Semakin lama Lu Xia menghabiskan waktu bersama Jiang Junmo, dia semakin menyadari betapa hebatnya Jiang Junmo.
Dia tahu segala hal yang Lu Xia tidak ketahui saat belajar, dan yang lebih mengejutkannya lagi, selain memasak, dia bahkan juga bisa menjahit.
Beberapa hari yang lalu, saat Lu Xia sedang memindahkan kayu bakar, dia secara tidak sengaja merobekkan pakaiannya. Dia sudah lupa akan hal itu, tapi saat hendak memakainya lagi, dia sadar bahwa Jiang Junmo sudah dengan terampil menjahitnya kembali.
Lu Xia memeriksa jahitan karya Jiang Junmo, yang jauh lebih bagus daripada jahitannya, dan Jiang Junmo bercerita kalau kakaknya lah yang telah mengajarinya. Lu Xia mau tidak mau bertanya-tanya apakah kakaknya merawatnya seperti seorang adik perempuan, karena Jiang Junmo tampak lebih anggun daripada Lu Xia.
Dia merasa seperti mendapatkan emas!
Beberapa hari kemudian, mereka berdua pergi ke kota lagi. Mereka membeli daging dan mengambil paket yang dikirim oleh keluarga Jiang.
Awalnya, Lu Xia ingin pergi sendiri, tapi Jiang Junmo tidak mengijinkannya, bersikeras bahwa kesehatannya sudah meningkat secara signifikan, dan dia ingin jalan-jalan keluar.
Mengingat Jiang Junmo sudah terjebak di rumah sepanjang musim dingin, Lu Xia merasa kasihan padanya. Apalagi kesehatannya memang sudah membaik, jadi dia pun mengajaknya.
Untungnya, paket kali ini tidak terlalu besar. Setelah mengambilnya dan membeli beberapa barang, Lu Xia yang memegangi paket dan duduk di kursi belakang sementara Jiang Junmo mengendarai sepeda, langsung pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, mereka membuka bungkusan itu dan menemukan sebuah surat terlebih dahulu. Mereka membacanya bersama, dan dalam surat tersebut, paman mereka menyebutkan bahwa dia sudah menerima foto yang dikirim oleh Jiang Junmo dan keluarganya sangat senang saat melihat foto Lu Xia.
Paman nya juga menasihati mereka berdua agar menjalani kehidupan yang baik dan memberikan beberapa tips terkait kehidupan berumahtangga.
Di dalam paket tersebut terdapat obat-obatan dan suplemen nutrisi untuk penyakit Jiang Junmo, serta beberapa barang yang disiapkan oleh keluarganya untuk musim dingin, seperti topi dan syal.
Terakhir, ada uang tunai 20 yuan dan beberapa tiket.
Jiang Jun Mo langsung menyerahkan uang dan tiket kepada Lu Xia sambil berkata, "Simpan baik-baik."
Menerima uang tersebut, Lu Xia teringat tentang uang saku yang pernah mereka bicarakan sebelumnya. Dia harus ini sadar kalau tidak pernah memberikan uang apapun pada Jiang Junmo, jadi dia langsung mengeluarkan uang dan menyerahkannya kepada Jiang Junmo, sambil berkata, "Ini uang sakumu."
Tanpa diduga, Jiang Junmo menolak, berkata, "Kamu tidak perlu memberi ku apa pun. Aku tidak memerlukannya, dan jika aku butuh sesuatu, aku bisa meminta langsung padamu."
Lu Xia tersenyum dan berkata, "Tapi kamu harus membawa walaupun sedikit. Kamu sudah bekerja keras di rumah setiap hari, jadi aku harus memberimu gaji."
Setelah mengatakan ini, dia tiba-tiba teringat apa yang dia dengar saat keduanya bertemu untuk pertama kalinya, dan tidak bisa menahan tawa, "Hahaha…"
Jiang Junmo tampak bingung, "Apa yang lucu?"
Lu Xia tidak menyembunyikan apa pun, "Apa kamu masih ingat saat pertama kali kita bertemu?"
Jiang Junmo bingung, "Pasti bukan di kereta, kan?"
Lu Xia mengangkat alisnya, "Kenapa kamu bilang begitu?"
"Aku merasa kamu terlihat familier saat pertama kali aku melihatmu di kereta, tapi aku tidak ingat di mana aku pernah melihatmu."
Lu Xia tersenyum, "Kalau begitu, apa kamu ingat kejadian di Taman Beihai sepuluh hari sebelum kamu berangkat?"
Jiang Junmo mengerutkan alisnya dan kemudian teringat sesuatu, berkata, "Maksudmu gadis yang menguping percakapan ku?"
Lu Xia mengangguk sambil tersenyum, "Ya, aku adalah gadis yang menguping pembicaraan mu dengan wanita itu!"
Jiang Junmo merasa agak malu. Dia tidak menyangka kata-kata yang dia ucapkan akan didengar oleh Lu Xia. Dia ingin menjelaskan tapi tidak tahu harus menjelaskannya mulai dari mana.
Melihat kegelisahannya, Lu Xia mengambil inisiatif dan berkata, "Jangan khawatir; Aku tidak keberatan. Tiba-tiba saja aku mengingatnya. Saat itu, kamu bilang pada wanita itu kalau kamu akan mengurus keperluan rumah tangga dan berkontribusi pada keluarga. Kamu bahkan minta diberi gaji, dan itu cukup lucu. Aku tidak menyangka hal itu akan menjadi kenyataan sekarang."
Jiang Junmo merasa lebih malu setelah mendengar kata-katanya.
"…Sebenarnya tidak seperti itu!" dia mencoba menjelaskan.
Lu Xia menantikan apa yang akan dia katakan.