Chereads / LOCO! / Chapter 16 - 11. GIRL IN HER RED DRESS

Chapter 16 - 11. GIRL IN HER RED DRESS

CHAPTER 11

- ALICE'S WAY #2

BESOK MALAMNYA Alice datang ke apartemenku dengan membawa koper kecil yang entah apa isinya. Dia nyengir lebar di depan pintu apartementku saat aku membukanya. Dia menunjukan koper kecil bewarna ungu, yang katanya bersisi barang-barang ajaib untuk di gunakan di club.

Aku membiarkan dia masuk ke dalam. Terlihat Nahye yang sudah bersiap sedari tadi, sedangkan aku? Ya ampun, jangan ditanya, aku bahkan tak punya pakaian yang pas. Nahye terlihat tampak cantik dengan dress hitam selutut yang sedikit ketat, apalagi rambut panjangnya yang di biarkan tergurai. Aku yakin waktu sampai di sana, para pria tak akan melepas pandangan padanya.

Aku masih mengenakan piyamaku, sedangkan rambutku masih berantakan di cepol. Alice menghela nafas berat saat mengetahui aku belum bersiap. Dia membuka kopernya dan mengambil salah satu dress merah dan melemparkannya padaku.

"Aku ingin melihatmu memakainya, cepat sana" suruhnya melipat tangan di dada nya.

Bola mataku memutar malas, aku pergi ke kamar mandi dan mengganti bajuku. Selang beberapa menit, aku keluar dari kamar mandi.

Astagah, baju ini pendek sekali bahkan tidak sampai selutut. Jujur, aku terbilang cukup jarang mengenakan pakaian seminim ini. Apalagi bagian belakang tubuhku ter-ekspos.

Aku berdiri di depan cermin, memutar tubuhku ke balakang, benar kan. Alice dan Nahye memandang ku, pandangan mereka sulit di artikan. Kurasa mereka terkejut atau terpesona?

"Aduh, siapa yang berdiri di depan ku saat ini? Dimana Musa.. " ujar Nahye bercanda.

"Dokter, kau tampak cantik dan sexy dengan dress itu. Dugaan ku benar bahwa kau lebih terlihat sempurna dengan bagian belakang yang ter-ekspos" katanya bangga terhadap pilihan nya padaku.

"Kau harus terbiasa, Dokter. Satu lagi, lehermu panjang, cocok untuk-"

"Alice perhatikan bicara mu ya.. " tegur Nahye pelan.

"Heheh, maaf aku lupa kalau kalian wanita baik-baik" sindirnya.

Alice melihat ke arahku, saat aku sedang mencoba manarik-narik dressnya ke bawah. Dia menyipitkan matanya, terganggu dengan itu.

"Hei, dokter. Percuma saja menarik dress nya, yang ada kau akan merusak nya nanti.. " dia tersenyum mengejek.

"Itu dress mahal, lho. Kakak memberikan sebagai hadiah ulang tahun ku tahun kemarin, katanya dari Los Angeles"

Sontak tanganku berhenti.

"Berarti selera kakakmu boleh juga" ujar Nahye memujinya. Alice tersenyum geli melihat reaksiku yang terdiam.

Harus ku akui, dia memang paling jago, ratunya kalau soal beginian. Lihat kopernya, ada banyak barang-barang dan aksesoris branded , mewah dan tentu punya harga yang gak main-main.

Ada alat-alat make-up pula. Aku memandangi lagi sosokku yang sedikit berbeda malam ini di cermin. Benar, tak bisa ku pungkiri, aku terlihat cantik dan sangat berbeda.

Dress merah ini lebih memperlihatkan lekuk tubuh ku. Warna red wine nya cocok di kulit ku yang sawo matang.

Alice seperti nya menyadari aku terpesona pada diriku sendiri di kaca. Dia mengambil sebuah liontin, ia menarik bahuku agar menghadapnya.

"Kau suka, kan? Sudah ku bilang dress ini cocok di tubuh mu"

Tau-tau aku sudah mendapati liontin nya melingkar di leher ku. Adanya liontin ini membuat diriku semakin anggun, kupikir.

"Lihat, dokter tersayang kita akan tampil berbeda malam ini. Mungkin juga saat pulang nanti~"

Ya aku tau maksudnya, pura-pura gak tau aja ya...

Alice membantuku berdandan. Dia sangat memperdulikan penampilanku. Nahye menemukan interaksi diantara aku dan Alice seperti adik-kakak. Itu benar, terkadang aku merasa Alice seperti adik

ku sendiri.

"Aku tidak menduga seorang dokter akan datang ke club malam dengan penampilan kayak gini?" bicara ku pada diri sendiri.

Nahye duduk di kasur mengotak-atik handphonenya, bergaya bolak-balik di depan kamera nya. Sementara, Alice masih sibuk membetulkan riasan nya sendiri. Aku meluruskan badan ku di sofa empuk, menunggu mereka selesai.

Akan menjadi pengalaman pertama ku mengunjungi club malam di kota ini. Bukannya apa, tapi aku kejadian aneh lainnya menungguku di depan.

Mengingat kota dan penduduk yang ada di sini sangatlah berbeda dengan kota lain pada umumnya. Perasaan yang begini membuatku bersemangat.

30 menit kemudian..

Mereka berdua akhirnya selesai. Aku berdiri merapikan rambutku, bersiap untuk berangkat. Nahye memakaikan jas bulu nya padaku, dia memang selalu perhatian.

"Pakai ini, aku tidak mau setelah nya kau jatuh sakit cuma gara-gara kedinginan"

"Kau memang gak ada duanya, pacar mu pasti bangga.. " canda ku, dia menoel kening ku.

"Jelas-jelas yang udah punya di sini itu kau! Jangan becanda deh, aku masih nyaman single"

"Halah, boong"

Aku ternganga. Alice membawa mobil hitam Lamborghini nya untuk kendaraan kami ke sana. Astagah, sekaya-kayanya aku, bisa pingsan juga kalau di suguhin beginian. Kerja apaan sih, sampai Lamborghini pun di gas. Aku makin yakin kalau Alveus seorang miliarder.

Melihatnya saja kakiku terasa lemas langsung. Aku tau, aku bersikap norak sekarang, tapi siapa sangka kan? Hoki seumur hidup bisa naik ini mobil pokoknya.

"Sebenarnya ini mobil baruku, jadi aku sekalian ingin review bareng kalian" pamer nya terus nyengir lebar.

"Dari siapa?" reflek aku bertanya.

"Siapa lagi? Tentu saja dari kakakku. Aku memintnya bulan lalu, karena mobil ku yang lama sudah kusam"

Serius? padahal menurut ku mobil lamanya masih terlihat baru!

"Kaget ya, dokter? Kau pasti belum pernah naik mobil semewah ini, kan?"

Mobil mewah lain meluncur di depan kami. Siapa lagi ini? Kaca mobil terbuka menampakkan si pemilik. Oh, muncul sosok Lucas di dalam mobil itu. Tunggu, aku memandang Alice meminta penjelasan.

Dia keluar dari mobil. Penampilannya itu, mataku spontan bersinar saat meliriknya. Kurasa dia juga cukup terkejut melihatku, karena penampilanku yang memang cukup terbuka.

"Oh my, Dokter Mu.. itu kau? mataku tidak salah melihat, kan?"

"Memang nya siapa lagi? bagaimana menurutmu?"

"Apanya?"

"Penampilanku lah, huh. Ini hasil karya adik ganasmu itu"

"Aku tidak terkejut. Kau sempurna.. "

Alice mendadak melempar kunci mobil padaku. Aku menangkapnya dengan lihai. Ia memberiku kesempatan untuk membawa mobil baru miliknya. Rasa antusiasme menyebar di tubuhku. Aku segera masuk di kursi kemudi diikuti Alice yang duduk di sampingku.

"Bagaimana denganku?" Nahye bertanya, menunjuk dirinya sendiri.

"Kau bersamaku saja, ayo!" Lucas menarik lengan gadis itu, membukakan pintu mobil untuknya.

So What do you think?

BERSAMBUNG