Kami berdiri tegak saling memandang. Dia berdiri tegak dan matanya menatap langsung ke buku diary yang jatuh. Aku bagaikan terpaku untuk bergerak. Ada berbagai macam perasaan yang datang berkunjung. Takut, cemas dan horror. Semuanya tercampur.
Dia menghela nafas dengan sangat berat. Kemudian mulutnya digerakkan seraya mata seksinya memandang ke arah aku. Aku hilang nafas.
"Ada yang ingin dikatakan?"
"Aku... aku..."
"Kamu apa?"
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud..."
''Apakah kamu ingin memasuki ruangan ini? Mengapa kamu membuka buku harian itu?
"A...maafkan aku, Gibran . Maksudku, BabyGibran. Aku lihat..." Dia sudah berjalan ke arahku. Aku memejamkan mata, khawatir dengan apa yang terjadi. "Aku melihat pintunya terbuka jadi..."
Bibirku terasa bersentuhan dengan sesuatu. Aku merasakannya lembut dan sangat hangat. Dia pun memegang pipiku dengan sangat lembut. Aku membuka mata ku. Dia mencium bibirku. Ianya sangat sensual sehingga aku tidak bisa bergerak.
"Err..."
Dia menarik wajahnya. Dia menatapku dengan aneh.
"Apa kita..."
"Kenapa? Kamu gak suka?"
"Suka! Uh, tidak, tidak. Aku... aku tidak tahu."
Dia mengelus rambutku. Dahiku diciumnya. Aku tahu ini salah tapi aku tak tahu mengapa aku seakan merelakan. Aku seperti ralit dalam rangkulannya. Dia memeluk aku dan membaringkan aku di atas katil.
Dia mengiring menatapku sambil tangannya menelusuri rambut dan leherku. Nafasku naik turun dengan sangat cepat. Sentuhannya begitu lembut hingga aku jadi merelakan nya.
"Kamu..."
Aku kehabisan napas begitu dia mulai berbicara. Aku merasakan tangannya menyentuh perutku membuat seluruh tubuhku terasa dingin. Bau bajunya menembus hidungku membuatku semakin emosi.
Wajahnya dibenamkan di leherku. Aku menjerit kecil saat merasakan nafasnya di leherku. Tanganku mencengkeram bahunya erat-erat. Bahunya yang tegap menjadi tempat aku meletakkan wajahku saat dia menurunkan tangannya ke bagian intimku.
Jari-jarinya mulai bermain di luar celana dalamku membuatku mendesah tanpa sadar. Aku meremas rambutnya yang lembut dengan kuat namun tetap lembut. Dia menjilat leherku dan menciumku dengan lembut.
"Baby... Baby... BabyGibran..."
"Yes...?"
"Aku..."
"Kamu apa, monyet?"
"Mau..."
Ketika Aku hendak menyelesaikan kalimat ku, dia berhenti melakukannya. Dia menarik rambutku dan memaksaku untuk duduk.
"Apa yang kamu mau?! Bilang sekarang!"
"Gibran ... aku..."
"Ermm, apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?! Apa kamu pikir aku menginginkanmu, bodoh?!"
aku terkesiap. Seluruh tubuhku gemetar ketakutan. Mata elangnya menatap lurus ke mataku. Rasanya seperti ada bola api yang menyala-nyala di sana. Tanganku mati rasa dan aku tidak bisa bergerak sama sekali.
"Jawablah, bodoh!"
Aku masih diam membatu.
Dia pergi ke bawah tempat tidur dan mengambil buku hariannya yang ada di bawahnya dan membawanya ke tempat tidur. Dia memukul kepalaku dengan buku harian itu. Sakit. Itu menyakitkan. Buku harian itu berat.
"Bilang apa yang kamu lakukan di kamarku?!"
"Aku tidak bermaksud begitu. Aku ingin..." Dia menampar pipiku begitu keras hingga aku bisa merasakan kepalaku bergetar. Dia mendorong dan menahan kepalaku di kepala katil nya. Dia duduk di pahaku dan memberi tekanan pada perut dan dadaku.
"Apa aku bilang kamu boleh memasuki ruangan ini?! Apa aku bilang?!"
"Tidak...maafkan aku, Gibran ..."
Tamparan lain mendarat di pipi. Kali ini di sebelah kanan. Tamparan sebelumnya masih terasa panas.
"Ya Allah..." aku memohon dengan lembut.
"Kamu merayu memanggil nama Tuhan, menurutmu apakah Tuhan ingin menolongmu? Kalau Tuhan itu adil, kenapa aku seperti ini?"
"Gibran , mengucap!" Aku mengumpulkan semua kekuatan yang Aku miliki dan menendang perutnya dan Gibran jatuh dibawah tempat tidur. "Apakah kamu tidak menyadari apa yang kamu katakan?!"
"Elah! aku ini aneh tau! Kenapa kamu Gak mati aja bersama suamimu sekali?! Memang Widad hidupnya ingin menyusahkanku, dia mati juga menyusahkanku dengan meninggalkan istrinya?! Apa masalah kalian Hah? ?!"
"Danial Gibran !!!"
Dia terdiam. Dia terduduk di tempat tidur dengan wajah kabur. Beda sekali dengan Gibran yang Aku kenal tadi. Dia sepertinya tidak tahu apa yang baru saja terjadi.
"Kenapa kamu masuk ke kamarku?"
"Aku hanya ingin melihat apakah Aku bisa membantu."
"Apa maksudmu 'kamu ingin membantu'?"
"Baju kotor ? Air tumpah ?"
"Kalian semua benar-benar mengira aku masih kecil, kan? Kalian semua benar-benar mengira aku membutuhkan kalian dalam hidupku?! Aku tidak membutuhkan kalian! Aku sudah dewasa!"
"Gibran , I mean BabyGibran. It's Not like that. Aku just..."
"Just apa?! Kamu tidak berbeda dengan Widad ?! Dua duanya babi!"
"Gibran , tolong istighfar..."
"Kamu tidak perlu mengajariku untuk tenang, sialan! Sekarang beritahu aku kenapa kamu masuk ke kamarku?!"
"Aku tidak bermaksud begitu! Aku hanya ingin melihat."
"Lihat... ooh lihat... Sekarang aku ingin melemparkanmu ke dinding, hanya untuk melihat." Dia menjambak rambutku dan melemparkanku ke dinding. Kepalaku membentur dinding dan aku mulai merasa pusing.
Dia kemudian meraih leherku dan melemparkanku ke hallway lantai dua. Aku berbaring di lantai dan Aku mulai merasakan mata ku sudah berpinar pinar. Rasanya ingin muntah, semuanya ada.
"Hah!? Senang dilempar sana sini?! Padan muka hhahah?!"
"Apa dosa ku harus jaga hati kotor seperti mu Gibran ?"
Dia tertawa terbahak-bahak seolah aku baru saja memberitahunya sesuatu yang sangat lucu. Dia lalu duduk jongkok di sampingku dan tangannya kembali menyisir rambutku. Aku bersumpah aku merasa seperti berada di neraka.
Dia mencium pipiku dengan sangat lembut.. Entah apa motifnya melakukan itu tapi aku tahu itu sama sekali tidak tulus. Setan!
"Sakit ya, monyet?"
"Gibran , stop it!"
"Stop what? Your bullshit!"
"What is your fucking problem?!"
"You. You are my fucking problem!" Dia membisikkannya di telinga ku sebelum dia pergi meninggalkan aku sendirian di situ.
Aku cuba mengumpul kudrat untuk bangun dari atas lantai. Ketika itu, aku terasa seperti ada sesuatu keluar dari vaginaku. Perutku terasa sakit semacam. Air mataku mengalir menahan rasa perit yang teramat. Seluruh tubuhku terasa sejuk menggigil.
Pakaianku terasa basah. Dan di ujung kakiku aku melihat cairan berwarna merah kental di ujung betisku. Merah kental dan likat.
Aku mengandung?