Chereads / Kamukah Jodohku? / Chapter 39 - Tidak Putus Doa Dan Upaya

Chapter 39 - Tidak Putus Doa Dan Upaya

Sepekan sudah lamanya menikah dan hanya di rumah, tidak berbulan madu ke mana-mana, di rumah saja. Hari ini Siska kembali aktif mengajar. Sebagian anak muridnya ada yang hadir di acara pernikahannya.

Seperti biasa, Siska adalah pengajar yang datang tepat waktu, bahkan ia datang sebelum murid-muridnya hadir. Hari ini ia datang pada pukul setengah delapan. Sedangkan masuk kelas pukul delapan pagi.

Siska memasuki ruang kelasnya. Murid-muridnya tampak senyam-senyum memperhatikannya.

"Hari ini kita membahas contoh-contoh soal ya anak-anak?"

"Buk, sudah lama ibuk tidak mengajar. Kami ingin mendengarkan cerita pengalaman ibuk selama liburan hingga mendapatkan pasangan, Buk." Salah seorang muridnya mengusulkan topik di luar pelajaran.

"Setuju!" jawab yang lainnya kompak. Yang perempuan hanya bisa ngikut apa pun yang dikatakan kaum Adam. Tanpa basa-basi yang lama, Siska pun bercerita pengalamannya semasa liburan hingga sampai ke pesta pernikahannya seminggu yang lalu, sesekali ia melihat ke luar pintu, jaga-jaga kalau kepala sekolah lewat. Dia tidak enak jika kedapatan curhat pada murid di jam pelajaran.

"Tak Ibuk sangka-sangka Nak. Tak pernah terbesit di benak dan hati untuk mencintainya Nak. Dia juga tidak pernah cinta sama ibuk Nak. Dia pacaran sama teman ibuk Nak. Tapi begitulah jodoh, tak bisa ditebak siapa pasangan pengantin kita. Makanya kalian jangan pacaran, contohlah ibuk. Ibuk tak pacaran, tapi ketemu juga kok jodoh ibuk. Dan yang pacaran malah tak jodoh. Tengoklah lah ibuk."

"Tapi itu kan tidak baik, Buk. Mengambil pacar teman sendiri?!" Salah seorang kaum Hawa mengatakan maksudnya.

"Siapa yang ngambil? Dia sendiri yang datang pada Ibuk Nak. Yang hadir di pesta pernikahan ibuk minggu lalu pasti tau kronologinya. Suami ibuk sudah menjelaskannya."

"Ya, Buk Aku tahu. Ibunya suami ibuk tidak setuju dengan sahabatnya ibuk itu, siapa tadi namanya, Buk?"

"Najwa, Nak."

"Ya, tante Najwa. Dan ibunya suami ibuk lebih suka sama ibuk yang jadi menantunya."

"Betul-betul." jawab mereka yang juga hadir waktu itu.

"Humm terbukti kan, Nak? Bahwa tak semua yang pacaran itu segera menikah dan tak semua yang tidak pacaran itu lambat menikah. Contohlah Ibuk Nak. Jagan pacaran, habisin waktu saja!"

"Baik, Buk Guru." sahut mereka kompak. Padahal bisa dibilang hanya satu orang yang tidak pacaran di kelas Siska, yang duduk paling pojok, seorang kaum Hawa yang pendiam dan pintar dalam semua bidang studi.

***

Rumah tangga Retno dan Ratna berjalan seperti biasa. Ratna sudah berobat secara rutin pada ibu Ghazi. Obat-obat kampung itu dibikin ibu Ghazi dari kulit-kulit pohon tertentu. Akar kayu dan juga daun kayu tertentu. Kulit pohon yang masih segar. Lalu ibu Ghazi menjemurnya dua sampai tiga hari.

Begitu semuanya sudah kering, barulah dimasak dengan direbus hingga mendidih. Airnya berubah jadi merah tapi tak seutuhnya merah, kadang terlihat seperti coklat. Air tersebut diminum. Ibu Ghazi membuat jamu sama seperti yang ibu Ghazi lakukan pada ibu-ibu yang baru melahirkan. Terapinya menyakinkan, sudah ada yang berhasil setelah berobat pada ibu Gazhi.

Di kampung Ghazi, ibu-ibu yang baru melahirkan minta tolong pada ibu Ghazi agar dibuatkan obat tersebut. Herbal sekali. Sering sudah ibu Ghazi menyebutkan nama-nama batang pohon apa saja yang kulitnya diambil selebar tiga senti, tapi ibu-ibu yang hamil tak sanggup lagi harus membuatkan hal tersebut.

Di kampung Ghazi masih berlaku obat kampung. Ibu-ibu yang melahirkan tidak mesti dibawa ke dokter. Para ibu-ibu kampung lah yang membantu persalinannya. Ada ibu-ibu yang tukang jaga di pintu, ada yang menyemangati, ada bagian pemotong tali pusar, ada bagian penarik bayi, ada bagian pijitin ibu yang mau melahirkan.

Ada juga yang tukang tonton, tapi biasanya yang tukang tonton hanya satu orang saja, tidak boleh lebih. Ketika anaknya sudah lahir, sudah dibersihkan segalanya, sudah berhenti menangis, barulah bapaknya boleh menggendongnya. Kadang ada sebagian bapak tak tahu bacaan azan, jangankan azan, huruf hijaiyah saja pun ia tak hafal. Disuruh azan ia malah takbiran, sebab ia pikir azan sama dengan takbiran.

Selain minum jamuan buatan ibu Ghazi, sesekali Ratna masih juga pergi ke Dokter untuk check kesehatannya. Badan Ratna makin berisi, berat badannya nambah, selera makannya tinggi tapi kandungannya belum berisi. Apa pun yang terjadi pada Ratna, Retno tidak lagi bersedih. Ia tahu istrinya tidak bisa mengandung dan ia hanya bisa banyak-banyak berdoa dan berusaha dengan mengantarkan istrinya untuk terus berobat.

Ratna dan Retno tak pernah putus asa, segala cara yang baik untuk mendapatkan keturunan ia lakukan. Sisanya hanyalah bertawakal pada-Nya.

Retno tidak lagi marah pada Ratna. Ia tidak mau sikapnya membuat Ratna semakin down, Retno semakin menyayangi istrinya seperti dulu baru-baru menikah. Belum punya keturunan tidak membuat cinta mereka sirna. Walaupun sebelumnya sempat membuat Retno sedih, itu semua karena Ratna tak mau terus terang.

Retno sangat yakin istrinya akan mengandung suatu saat nanti. Dia mengingat kisah Nabi Zakaria dan istrinya, Isya binti Faqudza. Perempuan yang telah divonis mandul bisa mengandung dan melahirkan berkat doa suaminya Nabi Zakaria Alaihi Salam dan kebesaran Allah SWt. Retno juga tidak putus asa, ia terus mamanjatkan do'a-do'anya pada-Nya di setiap kali ia ibadah. Allah.

Pun menjawab do'a-do'a Nabi Zakaria Alaihis Salam dengan lahirnya Yahya. Allah berfirman, "Maka, Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dam Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusuk." {QS al-Anbiya [21]:90}.

Sejak Ratna berterus terang, kini rumah tangganya semakin tumbuh rasa kasih sayang yang luar biasa.

Ratna pun mulai hijrah, ia tidak lagi seperti Ratna yang dulu yang suka menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya. Ia benar-benar tabayun terlebih dahulu, setelah ia tabayun, kalau pun berita tersebut benar menurutnya, sudah yakin, Ratna tidak menyebarkannya, cukup ia saja yang tahu. Sebab sekarang semua berita begitu mudah tersebar, biarlah mereka sendiri yang menemukan kabar-kabar tersebut, pikirnya.

Ratna pun mulai menghafalkan al-Quran. Sehari satu halaman ia hafalkan mulai waktu subuh sampai magrib. Setelah magrib ia pun menyetorkan hafalannya pada Retno. Retno sendiri sudah hafal empat juz dan Ratna pun demikian. Sebab setiap dua semester Awamaalia University mewajibkan satu juz hafalan al-Quran, masuk dalam mata kuliah dan diujiankan.

Hanya waktu-waktu tertentu saja Ratna tidak menghafal, seperti ketika memasak, Ratna menyalakan mp3 al-Quran suaranya Syaikh Misyari Bin Rasyid Al-Afasy. Kadang kalau Retno yang memasak, Ratna dapat dua halaman sehari. Kalau Ratna berpuasa senin kamis, dapat tiga halaman. Sebab waktu puasa ia tidak banyak kegiatan, hanya di rumah saja. Ratna dan Retno sedang melanjutkan masternya, di kampus yang sama.

Retno jadi guru honor di SMA, kadang ia jadi asisten dosen, dosen pengganti di kampus terdekat. Rumah tangga yang belum punya keturunan itu semakin hangat, apa pun yang terjadi, tak dapat merubah cinta mereka. Retno dan Ratna adalah anak orang kaya, tapi mereka tidak meminta kecuali dalam keadaan sangat-sangat mendesak!

***