Tujuh tahun lalu, tiba-tiba muncul tower dan gate. Monster keluar dari sana dan orang-orang dalam jumlah yang sedikit membangkitkan kemampuan super mereka. Player, begitulah julukannya. Mereka menjadi harapan bagi umat manusia dan mulai membangun tatanan yang baru, ekonomi baru. Sekarang player menjadi simbol kekayaan dan pahlawan yang dihormati. Dan aku, tidak termasuk di dalamnya.
Selesainya pekerjaan magang di banyak tempat, seperti biasa aku mengunjungi rumah sakit untuk melakukan pembayaran yang entah sampai kapan akan lunas. Sejak kemunculan tower dan gate, ibuku tidak sadarkan diri. Dia terbaring tak berdaya sampai sekarang. Aku mendengar dokter dan para ahli menyebut penyakit itu, deep sleep atau sejenisnya. Penyakit langka yang muncul karena terkontaminasi oleh mana dalam jumlah besar yang keluar dari tower dan gate. Apa pun itu, aku tak peduli. Kedua hal itu adalah kebrengsekan yang paling kubenci.
Karena tower dan gate ibuku sakit, karena ibuku sakit pengeluaran jadi membengkak, karena pengeluaran yang membengkak aku harus berhenti sekolah, karena aku berhenti sekolah aku hanya punya ijazah SD, karena hanya punya ijazah SD aku cuma bisa jadi karyawan serabutan. Tower dan gate, keduanya adalah hal paling kubenci. Harusnya kuhancurkan saja. Sayangnya itu mustahil.
"Aku pulang," kataku sambil melepas alas kaki.
"Selamat ulang tahun!" adikku berseru begitu aku masuk ke rumah. Perempuan bergaya rambut medium-length layered hair itu baru duduk di kelas 2 SMP. Kulitnya yang kuning langsat dengan bibir tipis dan mata kecokelatan memiliki kemiripan denganku. Kalau saja ia lahir tiga tahun lebih cepat, pasti akan jadi kembaranku.
"Dari mana kau membelinya?" tanyaku begitu melihat kue yang dibawanya.
"Uangkulah," katanya.
"Kau tidak memakai uang bayaran sekolah, kan?" aku meledek.
"Mana mungkin!" serunya. "Jangan buat kacau di hari ulang tahunmu, Mas!"
Aku senyum lalu menerima kue yang ia julurkan. Kemudian meniup lilinnya setelah memanjatkan doa yang cukup panjang.
"Apa yang kau minta?" tanyanya.
Aku tak menjawab, hanya menepuk kepalanya.Â
"Apa kau sudah mengecek kotak surat?" tanya Fiona sambil menaruh kue dan memotongnya.
"Untuk apa? Hanya ada tagihan rumah sakit dan sekolahmu, kan?" kataku akhirnya. "Apa kau bisa bilang ke wali kelasmu, kalau aku pasti akan membayarnya akhir pekan nanti,"
"Bacalah," ucap Fiona sambil menyerahkan sebuah surat beramplop besar. Itu sangat berbeda dari apa yang kudapat selama ini.
Aku mengambilnya dengan rasa penasaran, lalu membukanya.
Â
--------------------
PLAYER INVITATION
Kami dari Asosiasi Player mengirimu surat ini dengan maksud mengundangmu ke kantor untuk tes pengujian playermu.
Kami tunggu kedatanganmu segera!
--------------------
Â
Keterkejutan tak dapat kutahan, hingga tak terasa air mataku menetes. "A-aku … aku seorang player!"
Di depanku Fiona baru saja mengusap air matanya memakai punggung tangan. "Selamat, Mas!" serunya sambil memelukku.
"Aku berhasil … aku berhasil! Sekarang hidup kami bisa berubah!" aku membatin. "Dan ... Ibu, pasti akan kembali sehat, selama aku berhasil mendapatkan itu."
***
Asosiasi Player Indonesia.
Gedung berlantai 50 dengan dua patung raksa-raksa yang dijadikan sebagai ikon penjaga bangunan tersebut seakan menunjukkan bagaimana berharganya orang-orang yang bekerja di sana, termasuk orang-orang yang berhasil menyandang gelar player.
"Dasar brengsek! Kalau kalian punya banyak duit lebih baik membaginya pada orang miskin sepertiku daripada membuat bangunan seperti ini!" aku membatin. "Lihat saja, aku pasti akan menghancurkan sistem tower dan gate suatu hari nanti!"
***
"Selamat Player Han!" ucap salah seorang petugas begitu selesai melakukan pemeriksaan terhadap tubuhku. "Informasi playermu akan muncul kalau kau mengatakan 'STATUS'. Kenapa kau tidak mencobanya?"
Aku bangkit dari ranjang lalu duduk di pinggiran. "Status!" ucapku yang tak berselang lama muncul sebuah panel. Mirip seperti gim virtual yang aku tonton di iklan pinggir jalan. Tidak pernah terpikirkan kalau aku bisa memainkan permainan ini—maksudku mengalami hal istimewa seperti para player lainnya.
Â
------------------------------
PLAYER HAN
SEX: MALE
AGE: 18
LEVEL: 1
------------------------------
STRENGTH 1 AGILITY 1 VITALITY 1 MAGIC 1
STAT POINTS POSSESSED: NONE
CLASS: NONE
UNIQE ABILITY: NONE
SKILL: NONE
------------------------------
Â
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya salah seorang mengejutkanku.
"Neo," ucapku begitu melihat pria berkulit putih dengan rambut yang sengaja dicat putih. Pria setinggi 176 cm itu adalah temanku sejak kecil. Kami selalu duduk satu meja di sekolah, sampai akhirnya aku putus sekolah, tak pernah kudengar apa pun lagi tentangnya, selain kabar kalau ia menjadi salah satu player tingkat atas di Indonesia.
"Apa-apan dengan statusmu? Semuanya di angka satu," imbuhnya.
"Aku baru memulainya, semua player akan mulai dari angka satu, kan?" tanyaku sedikit kesal.
"Semua player memang mulai dari level satu, tapi tidak dengan kemampuan dasar mereka," si petugas menjelaskan.
"Apa?!" aku terkejut. "Apa ini error?"
"Kau pikir ada bug di dunia ini?" Neo balas bertanya. "Ikut aku,"
"Ma-maaf Tuan—" ucapan si petugas hanya sampai di situ sebab Neo kembali membuka suara.
"Aku akan melatih bocah ini, harusnya tidak akan masalah kalau itu aku,"
"Te-tentu saja! Tentu saja kalau itu Anda. Silakan, saya akan mengurus administrasinya." ucap si petugas yang kemudian bergegas pergi meninggalkan ruangan.
"Kenapa masih diam?" Neo kembali bertanya dengan wajah dinginnya.
"Sialan!" umpatku dalam hati.
***
Zona portal. Sebuah tempat di dalam gedung Asosiasi Player yang digunakan sebagai pintu masuk ke menara. Umumnya difungsikan sebagai tempat pelatihan para player baru sebab hanya berisi goblin dengan level tertinggi tidak lebih dari 5.
Di depan gate yang mirip seperti lubang hitam dengan warna biru, ungu, putih, dan pancaran listrik yang keluar dari sana membuatku lagi-lagi terperangah. Takjub akan sesuatu yang baru pertama kali aku lihat.
"I-ini … ini gate?!"
Neo tak berkata, ia menarik kerahku.
"Apa yang kau lakukan?!" aku kembali berseru.
Tak memedulikan apa yang keluar dari mulutku, Neo melempar aku ke dalam gate.
"Sialan!" teriakku.
***
"Apa monster di lantai satu memang sebanyak ini?" tanyaku begitu melihat sekelompok goblin yang mengelilingi gate pada sebuah hutan belantara. Sebetulnya aku lagi-lagi terkejut, sebab masih aneh bagiku yang mendadak berpindah tempat. Rasanya ini masih di luar nalar. Namun mesti terhalau oleh rasa takut yang muncul sebab dikelilingi oleh monster, walau sekadar goblin.
Aku pernah mendengar kalau goblin itu ibarat bayi yang diberi senjata. Namun, aku sama sekali tak bisa menyamakan mereka dengan bayi. Rupanya sangat tidak masuk akal untuk dikatakan sama.
"Penumpukan monster tejadi karena waktu spawn yang baru-baru ini berlebihan ... tapi, ini juga pertama kali aku melihatnya langsung," Neo menjelaskan tetap pada wajah dinginnya.
"Bukannya itu masalah besar?!" sentakku.
"Ini justru bagus … kau bisa memakainya untuk naik level dengan cepat," kata Neo. "Sekarang … akan kujelaskan padamu dengan cepat. Dan kita bakal bicara panjang lebar nanti,"
Melihat tatapan tajam darinya segera aku mengalihkan wajah. Aku tahu maksud omongannya, kalau aku perlu menjelaskan alasanku putus sekolah dan sama sekali tak mengabarinya. Tapi, sepertinya aku juga perlu banyak bertanya bagaimana bocah yang seharusnya masih SMA sepertinya sudah menjadi seorang player tingkat atas.
"Apa kau tahu tes seratus goblin?" tanya Neo sambil mendekat ke sekelompok goblin dengan sebilah pedang pendeknya. "Itu adalah tes di mana seorang player harus melawan seratus goblin sekaligus,"
"A-apa … apa aku—"
"Tentu saja!" seru Neo membuatku syok. "Itu sudah dilarang, meski hasilnya sangat bagus,"
Aku mendengus napas lega mendengarnya.
"Tujuan tes itu untuk mengukur potensi player level sepuluh ke bawah," ucapnya sambil melakukan ancang-ancang lalu berlari menerjang gerombolan goblin. "Potensi mereka diukur berdasarkan seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk membereskan seratus goblin tanpa skill," imbuhnya sambil melakukan tebasan dan gerakan akrobatik untuk mengelak dan melancarkan serangan. "Kalau kau menyelesaikannya dalam empat sampai lima jam, kau punya potensi menjadi player kelas atas. Dua sampai tiga jam, potensi menjadi ranker. Menyelesaikannya dalam satu jam, berarti kau memiliki potensi menjadi high-ranker,"
"He-hebat," bisikku terkagum akan semua gerakan yang dilakukan oleh Neo sambil tetap memberikan instruksi.
"Terakhir … waktu penyelesaian pemilik kemampuan unique," kata Neo sambil mencengkeram wajah goblin terakhir. "Sepuluh menit," kemudian menguatkan jemarinya sampai membuat kepala goblin itu hancur.
"Jadi … kau termasuk yang terakhir?" tanyaku.
Neo tak langsung menjawab, ia melihat pada jam tangannya. "Empat puluh tiga detik," Kemudian mendekat lalu menyerahkan belati yang ia pakai padaku. "Kau juga sama,"
Aku tersentak mendengarnya. Kemudian mencoba mengingat isi pada statusku. "Tapi itu masih kosong,"
"Bukan berarti tidak ada," Neo menyambung cepat. "Tidak semua player mendapatkannya. Kau beruntung," kata ia akhirnya. "Kau pasti bisa menyelesaikannya dengan cepat. Sama seperti yang baisa kau lakukan selama ini ... meniru kemampuan orang lain dengan sempurna,"
Aku menelan ludah. Berpikir kalau mustahil aku akan sepertinya, bahkan dalam waktu yang lama.Â
"Lakukanlah pelan-pelan sambil aku mengintrogasimu." ucapnya seraya melempar sesuatu. Selanjutnya mengambil posisi duduk yang tak jauh dari tempatku.
Aku mendengus. Bersiap dengan goblin yang mulai respawn.Â
***
Tower Level 1, 16 Januari 2024.
Benturan pedang terdengar ke sekeliling hutan sampai membuat seorang player mendekat dan melihat ke sumber suara.Â
"Oh … tidak," bisik salah seorang player cungkring dengan rambut bob dan berkacamata.
"Yo … maaf telat," ucap player lain dengan kelebihan otot perut yang memakai setelan lengkap untuk berburu dengan sebuah kapak yang ditentengnya.
"Kau datang … ke marilah, aku sedang melihat sesuatu," ucap player bob.
Temannya mendekat lalu melihat apa yang ditunjukkan. Seorang player yang terduduk dengan bantuan kedua lututnya memukul tanah dengan penuh kekesalan.
"Dia kehabisan napas. Apa orang itu sedang menjalankan tantangan goblin yang gila itu? Sungguh sulit melawan seratus goblin," ucap player gendut.
"Awalnya aku juga pikir begitu," kata player bob dengan raut sedih.
Sementara di sana player yang baru saja membantai ratusan goblin berseru, "Status!" kemudian sebuah panel muncul tepat di hadapannya yang membuat player itu kian kesal hingga berteriak, "Sialaaan!!!"
"Ada apa dengannya?" tanya player gendut.
"Mana kutahu?" jawab player bob.
Dua tahun lalu, aku diundang untuk menjadi seorang player. Kupikir hidupku akan berubah sebagaimana dunia yang dirubah oleh tower dan gate sembilan tahun lalu. Bahkan aku mendapatkan kemampuan unique, sesuatu yang disebut sebuah keberuntungan oleh banyak orang—termasuk player tingkat atas seperti Neo.Â
Tapi bahkan setelah dua tahun memburu goblin tanpa sehari pun libur, statusku masih sama: level 1. Dengan semua kemampuan dasar tetap pada angka 1. Siapa sangka akan ada player sepertiku?
Â
------------------------------
PLAYER HAN
SEX: MALE
AGE: 18
LEVEL: 1
------------------------------
STRENGTH 1 AGILITY 1 VITALITY 1 MAGIC 1
STAT POINTS POSSESSED: NONE
CLASS: NONE
UNIQE ABILITY: NONE
SKILL: NONE
------------------------------