Apa yang kau harapkan atas usaha yang sangat kau upayakan?
Tentunya hasil.
Lalu, dewasa ini aku mengemukakan beberapa hal. Terkait tumpang-tindih pada batu bata yang kokoh, hingga ia menjadi bangunan yang cukup kuat.
Jika hanya bicara, tentunya tak perlu kosa-kata otentik nan cantik.
Semua mulut punya jenisnya masing-masing.
Dan tiap lidah juga punya tulangnya sendiri-sendiri. Tapi kita sendiri yang punya wewenang terhadap apa yang kita makan, dan apa yang keluar dari mulut tersebut.
Maka, masuklah kita pada kompetisi; untuk menjadi orang hebat. Tapi, seorang yang hebat tak seperti hadiah jajajanan anak-anak. Mereka menghabiskan segala energi; dari rasa takut, sakit, dijatuhkan, bahkan tertimpa berulang-ulang.
Balita saja berkemauan agar ia bisa berdiri kuat dan berjalan dengan kaki mungilnya, meski terjatuh dan gagal berulang kali.
Sebuah filosofi tersebut tak semerta-merta melekat erat di fikiran hingga melahirkan suatu niat. Karena, sebuah rasa terkoneksi dengan fikiran. Dan keduanya selalu berkesinambungan. Jadi, jangan gampang menyamakan sesorang dengan yang lainnya