"Sebenarnya, aku sudah memutuskan untuk pergi ke pedesaan saat itu, jadi aku sama sekali tidak ingin pergi kencan buta. Tapi bibiku sudah mengatur kencan buta tersebut, jadi aku tidak bisa menolaknya. Aku harus mencari alasan agar membuatnya mundur."
"Makanya, kamu mengatakan hal itu?" Lu Xia tidak bisa menahan senyumnya. "Hahaha, kamu sangat lucu. Untuk menolaknya, kamu membuat diri mu tampak seperti pria tidak berguna yang tidak mau bekerja. Pantas saja gadis itu marah dan pergi."
Jiang Junmo merasa agak malu setelah mendengar kata-katanya.
"Yah, tapi tidak semuanya bohong. Kesehatan ku benar-benar cukup buruk, dan aku memang tidak bisa bekerja atau menghidupi keluarga. Baru setelah aku pergi ke pedesaan, kesehatan ku berangsur-angsur membaik," kata Jiang Junmo sambil menghela nafas.
Lu Xia tahu alasan di balik kejadian tersebut; mata air spiritual memainkan peran penting di sini.
Melihat wajah Jiang Junmo memerah, Lu Xia tidak ingin terus menggodanya, jadi dia tiba-tiba teringat akan sesuatu dan bertanya, "Aku ingat kamu pernah bilang kalau kamu bisa melukis?"
Jiang Junmo tahu dia tidak pernah menceritakannya secara langsung pada Lu Xia, mungkin hal itu terdengar selama kencan buta waktu itu, tapi dia juga tidak menyembunyikannya.
"Ya, saat aku masih muda dan tidak bisa berpartisipasi dalam aktivitas fisik apa pun, keluarga ku mencarikan seorang ahli seni lukis tradisional Tiongkok untuk ku supaya aku bisa belajar melukis."
Sambil menghela nafas, Jiang Junmo melanjutkan, "Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana keadaan guru ku sekarang."
Lu Xia tahu bahwa keadaan gurunya mungkin tidak sebaik itu saat ini, jadi dia menghiburnya, "Jangan khawatir; semua akan membaik."
Jiang Junmo mengangguk, "Ku harap begitu…"
Khawatir Jiang Junmo masih sedih, Lu Xia mengubah topik pembicaraan, "Aku belum pernah melihatmu melukis. Apa kamu mau menggambar untukku kapan-kapan?"
Jiang Junmo setuju, "Tentu saja, aku membawa beberapa alat melukis, dan kalau tidak cukup, aku bisa meminta keluarga ku mengirimkannya nanti."
"Luar biasa!"
Namun, Lu Xia tidak sempat melihat lukisan yang dijanjikan hari itu.
Karena Gu Xiangnan tiba-tiba masuk, mengatakan bahwa Cheng Yujiao secara tidak sengaja mematahkan kakinya dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Dia datang untuk meminjam sepeda.
Lu Xia terkejut mendengar berita tersebut, dan segera mengeluarkan sepedanya, dia juga menolak uang yang Gu Xiangnan berikan. Melihat ekspresinya yang cemas, dia tidak bertanya mengapa Cheng Yujiao bisa jatuh, tapi berkata, "Sewa hanyalah alasan untuk menghadapi penduduk desa. Kalau ada keadaan darurat, kamu bisa langsung meminjam sepeda ini. Tapi apa tidak masalah mengantarnya menggunakan sepeda? Apa Pemuda Terpelajar Cheng bisa menggerakkan kakinya?"
Gu Xiangnan menghela nafas mendengar kata-katanya dan tidak memaksa. Dia mengambil kembali uang itu dan menjelaskan, "Gerobak sapi desa dipinjam hari ini, aku tidak tahu kapan akan dikembalikan. Kami tidak boleh menunda-nunda lagi, jadi kami hanya punya pilihan menggunakan sepeda."
Lu Xia terdiam untuk sesaat, menganggapnya terlalu kebetulan, "Baiklah, cepat pergi. Hati-hati, dan kalau butuh bantuan, datanglah kapan saja."
"OK aku mengerti." Gu Xiangnan mengucapkan terima kasih dan pergi menggunakan sepedanya.
Setelah dia pergi, Lu Xia dan Jiang Junmo saling bertatap-tatapan.
Namun, Lu Xia merasa aneh karena kaki Cheng Yujiao tiba-tiba patah. Dia teringat akan pertengkaran baru-baru ini antara Cheng Yujiao dan Su Man. Mungkinkah itu ada hubungannya?
Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke tempat pemuda terpelajar untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Setelah berganti pakaian menjadi mantel katun tebal, Lu Xia melihat Jiang Junmo sudah menunggunya di luar rumah. "Kenakan topi; di luar dingin."
Topi itu dikirim oleh keluarga Jiang kali ini, topi hijau militer dengan penutup telinga besar, yang terlihat hangat, tapi bukankah seharusnya dipakai di tengah musim dingin? Bukankah masih terlalu dini untuk memakainya sekarang?
Namun, melihat desakannya, Lu Xia hanya bisa menurutinya.
"Apa kamu ikut?"
"Aku akan menemanimu," Jiang Junmo juga mengenakan pakaian hangat.
Lu Xia mengangguk, "Kalau begitu pakailah topi juga."
"Mmm."