Disebuah ruangan yang gelap, Jungkook tersadar dari pingsannya. Tiba-tiba lampu menyala membuatnya langsung menutup matanya
"Ah maaf silau ya." Mata Jungkook menyipit mencoba mengenali orang itu
"Siapa kau?."
"Kau tak mengenalku?."
Jungkook terbelalak dan langsung berlari memeluk pria itu
"Jin hyung!. Astaga sudah lama sekali tak bertemu!." Seru Jungkook semangat
"Hahaha iya."
"Tapi, kenapa kita bertemu disini?. Tempat apa ini?." Tanya Jungkook
"Ruang interogasi."
Jungkook mengerutkan keningnya bingung
"Jungkook, orang tuamu ... belum meninggal." Jungkook tersentak
"Apa?. A-aku jelas-jelas melihat mayat mereka, walau aku agak ragu."
"Kan. Orang-orang yang haus kekuasaan itu menipu kita. Aku akan membantumu. Tapi pertama, kau harus menghilang dari publik." Ujar Jin serius
"Kalau itu maumu maka tak bisa ku tolak. Tapi ... bagaimana dengan Areum?. Dia baru 20 tahun."
"Yang lain akan membantunya, kau tenang saja. Setidaknya adikmu itu harus diberikan peluang aksinya juga." Jin menaikkan alisnya
"Aku tak paham tapi baiklah. Asal dia baik'saja."
~•~
"Lihat. Mobil sedannya jelas-jelas tergelincir lalu jatuh dari tebing. Sepertinya tuan Jeon kalian itu sudah menghilang." Ujar penjaga cctv itu sarkas
Areum langsung mengarahkan cutternya ke leher pria itu membuatnya panik seketika
"Jaga mulutmu bedebah."
"M-memangnya kau s-siapa?. H-hey, suruh dia berhenti!."
Jiselle hanya menatap datar tanpa menahan Areum. Areum menyimpan cutternya lagi dan memperhatikan rekaman cctv itu dengan cermat, matanya menyipit melihat sesuatu
"Apa itu ... minyak?." Jiselle dan pak petugas ikut melihat ke cctv
"Atau mungkin air. Tapi kenapa ada disana?. Di tempat lain tak ada, bahkan cuaca hari ini maupun semalam tak berangin atau hujan." Ujar Jiselle
Areum mencolokkan hardisk lalu mulai menyalin rekaman cctv itu
"T-tunggu!. Kalian ini memangnya siapa ha asal menyalin dan mengeluarkan senjata?!."
Areum menahan pundak Jiselle dan menghantupkan kepala pria itu ke meja dengan keras hingga berdarah
"Argh!."
"Kami malaikat maut, mau apa kau?."
"A-apa?."
Handphone Areum berdering, dia lalu keluar dan menjawab telepon itu
"Jisu, aku mau kau menganalisis rekaman cctv yang kuberikan. Kalau sudah lapor ke aku."
"Oke. Nanti malam datanglah."
"Ya. Kututup dulu." Areum menutup telepon dan melirik Jiselle yang keluar dengan mengelap darah dari tangannya
"Apa rencanamu Areum?." Tanya Jiselle. Areum diam
"Antar aku ke rumah bibi Jihan."
~•~
"Kau tunggulah disini kak."
"Ha?. Tapi-."
"Ini perintah, bukan permintaan." Ucap Areum dingin. Jiselle mengangguk pasrah
Areum menatap diam mansion besar milik bibinya itu. Ahn Jihan, istri dari adik bungsu 6 bersaudara Jeon, ayahnya merupakan anak pertama
Wanita 40 tahun tapi berwajah muda yang selalu membawa banyak lelaki ke rumahnya tanpa ketahuan oleh sang suami yang bertugas keluar negri
"Bagaimana kabar mereka ya?. Kasihan mereka harus tinggal dengan monster ini." Gumam Areum seraya berjalan ke mansion itu dengan pandangan dingin
Seorang bodyguard menahan yang langsung diberi tatapan tajam Areum
"Maaf, anda tak bisa sembarangan datang."
Areum memejamkan matanya. Dia menarik tangan bodyguard itu lalu membantingnya ke pintu, seorang bodyguard lagi datang dan langsung melayangkan pisaunya
Jiselle melihat itu dari jauh tapi dia tak berniat mengganggu. Areum menghindari pisau itu lalu melemparkan pasir ke wajah bodyguard itu hingga pisaunya jatuh, kesempatan itu Areum ambil dengan menghajar dagunya telak hingga dia tak sadarkan diri
Tiba-tiba saja banyak bodyguard yang datang mengelilinginya sambil menodongkan pistol. Jiselle terkejut lalu meraih pistol tapi mendapat lirikan Areum, dia diam
"Ada apa ini?!." Seorang wanita berpakaian mewah dan terbuka berjalan mendekat
"Wah bibi terlambat nih." Ucap Areum
"Ah kamu!. Hey cepat jauhkan pistol kalian!." Seru bibi Jihan
"T-tapi nyonya dia menyerang anak buah kita!."
"Ah mereka ngotot jadi mau gak mau. Aku hanya melindungi tubuhku." Bela Areum
"Iya cepat turunkan senjata kalian!." Para bodyguard itupun terpaksa menyimpan kembali senjata mereka membuat seringai Areum muncul
"Areum maaf ya, bibi akan melatih sopan santun mereka lagi." Mereka semua saling tatap bingung melihat sifat lembut tuan mereka yang tak seperti biasanya
"Nah ayo masuk." Areum menganggukkan kepalanya kepada Jiselle. Jiselle segera membawa mobilnya pergi
Areum menatap sekeliling mansion itu
"Ah kamu mau minum apa?."
"Apa saja yang dingin." Maid pun pergi
"Mana putramu?."
"Ah mereka berdua belum pulang, sebentar lagi pasti." Areum mengangguk lalu meraih foto-foto disana
Wanita ini bukanlah istri asli. Jeon Won Ji menikah lagi dengannya setelah memiliki dua putra yang hanya terpaut dua tahun. Istrinya meninggal dunia karena kanker
"Ini minumnya nona."
"Thanks." Maid itu menjawab senyum manis Areum lalu pergi
Areum memperhatikan para maid disana yang berdiri dengan wajah kaku dan berkeringat, seperti akan bertemu akhir hidup mereka
"Ah ya, kamu tiba-tiba banget kesini. Kenapa?."
"Bibi tau beritanya kan?."
Jihan diam membuat Areum meliriknya
"Tentu saja. Beritanya tersebar di seluruh internet. Sungguh anak malang, bibi turut berdukacita." Ujar bibi Jihan dengan wajah sedih, tapi itu malah membuat Areum jijik
"Terimakasih. Aku mau bertemu kedua adik sepupuku."
"Ohh. Kalau begitu biar bibi telepon mereka supaya cepat pulang."
Areum mengangguk. Bibi Jihan pun pergi ke kamarnya. Para maid disana terkejut ketika Areum berdiri dan menyerahkan tisu ke mereka masing-masing
"Dia sudah pergi. Santai saja didepanku." Para maid itu saling tatap
Areum menarik kursi mendekat lalu melempar sekantung berisi gulungan uang. Para maid itu melongo
"Siapa yang bisa ku percaya diantara kalian?."
To Be Continue...