Chapter 7 Ravenous of Souls II
Setelah berteriak begitu keras, leher Raviel langsung digigit dengan kedua taringnya. Raviel menahan rasa sakit sesaat ketika lehernya digigit dan melihat bar HP yang mulai berkurang setiap detik.
Raviel melirik gadis tersebut dan berkata "sopankah begitu, pertemuan pertama kita ditahun ini Master Kiana langsung menghisap darahku? "
Gadis tersebut segera menarik mencabut taringnya dari leher Raviel lalu menjilat sisa-sisa darah yang keluar.
"mmhhllnn... Maaf ya, anggap saja itu penembusanmu karena sudah membicarakanku dibelakang" sembari membasahi bibir atasnya dengan lidah.
Kiana Batford, adalah seorang wanita dewasa yang awet muda dengan berambut putih panjang terurai serta tinggi badan 182 cm. Pupil matanya berwarna merah gelap dan yang paling harus dirinya waspadai ialah, dia seorang vampire.
"lalu apa niat Master kemari? Apa Master ingin mengajariku sihir lagi? " tanya Raviel menoleh kearah masternya dibelakang.
Kiana membusungkan dadanya yang besar kedepan dan menyilangkan tangannya "kau terlihat tidak begitu menyukai kedatanganku, padahal aku jauh-jauh dari kota Monarch loh~..." dengan nada menggoda
Raviel segera menghela napas dan kemudian berdiri dari kursi lalu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. "kita bicarakan nanti Master Kiana, aku sedang sibuk mengejar tujuanku"
Kiana hanya diam ditempat sembari melirik Raviel yang melewati dirinya sekarang "hee... Sepertinya Ravielku sudah mulai dewasa ya" ujarnya sembari tersenyum tipis.
***
Raviel segera pergi menuju arena lapangan karena merasa istirahatnya sudah cukup dan ingin mengakhiri semuanya dengan cepat.
"sepertinya tuan begitu kerepotan mengurus wanita itu" ucap Alexander melayang disisi kanan Raviel.
"ya begitulah... gara-gara Master, HPku tersisa 138.000" ujarnya memperhatikan UI bar HP
Status
Level: 70
Race: Human
[HP: 138.000/168.000] [MP: 53.000/56.000]
[SP:7.000/7.000]
STR: 60
DEF: 5
AGI: 76
DEX: 64
Souls: 346.000
"menurut tuan, siapa yang akan dilawan nanti?" tanya Alexander yang berputar ke sisi kiri Raviel.
"ya ntahlah, tapi yang jelas Pangeran itu pasti akan menjadi lawanku diakhir. Jadi aku akan bermain-main terlebih dahulu dengan mereka" jawab Raviel melirik Alexander sesaat.
Saat cahaya terang sudah begitu terlihat dihadapan mereka, Raviel segera mencabut pedang serta sarungnya yang tersimpan dibelakang punggung dan ia genggam dengan kuat ditangan kirinya.
Alexander sampai bingung dengan maksud tuannya yang sampai melepas sarung pedang dari balik punggung. "tuan sedang melakukan apa?"
"aku baru menyadari sesuatu, dibagian bawah gagang pedang ini terdapat sebuah 3 kristal kecil berwarna pink, apa ini juga termasuk Elysium?" kembali menanyakan hal tersebut kepada Alexander.
Alexander sebagai pembuatnya menjawab dengan jujur "tentu, justru bagian dibawahnya itu membuat Tuan bisa mengalirkan Mana ke pedang dengan sangat muda."
"--begitu" Raviel membuka UI inventory dan mengambil tali tambang yang ia pumut dari dungeon.
Raviel segera mengikatkan sarung tersebut membentuk simpul X dengan pedang yang masih didalam sarungnya.
Melihat apa yang dilakukan tuannya, Alexander memahami apa tujuan dia mengikatkannya menjadi satu.
Setelah itu ia memegang sarung pedang ditangan kiri dan melanjutkan lagi berjalan menuju arena.
Saat keluar kedua matanya terkena cahaya matahari dari luar memyebabkan penglihatannya terhalang sesaat. Ketika pandangan Raviel sudah tidak dihalau cahaya, ia melihat sebuah zirah besi atau mecha berwarna merah disisi kiri arena.
"yap... Sudah kuduga, sepertinya mereka sedikit belajar dari pertarunganku melawan Gabriel" ujar Raviel memperhatikan zirah besi dari bawah keatas dan melihat sebuah senjata berupa tombak.
Kemudian mereka mulai melangkah maju kedepan dan saling berhadapan. Para penonton langsung bersorak riuh mengisi keramaian koloseum.
"Ayo kalahkan dia tuan Juliette!!"
"buat dia kembali ke kampung halamannya!"
Seperti biasa semua orang disini begitu membenci dirinya sampai dari kejauhan disisi kiri, ia melihat Master Kiana menatap tajam kearahnya yang menandakan jika semisal Raviel kalah dia tak akan segan-segan menyemburkan banyak sihir kepada tubuhnya.
Wasit kali ini datang menggunakan zirah besi juga tetapi tidak memiliki perlengkapan tempur sama sekali.
'hmm... Jadi dia memakai benda itu jika salah satu dari kami menggunakan zirah besi ya. kurasa itu wajar demi mengurangi korban jiwa' dalam hati Raviel menatap wasit yang menggunakan zirah besi berwarna biru dengan perisai besar dibelakang punggungnya.
"Raviel! Hari ini akan kubalas perilakumu didungeon!" teriak Julitte dengan mengarahkan tombak besar kepadanya.
Raviel hanya diam dan tak merespon perkataan dari lawan. Karena sikap dingin Raviel membuat dirinya menjadi kesal sendiri.
Ia dan juga Juliette langsung bersiap mengambil posisi dari ujung arena dengan Raviel berada disisi kanan dan begitu pula sebaliknya.
Wasit mengangkat tangan kanannya keatas dan mulai menghitung mundur. "3...2...1..." dan ia langsung mengayunkannya tangan kebawah "pertandingan dimulai!!"
Disini ia merasa sedikit sombong, karena begitu percaya diri dengan kekuatan zirah besinya. "nhih! Zirah besi yang kumiliki ini memiliki daya tahan terhadap sihir, jadi kemampuan magicswordmu tidak akan berguna!--"
Dalam sekejap Juliette langsung menerima serangan bola api yang dilempar oleh Raviel hingga menimbulkan asal hitam.
Ketika asapnya mulai memudar, kondisi zirah besi tidak terkena dampaknya sama sekali.
Semua orang bersorak seperti sebelumnya karena serangan Raviel tidak memberikan kerusakan sama sekali kepada Juliette.
"ahahaha apa hanya itu yang kau punya!? Kau tidak akan bisa melukai zirah besiku sama sekali" menghina Raviel dan merasa dirinya akan menang begitu mudah.
Juliette mulai berjalan dengan perlahan mendekati dirinya. Sementara itu Master Kiana melihat dari kejauhan pertandingan mereka berdua.
"keluarga Kensington ya, kudengar ditahun ini mereka baru saja memproduksi zirah besi anti sihir. Jadi itu keluaran terbaru mereka, kurasa ide dari Juliette bisa bermata dua, selain untuk mempromosikan produk baru mereka... "
Raviel mulai mengambil kuda-kuda kaki kiri sedikit kedepan dan mengarahkan sarung pedangnya kedepan.
"itu bisa menjadi perusak bisnis keluarganya sendiri, jangan pernah meremehkan sihir dari orang itu, penerus Kensington"
Raviel mulai menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali. Ia segera memejamkan matanya dengan tangan kanan yang seakan-akan menarik senar busur.
Sihir... Sebuah energi alam yang berada disekitar kita dan perlahan-lahan diserap kedalam tubuh makhluk hidup. Orang-orang didunia ini mempelajari sihir dari apa yang mereka lihat saja dan mengimajinasikan melalui sebuah visual didalam kepala mereka. Tetapi berbeda dengan Raviel.
Hanya dalam sekali tarikan ditangan kanannya, langsung tercipta sebuah busur besar serta anak panah sebesar tombak yang berwarna biru menyala.
<Loretta's Greatbows>
Woosshhh
Buuarrhh!!
Tembakan ia lepaskan dan dalam sekejap bahu zirah besinya langsung berlubang dan meledak hingga tangan kirinya tidak bisa digunakan lagi.
Mereka langsung terdiam melihat sihir yang dilancarkan oleh Raviel, yang sebelumnya bisa ditahan oleh zirah besi keluarga Kensington yang terkena dengan anti sihirnya
"Ughh!... Sialan!!" Gerutu Juliette mencengkram alat kendali zirah besinya dengan kuat.
Disisi lain Raviel merasa cukup puas dengan hasil serangannya karena ia sudah menduganya jika serangan sihir bertipe fisik akan tetap tembus menyerang zirah besi milik keluarga Kensington.
"Kenapa? Dimana sikap angkuhmu tadi Juliette? Dimana kehebatan zirah besi Kensington yang kau banggakan itu hah!!? " Teriak Raviel yang memanas manaskan suasana.
"Bajingan! Kau pikir anak panahmu akan bisa mengenaiku lagi hah!? " Balas teriak Juliette dari dalam zirah besinya dengan perasaan marah
'Hihihi kena kau, mudah sekali memprovokasi otak otot sepertimu' tersenyum mendengar nada tinggi yang dikeluarkan Juliette.
Juliette segera berlari dari sayap kiri sedangkan Raviel masih diam ditempat memperhatikan pergerakan dari zirah besi yang dikenakannya.
Dia segera melompat dengan niatan membuat retakan yang besar ditanah agar getarannya dapat membuat Raviel terjatuh.
Wuushh
"Bersiaplah untuk kalah orang sombong!! "
Buusshhh
Tombak berhasil ditancapkan ke tanah memberikan getaran bersamaan dengan debu yang berterbangan disekitarnya.
"Heee menarik sekali, memangnya jika semisal aku terjatuh kau yakin bisa menebak aku ada dimana? " Ujar Raviel yang masih didalam kumpulan debu.
Juliette baru menyadari hal itu, dia berpikir jika Raviel akan langsung jatuh dan tumbang setelah menerima guncangan dari tombak yang ditancapkan olehnya sendiri.
Dalam kepulan debu terlihat sebuah cahaya biru menyala disana, dan dalam sekejap Juliette langsung dihempaskan kelangit.
Clankk!
Buushhh
Saat dihempaskan debu yang menyelimuti mereka langsung menghilang dari angin yang ditimbulkan, lalu terlihat sebuah palu besar berwarna biru muda yang ia pegang kuat dengan kedua tangannya.
"Sekarang waktunya untukmu jatuh! "
Ia memasang kuda kudanya lagi seperti sebelumnya hanya saja ia mengarahkan tangan kirinya yang terdapat pedangnya kelangit, lalu ia sebuah benang Mana dengan tangan kirinya dan langsung memunculkan 4 anak panah besar sekaligus
<Mastery GreatBow!!>
Duusshh Duush Dusshh Dusshh
Woosshhh
BUAARRRR!!
Zirah besinya meledak dan memberikan dentuman serta ledakan berwarna biru muda yang cukup besar diudara.
Karena ada sistem pertahanan pilot dari zirah besinya, Juliette hanya menerima luka sedang dengan lengan kiri yang terkena ledakannya serta patah tulang dari dampak jatuh diketinggian 30 meter.
Lagi-lagi semuanya terbungkam oleh kekuatan Raviel yang hanya 3 kali serangan dapat menumbangkan Juliette.
"Pe-pemenangnya ialah Raviel Ashford!! "
"Bohong!! Ini semua pasti bohong!!"
Seperti biasanya mereka langsung deniel dengan fakta serta kebenaran yang mereka saksikan.
Raviel yang sudah menduga akan hal tersebut, ia pergi dari arena dan menutup telinga akan semua hal yang dilontarkan kepada dirinya, terlepas ia dikatai bermain curang ataupun kotor sekalipun.
Cahaya mulai menjauhi Raviel setelah masuk kembali kedalam lorong menunggu pertandingan selanjutnya dimulai.
Disisi lain, dipihak pangeran semuanya berpikir keras tentang Pria misterius yang menyembunyikan identitas dengan sebuah topeng serta senyuman yang mengerikan.
"Orang ini, siapa sebenarnya dia. Aku merasa ia menjadi orang yang berbeda ketika kita menemuinya di dungeon" Pikir pangeran Edward menopang dagunya
"Ya, bahkan aku baru pertama kali menyaksikan seseorang yang dapat menumbangkan baju zirah, apalagi milik keluarga Kensington yang terkenal akan anti sihir mereka." Melirik pangeran Edward yang begitu mencemaskan beliau.
"Charles, dan Pangeran Edward tak perlu khawatir, aku akan menjaga jarak dengan kemampuan sihir yang kumiliki" Dengan penuh keyakinan mencoba menenangkan mereka berdua
"Gabriel... " Keduanya melirik Gabriel
Edward, serta Charles menaruh kepercayaan yang besar kepada Gabriel sampai masing-masing menepuk pundaknya sebagai penyemangat.
"Aku yakin kau bisa, perjuanglah! " Seruan pangeran menatap Gabriel dengan penuh harapan sembari menepuk pundak kanannya
"Benar, dari kami berlima, hanya kau saja yang sangat ahli dalam sihir. Tumbangkan pria sombong itu! " Seruan Charles yang menepuk pundak kiri Gabriel.
Ketika hendak menuju ruang tunggu, ia sedikit membungkuk kepada Isabella karena tubuhnya yang begitu mungil.
"Isabella, tolong berikan aku berkat darimu"
Dengan penuh senyuman yang begitu tulus ia menatap Gabriel dan berkata"umm! Aku do'akan kau akan mendapatkan kemenangan puncak"
Gabriel membalas senyuman tulus dari Isabella "Terima kasih, aku menjadi semakin yakin untuk menundukkan orang sombong itu"
Gabriel segera pergi ke ruang tunggu untuk mempersiapkan dirinya memasuki arena.
Sementara itu Isabella masih memasang ekspresi geram di belakang mereka berdua.
'Apa-apaan mobs satu itu, setauku tidak ada kejadian seperti ini! Kenapa semua ini bisa terjadi!?' pikir dalam hati isabella sembari mengigit sapu tangan putih pemberian pangeran Edward.
***
Disisi lain arena lapangan Raviel sudah kembali lagi dan kini dengan senjata yang sama seperti ia melawan Juliette.
Disinggah sananya ia dapat melihat begitu jelas Raviel tidak membuka tali yang mengikat pedang serta sarungnya.
"Apa dia berniat beradu ilmu sihir dengan Gabriel? " Ujar Charlotte mengkerut'kan dahinya sehabis menatap Raviel
"Apakah tuan Gabriel sehebat itu memakai sebuah sihir nona Charlotte? " Tanya Olivia karena ia begitu khawatir kepada Raviel sehabis melihat ekspresi Charlotte yang begitu pesimis.
Ia segera melirik Olivia yang berada disisi kirinya "Aku hanya mendengar kabar burungnya saja, jika tuan Gabriel menguasai 4 elemen yang dimana itu sangat jarang ada murid bisa mengusainya diseusianya"
Meski sudah diberi penjelasan seperti itu, Olivia selalu penuh percaya diri dengan pilihannya yakni Raviel "tenang saja, aku yakin Raviel pasti berhasil memenangkan pertarungan ini! " Seruannya dengan penuh semangat
Charlotte menghela napas karena Olivia terlalu optimistis kepada Raviel "Olivia, berapa banyak uang yang kau gunakan untuk bertaruh kepada Raviel? "
Setelah mendengar perkataan Charlotte yang begitu blak-blakan, Olivia justru malah marah kepada Charlotte "Raviel itu bukan barang taruhan! " Ujarnya dengan tatapan kesal tertuju ke Charlotte.
Dirinya merasa sedikit bersalah karena ia telah menyangkal Olivia bertaruh uang pada pertandingan ini.
"Begitu ya, aku minta maaf" Balas Charlotte dengan nada rendah
"Ti-tidak perlu minta maaf kok... Lagipula sekarang kita hanya bisa berharap kepada Raviel saja" Menatap kembali Raviel yang berada di tengah tengah lapangan.
***
Suasana saat ini masih agak ramai karena hanya para penonton sedang sibuk saling mengobrol sama sekali dan membicarakan siapa yang akan maju selanjutnya, dengan harapan Raviel bisa dikalahkan.
Disisi lain Raviel membuka UI dan melihat status MP yang kini tersisa 70% berkat istirahat nya selama 20 menit diruang tunggu.
Raviel masih memikirkan siasat apa yang akan digunakan untuk melawan Gabriel yang seorang ahli dalam menggunakan sihir.
'Pada akhirnya hanya masalah MP dan kecepatan melancarkan serangan yang akan menjadi pemenangnya.' pikir Raviel dalam hati
Lalu ia melihat sekilas UI inventory dan terdapat item Bottle of Magecraft yang merupakan drop item yang ia dapatkan dari melawan Lich setahun yang lalu.
"Sepertinya aku harus mencobanya" Ia menyembunyikan tangan kirinya di belakang pakaiannya dengan posisi memegang sebuah bottlelalu mengetuk icon item tersebut 2 kali dengan membayangkan item itu muncul ditangan kiri.
Raviel melakukan itu dengan tujuan tidak ada yang mencurigainya jika ia mempunyai sebuah fitur tersebut. Ia segera mengeluarkannya dari belakang pakaian lalu menatapnya dengan seksama, dan seketika muncul sebuah deskripsi yang memberikan sebuah penjelasan dari item tersebut
[Bottle of Magecraft]
Sebuah botol ramuan yang diciptakan oleh penyihir dari 5 utusan dewi saat zaman Kegelapan dimana para iblis mendominasi dunia 500 tahun yang lalu.
{Effect:}
-Mana Boost 100%
Meningkatkan Mana penggunaannya 200%
-Mana Regen 10%
Memulihkan MP 10% setiap 5 detik
-Absorption
Menyerap berbagai macam jenis serangan baik fisik ataupun sihir 20% dari total HP. Serangan bertipe cursed, poison, dan burn tidak dapat diserap.
Durasi:30 detik
"Ya setidaknya aku masih memiliki 4 bottle seperti ini diinventory milikku"
Baru saja selesai membaca deskripsi dari item tersebut, terdengar sebuah teriakan dari para penonton yang menandakan lawan yang ia hadapi sudah datang.
Teriakan mengisi keheningan lapangan dengan dukungan serta sorakan yang diberikan kepada Gabriel.
'Sesuai informasimu, kerja bagus alexander. Tak sia-sia kubiarkan kau memantau setelah menghadapi salah satu badut diantara mereka.'
Informasi tentang dirinya yang akan ia lawan kali ini sudah ia ketahui berkata Alexander yang memakai fitur invisible saat memantau mereka, jadi alasan Raviel tidak mengubah tipe bertarungnya karena ia sudah tahu jika lawan kali ini yang akan dihadapi yakni Gabriel beserta informasi mereka semua dari pengalamannya bermain game visual novel yang merupakan dunia ini itu sendiri.
Ketika Gabriel memasuki arena, ia melirik ke kiri dan kanan sembari menyapa setiap murid yang mendukungnya dalam pertarungan.
Disaat yang bersamaan tatapan tajam tertuju kepada Gabriel yang berjalan tanpa melihat Raviel yang berada didepan.
Setelah merasa cukup menyapa mereka semua, Gabriel segera kembali fokus ke arena, karena lawan yang akan ia hadapi bukanlah sembarang orang terutama sihir yang digunakan bisa menembus baju zirah keluarga Julitte yang terkenal akan magic resist.
Ketika hendak mengeluarkan sepatah dua kata, Raviel yang mulai membuka pembicaraan sebelum bertarung.
"Gabriel, aku akan memberikanmu kesempatan kali ini untuk menyerah."
Setelah mendengarnya langsung dari mulut Raviel, ia sedikit terkejut tetapi itu tidak akan membuat dirinya gentar.
"Raviel Ashford, aku tidak perlu belas kasihan darimu. Kau tidak lebih sama seperti orang orang jahat diluar sana yang hanya ingin memenuhi hasratmu sendiri." Ucap lancang Gabriel dengan pandangan yang penuh akan tekad.
Raviel menghela nafas setelah mendengar perkataan Gabriel "jujur saja ya, diantara kalian berlima hanya kau saja yang ku nilai baik dan memiliki kerendahan hati. Apa kau yakin dengan pilihanmu? " Ia mencoba meyakinkan Gabriel sekali lagi kepada dia.
"Ya! Lagipula masih ada seorang wanita yang mengharapkan sebuah kemenangan dariku" Berbalik di belakangnya dan memberikan senyuman kepada Isabella serta menerima lambaian tangan beserta senyuman darinya.
"Begitu..."
Raviel segera berbalik, lalu keduanya mengambil 10 langkah, mengingat keduanya bertarung dengan tipe jarak jauh atau menengah.
Sebelum pertarungan dimulai, wasit kini kembali hadir di tengah lapangan tanpa memakai baju zirahnya.
"Baiklah apa kedua nya sudah? " Tanyanya
"Siap!! " seruan keduanya
Sang wasit segera mengangkat tangan kanan nya keatas bersiap untuk mengayunkannya sebagaim aba-aba.
"Baiklah kalau begitu. 3...,2...,1... Pertarungan dimulai!! " Mengayunkan tangannya dengan cepat kebawah.
Pertandingan dimulai, dan saat tangan wasit sudah diayunkan kebawah ia langsung segera berlari memutari Gabriel dengan pedang serta botol ditangan kanan dan kiri.
"Jangan pikir kau bisa lolos dari sihir milikku! " Mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Raviel yang sedang berlari.
Kumpulan pasir mulai terangkat naik lalu perlahan mulai menyatu dan mengeras menjadi batu. Setelah mengumpulkan banyak sekali batu yang melayang disekitarnya, batu itu berubah menjadi runcing dan berputar kencang ditempat seperti drill
<Drill Smash!!>
Wuushhhh wuushhh
Semua serangannya langsung ditembakan begitu cepat kearah Raviel.
Semenjak Raviel berlari, ia terus memperhatikan Gabriel yang membuat proyektil berupa drill dari batu. Ia langsung berhenti dan mencoba untuk menghindari setiap serangannya.
Proyektil pertama ia hindari dengan menggeser tubuhnya kesamping, dilanjut dengan serangan kedua yang langsung Raviel hindari dengan menundukkan kepalanya hingga 2 drill melintasi kepalanya.
Melihat proyektil yang tersisa hanya satu, ia memilih melompat tinggi diatasnya lalu menghantamnya ke tanah dengan pedang hingga menimbulkan kepulan debu.
'Gabriel, kau adalah orang baik bagiku. Tetapi kebaikanmu itu justru yang akan menghabisimu sekarang' Raviel langsung meminum botol yang ia pegang lalu membuat lingkaran dibawahnya dengan sihir
<Dragon Magica>
Lingkaran sihir yang berbentuk naga mulai terbentuk dibawah kakinya dan seketika kepulan debu yang menyelimuti dirinya menghilang.
Ketika kepulan debunya menghilang, ia melihat Gabriel sudah menyiapkan gelombang kedua untuk Raviel.
Semua murid beserta gurunya yg memantau diantara mereka terkejut.
"Lingkaran sihir itu!?... Apa kau berniat untuk membunuhnya Raviel?!"
'Sihir apa itu? Aku belum pernah melihatnya baik dibuku dirumahku ataupun di perpustakaan disekolah, apa itu sihir ciptaannya sendiri?' pikir Gabriel dalam hatinya dengan tatapan mata tajam dan selalu siaga.
"Aku tidak tahu itu sihir apa, tetapi kekalahanmu sudah terlihat sangat jelas Raviel Ashford!!"
Serangan gelombang kedua sudah diluncurkan dan kini semua drill ia tembakan secara bersamaan.
Raviel langsung menghentakkan pedangnya ketanah dengan kedua tangannya menindis batu pertama diujung gagang pedangnya.
Seketika arena langsung bergetar sesaat seperti terkena gempa, bahkan semua proyektil yang diluncurkan oleh Gabriel langsung jatuh.
"Gabriel... Ini adalah akibatnya karena kau menolak tawaranku"
Lingkaran petir berwarna ungu mulai menyelimuti tubuh serta kedua matanya mulai berubah menjadi ungu menyala seperti petir.
Muncul berbagai macam lubang berwarna hitam yang melayang diatasnya dengan kelipatan dua.
<Meteorite of Astel!!>
Meteorite langsung keluar secara beruntun dalam lubang yang ia ciptakan diatas dan menghantam kebawah lapangan.
DOOOMMM DOOOMMMM DOAARRR DOOM DOOM DOOM DOOOARRRRR...
Semuanya terdiam bukan main melihat sihir se dasyat itu seumur hidupnya, bahkan guru sihir disekolah aja tidak mampu berkata apa-apa.
Gabriel yang sudah membuat sihir pelindung sekalipun langsung hancur saat terkena hantaman meteorit pertama.
Raviel mengangkat pedangnya kembali setelah 3 detik dan semua lubang diatas langsung menghilang serta keadaan Raviel kembali lagi seperti semula.
Dirinya segera meninggalkan lapangan pertandingan bersamaan dengan lingkaran sihirnya ikut menghilang setelah melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh sihir meteorite tadi.
Wasit yang dari tadi mengawasi pertandingan justru pingsan ditempat hanya sekadar melihat pertandingan sihir yang begitu mengerikan didepan matanya.
Kondisi tubuh Gabriel sudah terkapar ditanah tak berdaya, bahkan tubuhnya sudah mengalami kerusakan yang cukup parah dimana kepalanya mengucurkan banyak sekali darah menyelimuti tubuhnya. Tongkat sihir yang ia miliki hancur berkeping-keping serta pakaian yang compang camping dan ada bekas bakar di pakaiannya.
Tim medis langsung segera mendatanginya dan membawanya dengan tandu sembari dipulihkan.
"Dasar anak itu, apa dia berniatan untuk menjadi musuh negeri ini?! "Gumam kiana setelah melihat sihir yang ditimbulkan.
'Tapi itu jauh lebih baik, anak itu masih bisa diselamatkan. Jika dia memakai sihir yang satunya, sudah dipastikan tubuhnya langsung menguap seperti air yang mendidih' ucap dalam hatinya dan melamun dengan tatapan tajamnya mengingat magic spell yang dulu dia tunjukkan saat masih menjadi 1 party petualang.
***
Saat di lorong menuju ruang tunggu, ia melihat Alexander terbang menghamipirinya.
"Sepertinya kali ini tuan benar benar brutal sekali ya" Ujar Alexander yang berada disisi kiri Raviel.
"Aku harus seperti itu agar mereka tahu jika masih ada langit yang lebih tinggi yang harus diraih. Ditambah 5 karakter itu adalah tokoh penting didunia ini, jika mereka tidak mengalami perkembangan bisa bisa negeri ini akan hancur" Jawab Raviel memberikan penjelasan kepadanya.
"Bukannya tuan benci negeri ini? " Tanya kembali
"memang benar, andai kedua orang tuaku mau untuk pindah dari negeri ini aku juga tidak akan peduli sama sekali dengan para anak bangsawan itu!" Seruan Raviel dengan nada agak tinggi.
Raviel terus melanjutkan jalannya melewati lorong. Ketika sudah sampai dan ingin membuka pintunya, dirinya langsung mendapatkan sebuah bisikan
"Hey bocah kau sama sekali tidak melupakan sesuatu bukan? "
Raviel langsung berhenti dan menurun tangannya dari gagang pintu "ya tentu saja, kau akan selalu mendapatkan makanan yang spesial nanti. Bukannya kau menyukai makanan dengan kasta yang tinggi bukan? " Jawab dan kembali bertanya.
"AHAHAHAHAHAHAHAHA!!! Baiklah kalau begitu. Akan kunantikan itu, bahkan mencicipi darahnya saja sudah sangat membuatku bergairah"
"Tentu saja sang kerakusan, Beelzebub"
-To be Continued-