DI RUMAH ORANG TUA KEVIN
"Tapi nak ini tidak benar. Caranya bukan seperti ini nak." kata ibu Kevin.
"Saya tidak peduli bu, pokoknya hari ini juga saya akan menikahi Titah." sambung Kevin.
Braakkkk.. Pintu rumah di buka paksa oleh seseorang.
"Aldi.."
"Brengsek!! Kau culik adikku setelah lamaran mu ditolak." kata Aldi.
"Kembalikan adikku!!" Aldi berteriak.
"Tak akan!!" kata Kevin dengan senyum menyeringai dan tatapan mata yang tajam ke arah pak Nano.
"Dimana putriku?!" pak Nano berteriak.
"Hahaha.. Halo calon bapak mertuaku."
Aldi mulai mencari keberadaan Titah yang sedang di sekap. Dan akhirnya Titah pun di temukan oleh Aldi di salah satu kamar di rumah orang tua Kevin.
Tanpa Kevin sadari Aldi membawa Titah kabur lewat pintu belakang rumah orang tuanya dengan memberikan sebuah kode pada pak Nano.
"Ayo adik, kita pergi dari tempat ini." ajak Aldi.
"Tapi bapak, mas?" tanya Titah.
"Sudah yang terpenting adalah keselamatan kamu dulu kata bapak. Bapak sudah ada yang menjaganya." jawab Aldi dengan menarik paksa Titah.
"Ku rasa saya salah datang kemari. Sepertinya Titah tidak ada di sini." kata pak Nano melenggang pergi dari rumah orang tua Kevin.
"Kau urus ayah dan ibunya aku tidak mau melihat dia ada di rumah dan perkebunan teh milikku lagi." kata pak Nano.
"Laksanakan tuan.." kata salah satu anak buah pak Nano patuh.
Doooorrrr.. Kevin menembak pak Nano tepat di dadanya bekali-kali dan berhasil di amankan oleh anak buah pak Nano.
Kemudian pak Nano di bawa ke rumah sakit sedangkan Titah di bantu Aldi untuk berkemas karena Titah akan tinggal bersama ibunya di rumah ayah tirinya di Indonesia dengan pengamanan yang luar biasa aman. Setelah Titah lulus sekolah barulah Titah di bawa ibunya dan ayah tirinya ke luar negeri.
Beberapa hari kemudian Titah mendapat kabar kalau ayahnya sudah meninggal dunia. Tapi sayang Titah tidak bisa mengantarkan tempat istirahat terakhir ayahnya karena keadaan yang tidak memungkinkan, ya waktu itu Kevin masih dalam buronan polisi hingga saat ini.
{Flashback Off}
DI RUMAH TITAH
"Jadi bapak meninggal dunia bukan karena sakit melainkan di bunuh oleh Kevin bu, mas?" tanya Titah.
"Iya nduk.." jawab ibu Salma singkat.
"Ya adikku maafkan kami yang sudah merahasiakan ini semua darimu, karena ini demi kebaikanmu dan atas permintaan bapak juga." jawab Aldi.
"Huwaaaa.." Titah menagis dengan kencang saat mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi.
"Cup cup, Bubu cup ya jangan nangis lagi sayang." kata Kamil menenangkan Titah yang sedang menangis.
Keesokan Harinya..
DI RUMAH TITAH
"Bu, aku pamit sekolah ya." pamit Titah.
"Loh mbak kok gak di habiskan sarapannya?" tanya Ayu.
"Tau mbak, kan sayang kalau tidak di habiskan makanannya." sambung Rahmat.
"Later crying the food if it wasted and not spent, aunt." kata Kia.
"Kia.." tegur Nora.
"It's okay, my sister-in-law is right." kata Titah.
"Alright well, then this food has just taken it to stock. How okay right?" tanya Titah.
"Okay aunt .." jawab Kia.
"Okay, kiss aunt." pinta Titah.
"Muach.."
"Okay all, I say goodbye to campus."
"Yes my daughter." kata pak Adam.
"Ati-ati neng dalan nggih nduk.." sambung ibu Salma.
"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Wa'alaikumussalam.." jawab semua orang yang ada di meja makan.
"Bara.." om Bonifasius memberikan kode pada Bara.
"Oke uncle, Aldi come." ajak Bara.
"Oke come. Semuanya Aldi dan Bara pamit ya ada kerjaan di kantor dan juga ada meeting yang harus di bahas." pamit Aldi.
"Oke.." seru semua orang yang ada di meja makan.
"Ati-ati nggih leh.."
"Inggih bu.."
"Assalamu'alaikum." Aldi dan Bara memberikan salam.
"Wa'alaikumussalam." jawab semua orang yang ada di meja makan.
Di Garasi Mobil..
"Okay so it's like this Bar, we eat after the road the road is trying to not be too close."
"Okay al, I understand .."
"Okay let's get ready."
"Okay ready ..."
Titah hari ini pergi ke kampus tidak seperti biasanya karena diam-diam saudara tirinya (Aldi dan Bara) mengawasinya dan Titah juga diantar oleh Paijo.
Ibunya takut jika Kevin membawanya lagi seperti beberapa tahun yang lalu, semua anggota keluarga dan juga Kamil juga sudah tau dan setuju dengan usulan dari paman Titah (om Bonifacius), kecuali Titah yang tidak mengetahui sama sekali.
Di Mobil Titah..
"Lik kok aku haus ya. Lupa bawa minum lagi." kata Titah.
"Apura sadurunge cah ayu, neng ngarep anten mini market arep mandheg sedhela kanggo tumbas banyu?" tanya Paijo.
"Oleh lik mandheg neng ngarep nggih." jawab Titah.
"Nggih cah ayu."
"Emmmm cah ayu apura, yen oleh ben kula wae sing mudhun kanggo tumbas banyue. cah ayu tunggu neng mobil wae."
"Oh nggih lik niki duite."
"Nggih cah ayu, mangga."
"Nggih lik mangga."
----
Dari kejauhan tampak Kevin juga mengikuti Titah seperti Aldi dan Bara.
Kemudian diam-diam Paijo mengabarkan Aldi yang masih di dalam mini market untuk menjaga Titah juga di luar mini market.
[Paijo Payah : Assalamu'alaikum den mas, titip cah ayu nggih, kula lagi di mini market tumbas banyu kanggo cah ayu katanya haus lan lali membawa banyu.]
[Den Mas Aldy : Oh oke no problem.]
"Al.."
"Yes.."
"What happens, why do we stop here?" tanya Bara.
"Look at it's a Bar, our sister's car stops here." jawab Aldy.
"Oke, I'm understand."
"Sial!! Kenapa ada kedua kakaknya Titah di sana."
"Wait, wait, Al .."
"Yes Bar, why?" tanya Aldy.
"It's not our sister's ex-boyfriend, what's his name Kev ... Kev ... who did you forget me?"
"Kevin, Bara.."
"Well yes it's Kevin ... thank you Al ..."
"You are welcome Bara."
"Wait for you to say what Kevin is here too?"
"Yes Al it there him.."
"Okay then you contact uncle Bonifacius, and I watch our sister here."
"Okay.."
----
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Mil.."
"Apa wan?" tanya Kamil.
"Elu ngapa sih, nggak biasanya begini. Gue juga heran sama elu, kemarin kan elu sudah tunangan kan ya sama Titah kenapa di tekuk gitu muka lho. Kan seharusnya elu itu senang, happy begono." jawab Ridwan.
"Eh Malih.. Gimana gue bisa happy coba. Yayang gue belum datang juga ke kampus huffttt sebel deh." kata Kamil.
"Loh eh mil itu.." kata Anggia yang makanannya di ambil oleh Kamil.
"Diam kenapa sih Gia, Kamil itu lagi Gegana tau." kata Bagus.
"Hah? Gegana apaan tuh gus?" tanya Lili.
"Hadeh. Hemmmmm.. TULALIT.." gerutu Ridwan.
"Gus jelasin, elu kan yang mulai."
"Iya dah iya, Gegana itu Gelisah.."
"Stop Lili understand."
"Apaan coba li?" tanya Bagus.
"Gelisah, Galau, Merana kan?" tanya Lili juga.
"Jempol banyak buat Lili.." jawab Anggia.
"Yeay.."
"Hemmm.." gerutu Bagus dan Ridwan bersamaan.
"Mil sudah sabar tunggu saja."
"Eh iya mil elu ya yang bayar makanannya."
"Loh kok jadi gue sih kan elu yang pesan ya elu lah yang bayar gimana sih.."
"Tapi kan elubyang makan cendol condet.."
"Hah? Emang iya?" tanya Kamil.
"Au ah.."
"Iya deh iya gue yang bayar."
"Ya sudah kalau begitu ke kelas duluan ya, Li yuk.."
"Ayo Gia.."
"Bu nanti makanannya Kamil yang bayar ya." kata Anggia.
"Siap neng.."
-----
"Sial!! Kalau kaya begini gue enggak bisa deketin dia. Terus gimana ini caranya supaya gue bisa deketin dia dan juga bisa bawa dia pergi dari sini.." gerutu Kevin.
"Loh mas Aldi dan mas Bara kok ada di sini sih. Ngapain mereka di sini, apa jangan-jangan mereka berdua mengikuti aku ya?" tanya Titah saat melihat Aldi dan Bara.
"Den.." panggil Paijo.
"Yes uncle jo." jawab Bara.
"Kenapa lik?" tanya Aldi.
"Sudah selesai." jawab Paijo.
"Ya sudah sekarang lik Jo antar Titah ke kampus. Kami akan tetap ikuti dari belakang." pinta Aldi.
"Oke siap den mas. Mangga." kata Paijo patuh.
"Mangga...." kata Aldi dan Bara bersamaan.
"Okay Al, let's go." ajak Bara.
"Okay, let's go." sambung Aldi.