Chapter 21 - Chapter 21 – Penemuan Lu Qiu

Saat ini, Lu Xia sudah mengambil keputusan dan tidak ingin tinggal bersama keluarga ini lebih lama lagi. Dia langsung meletakkan sumpitnya dan masuk ke dalam kamar.

Ibu Lu ingin mengatakan sesuatu saat dia menyadari bahwa Lu Xia masih belum melakukan pekerjaan apa pun, tapi setelah memikirkannya, dia tidak jadi berbicara. Sebaliknya, dia meminta Lu Chun dan Lu Qiu untuk saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Lu Chun menampakkan ekspresi penuh penolakan di wajahnya tapi tetap melakukan pekerjaannya, sementara Lu Qiu tidak merasa ada yang aneh tentang hal itu. Lagipula, dia sering membantu di rumah.

Seperti biasa, Lu Xia memasuki ruangan sebelum tidur.

Makanan di ruang nya hampir habis karena dia jual, hanya tersisa empat hingga lima ratus kati. Dia berencana menyimpannya untuk dimakan nanti.

Setelah memanen sebagian besar sayuran dari ladang dan membiarkan akar kucai terus tumbuh, ia memasukkan batang dan daun sayuran lainnya ke dalam tanah sebagai pupuk. Kemudian dia mulai menanam padi-padian lagi, tiga jenis yang sama seperti sebelumnya.

Karena mereka matang pada waktu yang sama dengan yang ditanam luar, maka perlu waktu beberapa bulan sampai bisa memanennya. Oleh karena itu, ia harus menanamnya sedini mungkin.

Satu-satunya keuntungan yang dia dapatkan adalah tidak ada perbedaan musim di ruang tersebut. Setelah panen selesai, ia dapat langsung menanam kembali, sehingga ia bisa panen dua atau tiga kali dalam setahun.

Dengan lahan seluas lima mu, meski sudah menyisihkan sebagian lajang untuk menanam sayur mayur, namun sisa lahannya masih cukup besar. Jadi dia tidak dapat menyelesaikan semua pekerjaan nya dalam satu malam. Dia berencana menyelesaikan penanaman sebelum pergi ke pedesaan.

Setelah bekerja beberapa saat dan menyadari hari sudah larut, Lu Xia keluar dari ruang tersebut dan tidur.

Keesokan harinya, ketika dia bangun, masih ada orang di dalam rumah.

Saat ini, Lu Qiu sedang duduk di depan meja rias Lu Chun, melihat ke arah cermin.

Melihatnya bangun, Lu Qiu langsung berkata, "Kakak kedua, kamu sudah bangun? Kamu sangat luar biasa, tidur sangat awal dan masih bisa tidur nyenyak di pagi hari. Orang-orang keluar dan masuk ke dalam kamar, tapi kamu tidak bangun sama sekali."

Lu Xia: …

Meskipun dia masuk ke kamar lebih awal, dia tidur larut malam dan bekerja sepanjang malam, jadi dia sedikit lelah dan tentu saja, bangun kesiangan adalah hal yang normal.

Namun, dia tidak mengatakannya dengan lantang dan malah bertanya, "Apa kamu tidak pergi ke sekolah hari ini?"

Lu Qiu terkejut, "Hari ini adalah akhir pekan, kita punya hari libur."

"Oh!" Lu Xia mengangguk, lalu terdiam.

Tapi Lu Qiu masih ingin mengobrol dengannya, "Apa kamu tahu ke mana kakak perempuan pergi?"

"Aku tidak tahu." Dia tidak tertarik.

Lu Qiu tahu akan jadi seperti ini pada akhirnya dan dengan bersemangat berkata, "Sepertinya kakak perempuan sedang berkencan dengan seseorang!"

Lu Xia akhirnya menatapnya, mengangkat alisnya, tapi tetap tidak mengatakan apa-apa.

Namun, melihat reaksi Lu Xia, Lu Qiu tahu sekarang dia tertarik. "Kemarin saat aku pulang dari sekolah, aku melihat seorang pria datang menemuinya. Saat mereka berpisah, kakak perempuan sepertinya enggan berpisah dengannya."

"Oh!" Jadi mungkin ada sesuatu yang terjadi.

"Apa menurutmu Ibu tahu?"

Lu Xia: "Tidak tahu."

"Menurutku dia juga tidak tahu. Kalau ibu sampai tahu, Ibu tidak akan tinggal diam. Dia akan menyelidiki segala sesuatu tentang nenek moyang pria itu hingga generasi kedelapan belas nya. Kalau dia memiliki kondisi yang baik, ibu akan setuju, dan jika tidak, ibu akan langsung memaksa mereka untuk berpisah." Saat Lu Qiu bercerita, dia menganalisis situasinya.

Lu Xia: "…" Sebenarnya, yang dia maksud adalah dia tidak tahu apakah Ibu Lu mengetahui tentang hal ini atau tidak.

Tapi apa yang dikatakan Lu Qiu memang benar. Ibu Lu memang orang yang seperti itu. Meskipun dia tidak mengatakannya secara eksplisit, dia memiliki beberapa persyaratan untuk calon menantunya. Mungkin itu caranya untuk memanfaatkan kesuksesan menantunya.

Lu Qiu tidak lanjut berbicara, dan setelah Lu Xia selesai beberes dan makan, dia siap untuk pergi.

Lu Qiu mengikutinya dengan rasa ingin tahu dari belakang, "Mau kemana, kakak kedua? Apa aku boleh ikut? Xiaodong keluar untuk bermain, dan aku bosan sendirian di rumah."

Lu Xia menggelengkan kepalanya, "Tidak, carilah teman untuk bermain."

Lu Qiu merasa sedikit kecewa tapi tetap tidak memaksa nya, "Baiklah, apa kamu akan pulang saat makan siang?"

"Tidak."

Lu Xia pergi setelah mengatakan itu.

Di dalam rumah, Lu Qiu merasa penasaran. Dia merasa kakak keduanya telah banyak berubah beberapa hari terakhir ini dan tidak lagi lemah seperti dulu. Dia mungkin menemukan sesuatu.