Matahari terlihat sangat cerah di pagi hari ini, jalan raya pun terlihat ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Hari ini sesuai rencana Anin, ia akan menelusuri setiap kampus. Anin berharap urusannya hari ini bisa selesai. Agar esok ia sudah bisa pulang.
Tujuan pertama Anin akan menuju ke kampus A. Menurut Elena ini adalah kampus pertama paling terfavorit. Di awal masuk sudah disuguhi dengan pohon yang rindang, membuat siapa saja yang memandangnya merasa adem. Tak lupa di samping kiri sepanjang jalan masuk itu ada sebuah danau, dan juga taman. Di samping kanan, terdapat sebuah mesjid besar. Dan beberapa gedung lainnya.
Anin kini masih mengelilingi kampus tersebut. Hingga tiba-tiba ia mendadak berhenti. Tepat di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi dengan ciri khas kampus tersebut. Akhirnya Anin memutuskan untuk mencoba masuk disana, barangkali ada informasi.
Setelah memarkirkan kendaraannya di tempat yang aman, dengan rasa gugupnya Anin mencoba masuk. Di pintu masuk, ia masih aman. Saat berjalan lagi, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya hingga membuat ia menghentikan langkahnya dan mencoba berbalik ke belakang.
"Seorang pria, sepertinya mahasiswa disini"gumam Anin dalam hatinya.
"Ma-af kak, ada apa ya?" ucapnya dengan gugup
"Oh ini, daritadi saya lihat, kamu kayak bingung gitu. Dari fakultas mana dek?" Tanyanya
"Em,, saya... Saya belum kuliah kak." Jawabku lagi
"Oh, nyari info buat mahasiswa baru ya?"
"Iya kak." jawabku lagi
"Kalau boleh tahu kamu angkatan berapa?"
"Angkatan XXXX."
"Owala,, pendaftarannya terbuka bulan depan sih, bisa ikutan tes online aja."
"Oh gitu kak. Ya sudah kalau begitu saya pamit. Terimakasih atas infonya kak." ucapku lalu beranjak pergi dari hadapannya.
"Eh tunggu..."
"Ya kak?" ucap Anin setelah berbalik ke belakang.
"Nama kamu siapa dek?" Tanyanya lagi.
"Namaku Anindya bisa dipanggil Anin aja." ucapku
"Nama kakak Delano."
"Ya sudah kak, saya pamit pulang dulu."
"Baiklah" ucapnya
"semoga kita bertemu lagi Anin.." ucapnya lirih tapi Anin masih mendengarnya.
Ia bergidik ngeri mendengar kalimat terakhir tadi. Jujur Anin adalah tipe perempuan yang anti sama laki-laki. Mungkin ini yang dinamakan trauma yang berasal dari keluarganya sendiri. Hingga membuat Anin takut untuk kenal apalagi dekat dengan laki-laki.
Diantara kalian para readers ku, menurut kalian gimana terkait pernyataan Anin, trauma yang datang dari keluarga sendiri. Atau ada juga yang ngalamin?
****
Kini Anin akan ke kampus B. Kata Elena, ini adalah kampus swasta terbaik. Anin mencoba masuk ke dalam barangkali ada informasi juga yang bisa ia dapat hari ini.
Saat masuk, langsung disuguhi dengan pemandangan Masjid kampus, Anin terus melajukan kendaraannya hingga ia mencoba berhenti di sebuah Auditorium. Ia akan berjalan kaki saja, karena kampus ini jarak dari fakultas satu ke fakultas lain itu dekat dan saling berhadapan. Jadi tidak seperti kampus A tadi, yang memang harus di tempuh dengan motor.
Anin sepertinya tertarik untuk kuliah disini. Entah kenapa Anin langsung tertarik saat masuk gerbang tadi. Nanti ia akan mencoba berdiskusi dengan Ibunya.
"Oke Anin, sekarang kita cari informasi biaya tiap fakultas."Gumamnya
"Daripada keliling nggak jelas, mending nanya aja deh langsung." ucapnya lagi
Kebetulan ada seorang mahasiswi lewat, gegas Anin menghentikan langkah perempuan tersebut.
"Emm, maaf kak, saya mau tanya." ucapku
"Ya, mau tanya apa?" tanyanya
"Kalau mau cari informasi seputar mahasiswa baru dimana ya kak." tanyaku langsung
"Oh mau daftar ?" tanyanya lagi
"Iya kak.." sahutku singkat
"Kamu keluar dari kampus ini aja, nanti di depan sana di seberang kampus ini ada gedung rektoratnya. Bisa langsung kesana aja. Kalau disini mah, cuma fakultas-fakultas aja. Tapi kalau urusan selain seperti itu disana." Ucapnya lagi
"Oh gitu, terimakasih banyak kak atas informasinya. Kalau gitu saya pamit."
Sesuai arahan dari perempuan tadi, Anin segera ke motornya dan melajukan motornya menuju gedung yang dimaksud perempuan tadi.
Tepat sekali, di seberang kampus ini ada sebuah gedung tinggi bertuliskan Rektorat. Tanpa menunda-nunda lagi Anin langsung kesana, semoga apa yang ia harapkan, bisa ia kumpulkan hari ini, dan besok ia bisa pulang.
Setelah memarkirkan motor miliknya, Anin langsung saja melangkah masuk ke dalam. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena pak satpam.
"Ada yang bisa saya bantu dek?" ucapnya langsung.
Mungkin ini yang sering pak satpam ucapkan sebelum orang tersebut masuk ke gedung ini.
"Saya mau tanya-tanya soal penerimaan mahasiswa baru, sekaligus mau tau biaya-biayanya." ucapku
"owalaa, adek silahkan naik kelantai dua. Nanti langsung bicara saja sama salah satu karyawan di sana. Nanti diarahin."
"Baik pak, terimakasih."
Anin langsung naik ke lantai dua sesuai arahan pak satpam tadi. Sampai di sana, sepi. Ia coba lebih dalam untuk masuk barangkali ada orang di sana, dan ternyata ya, ada satu ibu-ibu sedang duduk di dekat pintu sebuah ruangan. Anin langsung mendekati Ibu tersebut untuk mendapatkan informasi.
"Assalamu'alaikum bu." sapaku dengan lembut
"Waalaikumussalam, iya nak?"
"Begini bu, saya kesini mau tanya soal penerimaan mahasiswa baru sekaligus rincian biaya-biayanya."
"Oh kalau untuk pendaftaran mahasiswa baru sekitar sebulan lagi baru buka nak, dan tesnya sebulan setelah penutupan pendaftaran. Tunggu sebentar ya nak." ucap Ibu tersebut dan berlalu masuk ke dalam.
Tak lama, ibu tadi keluar mendekat ke arah Anin tak lupa ditangannya ada secarik kertas mungkin itu brosurnya.
"Ini nak semua rincian biaya tiap fakultasnya." ucap Ibu itu lalu memberikan kertas ke Anin.
Anin menerima dan membaca rincian tiap fakultas. Dan ternyata harganya lumayan juga.
Anin menyimpan baik-baik selebaran tersebut dan memasukkan kedalam tasnya.
"Bu, brosurnya saya bawa pulang bisakan? Soalnya mau kasih liat Ibu saya nanti."
"Boleh."
"Terimakasih bu, kalau begitu saya permisi." ucapku dan hendak mencium tangan Ibu itu.
"Tunggu nak, Ini kamu simpan nomor ibu, nanti kamu chat ya, biar jika ada info Ibu bisa langsung kabari kamu." ucap Ibu itu lalu memberikan Anin kertas kecil yang berisikan angka sebanyak 12 digit.
Anin menyimpannya langsung di ponsel miliknya. Ia langsung menekan tombol angka di layar ponsel dan menyimpan kontak tersebut "Ibu Baik."
Dasar Anin.... :v
Setelah Anin sudah selesai dengan urusannya, ia langsung melajukam kendaraannya menuju rumah Elena. Tapi sepertinya ia akan singgah makan karena keasyikan dengan kampus ia sampai lupa makan bahkan minumpun tidak sama sekali.
Anin menepikan motornya di sebuah warung makan, pengunjungnya juga tidak terlalu ramai. Cocok buat Anin. Setelah masuk, Anin langsung memilih meja di pojok. Anin suka banget pojok-pojokan wkwkwk
Setelah memesan makanan, ambil kembali membaca brosur yang diberikan oleh ibu tadi. Anin lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya dan akan mengirimkan pesan untuk Ibunya.
[Assalamu'alaikum bu, maaf Anin baru bisa kabari Ibu. Alhamdulillah, urusan Anin sudah selesai bu. Anin sudah memilih mau daftar dimana. Rencananya besok pagi sekali Anin akan pulang. Nanti kalau Anin sudah tiba di rumah, baru Anin akan bicarakan ini sama Ibu.]
Begitulah kira-kira isi pesan Anin untuk Ibunya. Tak lama ponsel milik Anin berbunyi menandakan ada pesan masuk. Ternyata dari Ibunya. Dengan senyum yang merekah, Anin langsung membuka room chat dengan Ibunya.
Ibu💕
[Alhamdulillah nak, Ibu doakan semoga ini langkah menuju kebahagiaan anak Ibu. Ibu tunggu dirumah ya besok. Jangan lupa untuk selalu kabarin Ibu.]
Anin hanya membalas dengan emoticon ❤️ berhubung pesanannya sudah tersaji di atas meja. Anin hanya fokus menikmati makanannya.
Setelah selesai makan, Anin bergegas pulang. Rasanya ia begitu lelah hari ini. Sebelum sampai dirumah, Anin menyempatkan dirinya untuk singgah di sebuah minimarket.
Anin langsung masuk dan mengambil keranjang belanja, lalu ia menelusuri tiap rak yang ada di minimarket.
Siapa nih yang kayak Anin, kalau lagi belanja di minimarket atau supermarket suka banget kelilingi setiap rak, padahal nggak tahu mau beli apa hihihi
Lanjut gak nih???
Lanjut dong masa nggak hihihi