Anin masih saja mengelilingi tiap sudut di minimarket tersebut. Hingga ia tidak menyadari, jika ada orang dibelakangnya hingga terjadilah adegan tabrak menabrak yang tak disengaja.
"Aduh maaf mas, saya nggak sengaja." ucap Anin tapi ia belum menegok siapa yang ia tabrak. Ia hanya melihat kebawah dan menandakan yang ia tabrak laki-laki.
"Iya nggak papa." ucap laki-laki itu dan hendak memungut barang belanjaannya yang terjatuh gara-gara adegan tabrakan tadi. Anin yang melihat juga barang bawaan milik laki-laki itu jatuh berserakan dilantai, inisiatif ia ingin ikut mengambil semua belanjaan milik laki-laki itu.
Hingga keduanya lagi dan lagi harus bertabrakan jidat. Sakit nggak tuh? Keduanya sama-sama menoleh dan membuat keduanya panik. Anin yang mengerti kondisi ia menunduk takut, tapi berbeda dengan laki-laki tadi. Ia menolehkan senyum tipisnya sejenak.
"Dan ternyata kita benar-benar bertemu lagi ya..." lirih laki-laki itu dan masih terdengar jelas di telinga Anin.
Anin segera berdiri, tak lupa ia sudah mengambil beberapa belanjaan Delano yang tadi jatuh dilantai.
"Ini kak belanjaannya. Maaf tadi nggak sengaja nabrak. Saya permisi dulu." ucap Anin tanpa menunggu jawaban dari Delano ia langsung pergi meninggalkan minimarket. Niat belanja ia urungkan, ia langsung pulang kerumah Elena.
****
"Hai Anin, gimana soal kampus ?" Tanya Elene saat ia melihat Anin yang baru datang.
"Alhamdulillah len, aku udah dapat sih tapi aku harus diskusiin sama ibu dulu."
"Syukurlah, ohiya tapi itu muka kok kayak panik gitu? Kenapa Anin? Ada masalah?"
Sebegitu tergambarnya kah kepanikan Anin hingga Elena bisa menyadari kepanikan sahabatnya itu.
"Ahh panik apa? Nggak kok. Mungkin efek capek aja." ucapku
"Oh gitu. Ya sudah sana istirahat gih. Besok jadi pulang?"
"Iya jadi, aku juga tadi udah telponan sama Ibu."
Anin langsung masuk saja ke kamar setelah tak ada lagi obrolan diantara Anin dan Elena. Hari ini entah ia harus berkata apa. Ia senang tapi kenapa ia begitu panik apalagi setelah ketemu Delano.
"Hufft,, aku kenapa sih? Tapi kenapa harus ketemu dia lagi ya...."
Setelah puas mengomeli diri sendiri, Anin terlelap juga.
****
Anin bangun lebih awal hari ini. Setelah melaksanakan shalat subuh dua rakaat, Anin bersiap-siap untuk pulang. Setelah semua barang-barang bawaannya siap dan sudah tersusun rapi di motornya, Anin menemui Elena dan berpamitan.
"Yaa,, cepat amat sih baliknya Anin, padahal kita belum puas jalan-jalan." ucap Elena
"Sabar, doain ya biar Ibu setuju aku kuliah di kampus itu. Biar kita bisa bareng.."
"Baiklah. Kamu hati-hati di jalan ya. Jangan lupa salam buat Ibu."
"Okesip."
Anin langsung segera menghidupkan mesin motornya, setelah berdoa untuk keselamatan dijalan, perlahan Anin meninggalkan pekarangan rumah Elena. Melaju membelah kota yang masih sepi. Sekitar pukul 05.30 Anin memulai perjalanannya.
Lima jam perjalanan ditempuh oleh Anin, kini ia sudah tiba di depan rumahnya. Tak lama keluar sosok perempuan yang sangat ia rindukan. Ia langsung turun dari motornya dan berlari kecil memeluk ibunya.
"Huhh ini anak Ibu masa baru dua hari aja udah rindu gitu sih?" Ledek Ibunya Anin. Walau dalam hati sebenarnya ia juga rindu pada anak satu-satunya itu.
"Hemm iya bu, Anin kangen banget.." ucap Anin dan kembali memeluk Ibunya.
"Sudah, ambil sana dulu barang-barangnya baru bersih-bersih habis itu kita makan. Kamu pasti kangen kan sama masakan Ibu...?"
"Kalau itu tidak perlu dipertanyakan lagi bu, Anin kangen berat sangat masakan Ibu, apalagi sama orangnya dobleee belll bell kangen.."
"Bisa aja kamu. Sana kerjain dulu yang ibu suruh tadi."
"Siap Komandan." ucap Anin sambil memperagakan hormat di hadapan Ibunya.
****