kebahagiaan yang tak pernah kudapatkan

ikaharris
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - bab 2

Kala itu aku bener-bener kalut dalam keterpurukan, bagaimana tidak aku yang masih di bawah umur harus mengalami semua ini, merasakan ketidak adilan dalam menjalani hidup.

Jujur kalau boleh aku meminta, aku akan minta jangan biarkan mamah dan ayah bercerai dan jangan biarkan pula mamah menjadi ODGJ, aku tak tega melihatnya.

Kadang dia pergi tanpa sepengetahuan kami, terkadang air mata ini mengalir begitu saja kala melihat tubuh yang susah di atur itu, dia kan suka mengamuk dan juga tidak mau di urusi sama siapapun termasuk aku.

Kadang dia mengingat masa lalu yang dia pikir masih sama dengan sekarang ini, dia masih menganggap kalau ayah adalah suaminya,.

Aku sedih kala hal itu terjadi pada sang mamah, aku berusaha keras agar tak terlihat rapuh padahal jauh dalam relung hatiku yang terdalam aku sangat rapuh.

Ku ingat juga kala itu nenek yang dari ayah selalu memberikanku kasih sayang yang lebih dan bibi ku yang mau menikah selalu mengingatkan aku kalau dia bisa saja bawa aku kalau aku mau.

Tapi aku tak ingin mengikutinya aku memang butuh kasih sayang dan perhatian lebih saat itu tapi aku tak ingin membebani siapapun itu termasuk bibi aku.

"Neng yakin kamu gak ikut bibi" ucapnya

"Gak bi, aku mau sama nenek dan ayah saja" jawabku

"Kalau nanti mau ketemu bibi atau mau ikut bibi bilang aja ya" lanjutnya

"Ya bi" jawabku singkat

Tak lama setelah bibi nikah ayahpun juga memilih menikah dengan perempuan satu anak dan aku akhirnya tinggal sama nenek.

Jujur saja aku saat itu tak ingin ayahku menikah lagi, aku yang masih membutuhkannya tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, saat itu aku masih kecil dan tak begitu mengerti akan urusan orang dewasa.

Tapi lambat Laun aku paham ketika ayah meminta ijin padaku untuk menikah

"Neng ayah mau bicara" katanya

"Bicara aja ayah" jawabku

"Ayah mau menikah lagi, apa boleh?"katanya "ayah tak bisa hidup seperti ini, ayah butuh teman" lanjutnya

"Temen ayahkan banyak" jawabku polos

"Iya, tapi ayah butuh temen yang bener-bener selalu ada buat ayah, neng ngerti kan maksud ayah?"

"Terserah ayah saja, tapi jangan lupakan aku" sahutku dengan rasa yang belum mengerti sepenuhnya