Setelah keduanya mencuci badan dan baju mereka di dalam kamar mandi, mereka memulai perjalanannya kembali.
Berjalan di lorong gelap dan panjang, Sylphy masih belum mendapatkan jawaban bagaimana Kaizoku memenangkan pertarungannya melawan Cerberus.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa menang melawan Cerberus hanya dengan pedang besar tersebut? Aku masih penasaran, apa yang kamu bicarakan sebelumnya terdengar tidak masuk akal."
Sylphy bertanya dengan wajah penuh penasaran. Walau begitu, Sylphy tidak terlalu memikirkan itu masuk akal atau tidak, Sylphy yakin jika semua jawaban dari Kaizoku adalah sebuah kebenaran.
"Hmm, aku tidak berbohong. Saat kamu terkena tamparan dari Cerberus dan pingsan, entah kenapa aku merasakan rasa marah yang luar biasa. Secara tidak terlalu sadar, aku malah menggunakan Spell <Creation> dan anehnya aku tidak merasakan sakit seperti saat pertama kali aku menggunakan Spell tersebut. Entahlah, mungkin rasa marah ku sangat kuat yang membuat menutup rasa sakit tersebut."
Kaizoku melihat ke bawah dengan ekspresi yang kebingungan dan rasa sedih yang bercampur aduk.
"Sepertinya aku harus belajar bisa menahan emosi ku, dikarenakan aku merasa bersalah setelah membunuh Cerberus. Rasa ini sangat berbeda dari sebelumnya, membunuh orang jahat saat aku pertama kali datang ke dunia ini."
Kaizoku melihat ke depan lagi dengan ekspresi wajah yang sama.
"Aku merasakan... kasihan... kasihan saat membunuh orang atau hewan yang sudah menyerah... aku menyesal membunuh Cerberus."
Melihat Kaizoku yang murung, Sylphy mencoba untuk menghiburnya.
"Ayolah jangan bersedih, kamu berhasil membunuh salah satu hewan legendaris!"
Sylphy mengucapkannya dengan sangat semangat untuk menghibur Kaizoku. Dengan senyum yang lebar, Sylphy melanjutkan perkataannya.
"Kamu bertambah kuat! Dari sebelumnya kamu hanya mengandalkan Destion, sekarang kamu memiliki senjata baru! Walaupun tanpa Destion sekarang kamu masih bisa melawan balik. Jadi, ayok! Kita tidak bisa menyerah sekarang."
Melihat Sylphy yang semangat, Kaizoku tidak ingin kalah semangat. Akhirnya dia mengeluarkan senyum kecilnya setelah pikirannya yang di penuhi oleh rasa penyesalan setelah membunuh Cerberus.
"Jadi... bagaimana rasanya setelah kita berjalan bersama selama ini? Jika kamu bertanya kembali, aku hanya bisa bertanya-tanya. Sebenarnya aku pengin banget kembali ke dunia ku, dunia yang santai dan damai, sepertinya aku kuranh bersyukur."
Sylphy tersenyum lebar mendengar pertanyaan Kaizoku. Sylphy menjawabnya tanpa ragu.
"Kamu bertanya kepada ku!? Jawabannya adalah... aku cuku senang dan terhibur sepanjang perjalanan kita, tempat ini tidak seburuk mitos dan rumor yang berterbangan."
Kaizoku menjawabnya kembali dengan senyuman kecilnya.
"Syukurlah, aku harap aku tidak menjadi beban mu... Sepertinya, jika tidak ada kamu, maka aku tidak akan bertahan pada titik ini."
Mendengar perkataan tersebut wajah dari Sylphy langsung memerah seperti tomat. Malu untuk menjawab kembali, Sylphy hanya bisa diam tersungkur malu.
Kaizoku melihat Sylphy yang sedang malu, melebarkan senyumnya seperti dia tahu apa yang akan terjadi.
"Apapun yang terjadi, kita tidak boleh lepas harapan. Apapun yang terjadi kita akan lawan. Kita harus keluar dari sini dan bergabung dengan Gabriel dan Hizo lagi."
Kaizoku menghela nafas.
"Hah... Aku kangen mereka, semoga saja kita mendapatkan bantuan untuk membantu kita naik ke atas lagi."
Sylphy menundukkan kepalanya, menandakan dia setuju untuk tetap semangat dan tidak lepas harapan, apapun yang mereka lawan dan hadapi, akan mereka lawan sampai mereka memang dan keluar dari dunia Underworld.