangannya kembali tertuju kepada Beelzebub. Demi mengefisienkan waktu, ia segera pergi dari sana dan mencari ruang kendali untuk bisa mengambil ahli kapal Alexander.
Sembari mencari jalan, Beelzebub pun memberitahukan tujuan sebenarnya serta mengapa dirinya dipilih olehnya ketimbang orang orang sebelumnya.
"aku memilihmu karena kau adalah orang yang benar benar layak. Mana mungkin kami para dosa menerima orang yang bukan seorang pendosa, terlebih lagi dosa yang melambangkan kami" jawabnya.
Raviel mencerna dengan baik baik apa yang diucapkan dengan Beelzebub serta mengingat 7 dosa besar yang melambangkan dirinya dikehidupan terdahulu.
'benar apa yang dia katakan, semasa kehidupan ku sebelumnya aku selalu ingin melahap makanan apapun meskipun diriku sudah kenyang sekalipun, aku tidak pernah merasakan kepuasan sama sekali' dalam hatinya.
"ah!-- manusia yang bereinkarnasi ya, kurasa aku benar benar beruntung" jawabnya.
Raviel menggertakan giginya setelah tahu Beelzebub bisa membaca isi pikirannya "sial sepertinya kau bisa membaca isi pikiranku. Jadi apa tujuanmu? Tidak mungkin hanya karena aku adalah seorang pendosa kerakusan kau memilihku bukan? "
"khahahha!... benar sekali, Tujuanku adalah melahap semua saudara saudaraku. Satan, Mammon, Leviathan, Asmodeus,Belphegor, dan juga Lucifer. Aku ingin melahap semua para saudaraku yang menganggapku lemah terutama Satan dan juga Lucifer"
Awalnya Raviel begitu tertarik dengan tujuan Beelzebub karena hanya ada Satan saja, tetapi saat nama Lucifer disebut Raviel langsung mengurungkan niatnya.
"aku bisa saja membantumu tetapi melawan Satan dan juga Lucifer? Aku tidak begitu yakin" ucapnya yang memalingkan pandangannya.
"tak perlu kau pikirkan itu, aku tahu kau datang ke kuil Ziggurt pasti menginginkan sebuah kekuatan bukan? " tanya Beelzebub.
Raviel memilih diam tidak menjawab karena apa yang dikatakan itu adalah sebuah kebenaran, jika dirinya ingin menjadi kuat melampaui batas normal.
Dengan tidak merespon pertanyaan darinya, ia tahu jika Raviel memang menginginkan sebuah kekuatan. Jadi disini Beelzebub mencoba menjadi pendengar yang baik untuk rekannya sekarang.
"ternyata benar, ada apa memangnya? Kenapa kau begitu menginginkan sebuah kekuatan? Apakah kau memiliki dendam kepada seseorang? Atau kau mau menjadi kuat karena dipandang sebelah mata dan dirundung oleh orang orang disekitarmu? " tanyanya.
Sejujurnya ia tidak ingin membahasnya tetapi karena Beelzebub sudah memberitahukan tujuan sebenarnya, tidak etis jika ada seseorang yang sudah memberitahukanmu sesuatu tetapi dirimu justru malah menutupi nutupinya.
"tidak semuanya bisa dikatakan benar dan juga salah. Yang kuinginkan itu hanyalah satu dan aku membutuhkan kekuatan ini untuk mencapai tujuan itu" ucapnya memegang dagger ditangan kanannya begitu erat
"lalu apa tujuanmu? " tanya Beelzebub
"tujuanku ialah--"
"mengubah sistem dunia ini--"
-To Be Continued-