Najwa Detektif, tiba-tiba rindunya terobati setelah Ghazi mengoceh tempo malam hari waktu itu. Jam dua belas malam Najwa Detektif keluar dari dalam kamarnya setelah satu bulan tidak pernah keluar dan mandi juga belum pernah. Badannya berlumut.
Pembantunya tertidur di kursi empuk di dalam kamarnya. Ayah dan ibunya juga sudah tertidur lelap. Malam ini amat sunyi. Angin sepoi-sepoi enggan bertiup. Angin malah memilih berembus ke timur. Najwa Detektif normal kembali seperti sebelumnya.
Gairahnya bangkit dan meletup-letup. Ingin sekali ia berucap-ucap kata yang manis untuk seorang yang dirindukannya. Najwa Detektif melihat sekeliling isi rumah setelah sebulan lamanya tidak pernah ia lihat. Kemudian ia keluar ke teras depan. Bunga-bunga yang ia tanam kini sudah tumbuh rindang dan segar. Bunga yang pandai menutup daunnya sedang mengorok.
Najwa Detektif membangunkan bunga yang cantik itu dari tidurnya, lalu ia minta izin untuk memetiknya. Setelah ia memetik bunga itu, Najwa Detektif berdiri di tengah halaman rumahnya.
Parasnya yang cantik, kini tak ubahnya sepucat wajah kuntilanak di dalam film horor. Suasana kiri dan kanannya sepi seakan ia sedang berdiri di tengah hutan. Bulan tampak terang dan bintang kejora sedang menyaksikan dirinya yang sedang bimbang. Kemudian Najwa Detektif pun bergumam sesukanya.
"Cukup lama aku menantikan setangkai bunga. Cukup lama hatiku tak berbunga. Jangankan memberiku setangkai bunga, menyiram bunganya saja kau tidak mau dan tidak mau tahu bunga apa yang aku mau? Haruskah aku bertahan lebih lama lagi menantikan setangkai bunga darimu duhai pangeranku?
Aku menginginkan bunga hatimu untukku. Aku tidak membutuhkan bunga yang mahal, kehadiranmu saat ini jauh lebih mahal dari bunga yang paling mahal sekali pun itu! Sungguh aku rindu dan menantikan bunga hatimu, juga kehadiranmu di sisiku. Bersegera lah pangeranku. Sungguh aku tidak kuat terlalu lama menunggu." Setelah mengoceh sendiri di tengah lapangan, Najwa Detektif pun masuk kembali ke dalam rumah, mengunci pintu kamar lalu rebahan di atas kasurnya.
Najwa Detektif mulai kambuh lagi gilanya. Ghazi? Kopi malam ini lebih indah daripada harus memperturutkan memetik bunga dan menyiram bunga di pagi hari kemudian memetiknya di sore hari walaupun ditemani pelangi. Ghazi lupa pada Najwa Detektif kalau kedai kopi sedang tidak sepi.
***