Chapter 5 - chp5. begitu

Dua jam sebelum pertemuan Abi dan Inyo

-----------------------------------------------------------

                   ★PoV Karina★

  Di jalan macetnya Jakarta, mobil sedan hitam dengan wanita sebagai pengemudinya.

  

"Bi, ini kita mau kemana?"

  "Ke tempat kenalan aku"

  "Kok aku gak tau? Emang kenalan kamu yang mana?"

Pagi tadi, sebangunnya dia dari tidurnya, Karina bingung kenapa Abi memintanya untuk mengantarnya dengan mobil.

  "Aku bingung jelasinnya"

   Karina memperhatikan Abi sedikit berubah dari sebelumnya, dia semakin perhatian, semakin terbuka dengan tiap perkataannya, ucapan cinta banyak terucap, matanya yang memandangnya seolah penuh kasih yang mendalam.

  Semua ini berubah malam tadi, Karina tidak tahu apa yang terjadi pada Abi, ketika dia bercerita ke Ivanka, dia juga tidak tahu, Ivanka hanya menberi tahu bahwa malam tadi Abi ketiduran dan bangun dengan kaget seolah tidak sadar apa yang terjadi, dia ada dimana dan lagi apa, bahkan dia tidak sadar dengan baju apa yang dia pakai.

 

  "Na, itu depan masuk jalan kampung, belok kiri"

  "Disini?"

"Iya disini"

  Mobil berhenti didepan sebuah bangunan tiga lantai, tiga ruko terlihat di lantai satunya, dengan dua ruko buka dan satu masih tutup.

  "Tunggu bentar ya Na"

  "Iya"

  Abi keluar dari mobil masuk ke salah satu ruko yang mana itu adalah warnet, Karina tidak tahu apa yang Abi lakukan, dia tidak lama didalam dan keluar lagi bersama seorang pemuda yang sepertinya pekerja di warnet itu, mengucapkan beberapa kata yang Karina tidak tahu apa, lalu pemuda itu pergi masuk ke gerbang di pojok sebelah warung bakso, memanggil orang yang dicari Abi.

  "Gimana Bi? Ada orangnya?"

  "Ada"

  Abi masuk kedalam mobil, duduk tegang dan hanya membalas Karina dengan satu kata.

  "Emang siapa sih Bi orang yang kamu cari?" Karina bertanya, bingung dengan ketegangan Abi, ini ketegangan yang sama yang dia lihat pada Abi malam tadi.

  "Na, aku mau nanti kalo orang yang aku pengen ketemuin dateng, plis mohon banget, biar aku aja yang ngomong, semenjengkelkan apapun orang itu nanti, plis mohon banget, biar aku aja yang ngadepin"

  Karina merasakan tangannya digenggam erat, tatapan Abi menatapnya dengan permohonan yang dalam.

  "Bi, kamu aneh banget, emangnya kamu pengen ketemu siapa sih?"

"Susah dijelasin, yang pasti nanti kamu bakal paham semuanya" 

  Tiik... Tikk... Tikk

 

  Suara dentingan kaca mobil terdengar, itu pemuda tadi yang pergi memanggil orang yang Abi cari.

  "Gimana?"

  "Ada pak, bang Inyo lagi tidur tadi, cuma udah saya bangunin".

  "Oh gitu  " jawab Abi sambil memberikan selembar uang seratus ribu, "nih, makasih iya".

"Makasih pak, ditunggu aja bentar, paling lagi cuci muka dulu"

"Iya"

 

  Karina melihat Abi semakin gugup, merapihkan baju, menyisir rambut dan bahkan menyemprotkan lagi parfumnya, bertingkah seolah akan bertemu orang yang sangat penting.

   Tidak lama kemudian Karina memperhatikan Abi menatap ke seorang pria yang keluar dari gerbang tempat pemuda tadi keluar masuk.

  "Haah?"

  Karina melirik ke orang yang Abi sangat mempersiapkan dirinya untuk bertemu, yang ternyata hanya seorang pria yang tidak terlalu tinggi, kira-kira 165cm, tubuh kurus, rambut gondrong acak-acakan, sambil menguyah kerupuk di tangan kanannya, hanya memakai celana pendek sedengkul.

   Orang itu menoleh bingung seolah mencari sesuatu, dan berjalan melewati mobilnya berada dan masuk kedalam warnet.

  "Bi, itu orang yang kamu cari?" Karina bertanya bingung, "Bi?", tapi jawaban tidak datang sama sekali, dia menoleh ke Abi yang ada disampingnya, yang duduk diam terpaku dengan keringat dingin di dahinya.

  "Bi?" Karina menggoyang tubuh Abi, menyadarkannya.

  "Yah" Abi tersadar, mengusap keringat di dahinya, "Na, ingat yang aku bilang tadi, biar aku yang ngomong, biar aku yang ngadepin"

  "Okee" Karina hanya mengiyakan, tidak mengerti apa yang Abi maksud.

  "Oke"

   Abi keluar dari mobil, Karina mengikutinya, tepat saat keduanya keluar dari mobil, orang itu juga keluar dari warnet.

   "Halo, bang Inyo?"

   Abi menyapa ke orang itu, akhirnya Karina tahu nama dari orang yang sangat ingin Abi temui, Inyo, dia tidak ingat Abi punya saudara ataupun kenalan dengan nama Inyo.

    "Oh iya saya sendiri"

  "Oh kebetulan sekali", lanjut Abi dan mengulurkan jabat tangannya, "saya Bena Abisatya Cakara, panggil saja Abi dan ini, Karina Delila, tunangan saya"

  Inyo menjabat tangan Abi, sungguh aneh, Karina belum pernah bertemu orang ini, tapi dari pertama kali dia dan Abu keluar mobil hingga sekarang berjabat tangan, Abi melihat orang ini dengan sangat gugup, matanya tidak fokus, seolah ada rasa takut yang mendalam, bahkan tangan Abi bergetar ketika berjabatan tadi.

   Inyo tersenyum ramah dibibirnya, Karina juga membalas senyuman itu dan menjabat tangannya.

  "Jadi ada apa, mas Abi?"

    Inyo bertanya ramah, memandang Abi seperti orang yang tidak dia kenal, yang bisa Karina simpulkan, ini adalah pertemuan pertama Inyo dengan Abi ini, jadi kenapa Abi sangat gugup? Tidak tahu, Karina juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

  "Ada hal penting yang saya ingin bicara secara tertutup sama abang, kayaknya kalo disini kurang pas"

Jawaban dari Abi mengagetkan Karina, sangat formal, ucapan yang terucap dengan suara yang halus dan nada rendah hati.

 Karina melihat Inyo mengerutkan kening mendengar perkataan Abi, menengok kiri kanan, entah apa yang dia pikirkan .

  

   "Bisa aja, kita ngobrol di balkon lantai dua, cuma kan, saya gak kenal sampeyan siapa, jadi yah gak bisa, paling kita ngobrol di warung bakso aja" kata Inyo lalu berjalan kearah warung bakso disebelah warnet.

  Karina menganggap jawaban Inyo wajar, baru kenal kenapa harus sebegitunya? Hanya saja apa yang dilakukan Abi selanjutnya kembali membuatnya kaget.

  "Bang!" Abi meninggikan suaranya, seolah memanggil paksa, Karina menjadi semakin bingung, kenapa Abi sangat ingin berbicara dengan orang ini secara rahasia.

  Inyo menghentikan langkahnya, menengok kearah Abi yang memanggilnya.

  "Kenapa? Ayo duduk ngobrol di warung aja"

  "Jangan, plis bang, saya gak bisa ngomongin apa yang pengen saya omongin ke abang didepan orang banyak"

Paksaan Abi membuat Karina semakin bingung.

  "Oke, lu ngomong secara simple apa yang lu mau omongin, kalo menarik, ayo kita ngobrol diatas" 

Karina mendengarkan dari samping, memperhatikan Inyo mengubah cara dan nada bicaranya, terlihat semakin tertarik kepada Abi ,orang yang dia tidak kenal, bicara semakin panik dan tergesa-gesa, seolah apa yang dia ingin bicarakan sangatlah rahasia dan penting.

"Begini, ini tentang masa depan dan kehancuran dunia".