Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 90 - Kejutan Baru (3)

Chapter 90 - Kejutan Baru (3)

Sebelum pergi ke bunker, Cherry serta Reina harus terlebih dahulu berkumpul kembali dengan Kurosaki dan Yuika di wilayah perumahan yang lebih hancur. Seharusnya mereka adalah satu tim, tapi sebagian area evakuasi mereka hancur dengan sangat parah. Akibatnya, Kurosaki dan Yuika pergi ke area yang rusak karena mereka berdua lebih kuat untuk mengangkat puing dibandingkan Cherry dan Reina.

Sambil berlari, Cherry berkata, "Reina, hati-hati!"

"Ya, aku mengerti!" jawab Reina sambil mengangguk.

Mereka berdua langsung berpindah ke sisi kiri dan kanan jalan untuk melawan Archangel kecil agar para warga bisa lewat dengan selamat.

Melihat situasi yang cukup sulit, Reina mengganti sub senjatanya menjadi dagger, lalu mengaktifkan Shadow Walk. Ia berlari sambil menembaki Archangel terdekat sampai peluru Twin Stormnya habis. Archangel itu tidak tinggal diam. Ia meraih puing bangunan dan melemparnya pada Reina berkali-kali.

"Hampir!" Reina menggunakan evasion tepat disaat pusing tersebut mengenainya.

Shadow Walk yang telah diaktifkan sebelumnya terpicu karena ia menghindari serangan dengan evasion, tapi serangan balasan Shadow Walk tidak berdampak apa-apa karena menggunakan sihir.

"Ini dia!"

Melihat celah untuk maju, Reina langsung melakukan dash dengan Multiple Hunt. Ia kemudian mengarahkan senapannya ke arah Archangel.

"Sampai jumpa!"

Vanquisher dilepaskan, membunuh Archangel itu seketika. Vanquisher menggunakan sihir untuk menghapus debuff Twin Storm, lalu melalukan instan reload dengan memindahkan peluru dari magasin di tas ke dalam senapan. Kemudian, peluru tersebut diberi tekanan tambahan dan dilepas secara bersamaan. Karena peluru yang digunakan adalah peluru biasa, maka Vanquisher tidak tertahan oleh resistensi absolut Archangel.

Beberapa batu dilempar oleh Archangel lain ke arah warga, tapi Reina bisa menembak batu tersebut dan menghancurkannya sebelum mengenai warga.

Di seberang, Cherry melompati atap bangunan yang tersisa untuk mencapai Archangel sambil mencari celah menyerang.

"Dragon Tooth, Dragon Tooth ..."

Ia mengingat ucapan Army yang menyuruhnya untuk menggunakan Dragon Tooth. Ia sudah lama tidak menggunakan skill itu setelah mempelajari Dragonic Charge dan Soul Hunter, tapi sekarang ia harus menggunakannya lagi. Skill kesayangannya saat pertama kali menggunakan tombak.

Setelah menghindari beberapa lemparan puing, ia akhirnya melihat celah.

"Sekarang!"

Ia langsung melompat dengan cepat dan menebas Archangel dua kali, lalu kembali ke posisi sebelum melompat. Serangan Dragon Tooth tersebut membunuh Archangel dan membuatnya menguap. Untuk sementara, mereka sudah aman dari hadangan Archangel. Momen tersebut langsung digunakan untuk melanjutkan perjalanan menuju Kurosaki dan Yuika di titik pertemuan.

Setelah sampai di titik temu, mereka akhirnya bertemu kembali dengan Kurosaki.Terlihat beberapa warga yang mengikuti di belakangnya, ditambah dengan seorang pria yang kakinya hancur sedang digendong olehnya.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Kurosaki.

Reina menengok ke arah warga yang mereka bawa. "Kalian baik-baik saja kan?"

Semua orang mengangguk, menandakan kalau semuanya dalam kondisi baik. Tidak ada yang mengalami luka parah kecuali orang yang digendong oleh Kurosaki.

"Dimana Yuika?" tanya Cherry sambil melihat sekeliling.

Kurosaki memutar badannya dan menatap Archangel kecil di belakangnya yang baru saja tumbang. Terlihat Yuika berjalan dari belakang tubuh Archangel yang menguap. Ia sedang menepuk kedua tangan untuk membersihkan debu yang menempel pada sarung tangannya.

"Huft, agak sulit jika hanya mengandalkan Rush, tapi setidaknya mereka masih bisa dikalahkan."

Reina kembali mengaktifkan Twin Storm yang durasinya telah habis. "Baiklah, bunker sudah dekat! Bertahan sebentar lagi, semuanya!"

Di tempat lain, Rikka, Ashborn, Fuuko, Tan, Vivien, dan Locked sedang membantu pasukan mengoperasikan artileri. Mereka menyiapkan lalu menggunakan artileri tersebut untuk menembaki Archangel kecil yang ada dimana-mana. Dengan beberapa kali tembakan peluru anti-personil, Archangel kecil bisa dibasmi.

"Ash, di arah jam 2!" teriak Rikka sambil menunjuk.

Ashborn memutar artileri besar dengan cepat menggunakan sihirnya. "Aku melihatnya!"

Ia menggunakan sihir pengelihatan jarak jauh untuk membidik dengam presisi. Meriam artileri berat tersebut bisa dioperasikan dengan mudah berkat bantuan sihirnya.

Ashborn menekan tombol artileri. "Satu tembakan, dan meledak!"

Karena kekuatan artileri besar yang lebih kuat, Archangel tersebut bisa dikalahkan hanya dalam satu tembakan.

"Bravo!" teriak Rikka sambil melompat.

Tak jauh dari sana, Vivien baru saja menebas Archangel dengan Shadowless Slash, lalu melompat.

"Ultimate Slayer akan mengenai teman sendiri, tapi setidaknya aku bisa menggunakan ini!"

Dengan Divine Slash andalannya, ia membelah Archangel dalam satu kali serangan.

"Luar biasa Vi!" ucap Tan sambil melompat dan menjatuhkan Meteor Breaker ke Archangel lainnya.

Serangan Meteor Breaker kedua juga dilancarkan oleh Locked dan membuat Archangel tersebut hangus menjadi debu.

"Jika ukurannya segini, kita masih bisa melawannya!" ucap Locked dengan penuh percaya diri.

Tiba-tiba, jatuh satu Archangel lain di hadapan mereka. Dalam sekejap, Archangel itu langsung menguap setelah ditembak oleh Vanquisher seseorang.

"Jangan senang dulu!" teriak Shacchi sambil mengaktifkan kembali Twin Stormnya.

Ia berlari mengejar Archangel lain yang bisa ia lihat. "Kita harus berusaha lebih, karena Army dan yang lainnya juga sedang berjuang mati-matian!"

"Heh." Tan mengayunkan pedang dan menghunuskannya ke arah Archangel kecil lain. "Tak perlu dibilang, kami juga sudah tau!"

Kondisi kota mulai sedikit lebih stabil meski serangan Archangel kecil masih belum berhenti. Banyak warga telah dibawa ke bunker, sehingga tim pertahanan kota bisa lebih lugas dalam mengoperasikan artileri. Hal ini juga disadari oleh Army, Shiro, dan Reol, sehingga mereka menjadi lebih semangat menghadapi Archangel. Moral mereka semakin meningkat, terutama ketika Tofu kini berada dalam wujud penuhnya, sama seperti Ashura.

Kombinasi Tofu dan Ashura sangat merepotkan Archangel. Hantaman tinju yang dilayangkan Tofu benar-benar terasa sakit baginya, hingga ia harus mencengkram Tofu dengan tangan kirinya. Akan tetapi, Ashura menyerang tangan kiri tersebut dengan segala senjatanya hingga Tofu akhirnya bisa lepas kembali. Tofu kemudian memanjat tangannya bersama Ashura dan mengarah ke dada Archangel. Saat mereka suda mendekat, tiba-tiba laser keluar dari kepala Archangel. Mereka berdua langsung berpencar untuk menghindari laser tersebut, tapi mereka terkena hantaman tangan kanan Archangel hingga terpental cukup jauh.

Untungnya, Need dengan cepat menciptakan barrier baru dan menahan mereka agar tidak terpental lebih jauh. Mereka segera bangkit dan berlari kembali menuju Archangel, sambil Ashura terus menembakan panah padanya.

Reol memanjat tubuh Archangel dan lompat ke atas. "Oi Ar, tidakkah kau terlalu bersemangat?"

Army menghindari laser yang kembali muncul, lalu mencoba menyerang dada Archangel, tapi ia tertahan dengan tangan Archangel yang hendak menangkapnya. "Terlihat begitukah?"

Ia melompati papan barrier untuk kembali ke atas, lalu menebas kepala Archangel yang masih mengeluarkan laser. "Tapi aku memang menikmatinya sekarang!"

Reol naik ke atas kepala Shiro, lalu Shiro membawanya terbang ke bawah untuk menangkap Army yang terjun bebas.

Setelah meraih tangan Army, Reol menariknya ke atas kepala Shiro. "Kita tetap pada rencana?"

Army mengangguk. "Jika kau bisa, tentu saja."

Pertarungan 5 lawan 1 berlangsung dengan sengit. Tiada sihir yang digunakan oleh semuanya, hanya kekuatan fisik tingkat tinggi yang saling beradu. 2 manusia dan 4 entitas yang bukan manusia saling menunjukan kekuatan fisiknya masing-masing. Lilitan Shiro berkali-kali mematahkan lengan Archangel. Ia bahkan sudah sangat sering menghanguskan tubuhnya, tapi Archangel selalu bisa beregenerasi dengan cepat. Army terus memotong setiap anggota tubuh Archangel, tapi tubuhnya terlalu keras untuk dipotong secara total sebelum beregenerasi kembali. Tofu dan Ashura bahkan berkali-kali terpental akibat kuatnya serangan Archangel. Reol terus berusaha menyerang bagian dada, tapi pertahanan Archangel masih terlalu kuat untuk ditembus dengan serangan biasa.

Meski pertarungan belum memperlihatkan siapa pemenangnya, Army dan yang lainnya sangat berhasil dalam menahan Archangel. Seluruh warga kota yang selamat pada akhirnya bisa dievakuasi ke dalam bunker. Pasukan pertahanan kota juga bisa menahan Archangel kecil yang terus berjatuhan. Kondisi kota rusak parah, tapi korban jiwa dalam peristiwa ini masih bisa dibilang tak terlalu banyak.

Zuuta bersandar pada gerbang pintu masuk bunker. Ia memperhatikan Archangel dengan sangat serius. Karena penasaran, Akane akhirnya bertanya padanya.

"Apa yang sedang Master perhatikan?"

Zuuta tersenyum kecil. "Tentu saja semuanya."

Ia melipat kedua tangannya. "Kebangkitan sempurna Ashura, turunnya Naga Suci Dewata, serta kemunculan iblis kuno. Kejadian seperti ini hampir tidak mungkin untuk terjadi secara bersamaan di masa depan."

Akane menggunakan sihir pengelihatan jarak jauh untuk ikut menyaksikan apa yang Zuuta lihat. "Kurasa kau benar, Master. Pemandangan seperti ini hampir mustahil terjadi lagi."

Ia bisa melihat bagaimana adu pukulan, tendangan, lilitan, serta gigitan terjadi. Pertarungan itu berada sangat jauh dari apa yang bisa dibayangkan oleh manusia. Tak ada yang pernah memimpikan bahwa hal tersebut akan terjadi.

"Menurut Master, apakah kita akan menang?" tanya Akane sambil terus menatap ke atas.

Zuuta berpikir sebentar. "Hmm, mungkin aku agak bias karena muridku kesayangan dan satu-satunya ada di sana, tapi kurasa ada sedikit kemungkinan."

Akane menjadi penasaran dengan ucapan Zuuta. "Oh ya? Bagaimana menurut Master pertarungan ini akan berjalan?"

Zuuta menarik nafas, lalu mulai menjelaskan pemikirannya dengan rinci. "Kunci kemenangan mereka ada pada si pengguna Chakra. Divine Dragon, Army, dan Iblis kuno itu memang sangat kuat, tapi potensi maksimal mereka hanya akan tercapai jika menggunakan sihir. Sementara itu, si pengguna Chakra kini sudah berada di potensi maksimalnya."

Akane memikirkan jawaban Zuuta. "Kurasa ada benarnya. Naga dan iblis itu juga cukup terkenal kemampuan sihirnya. Kemenangan hanya mungkin diperoleh dengan terus mengeroyoknya, yang tentu saja sangat berat, atau Kak Reol menggunakan sesuatu untuk menghabisinya."

Zuuta mengangguk. "Ya, kita hanya tinggal menunggu apa yang akan dilakukan pengguna Chakra itu nantinya."

Sementara itu di dalam bunker, suasana mulai lebih kondusif jika dibandingkan dengan sebelumnya. Korban meninggal telah dipindahkan ke ruangan terpisah. Hampir semua korban luka telah ditangani, dan anak-anak pun juga sudah ditenangkan. Pemuka agama bersama para Suster melakukan doa bersama untuk mengalihkan sekaligus menenangkan para warga yang masih trauma. Para petugas kini sudah bisa duduk sambil menarik nafas panjang karena situasi sudah mulai terkendali. Mereka hanya tinggal membagikan konsumsi dan berharap bahwa kemenangan akan datang sebentar lagi.

Karena Suster Aiaran sudah selesai dengan tugas medisnya, ia kembali menemui anak-anak panti yang sedang bermain dengam Fori.

"Kak Fori, terimakasih banyak atas bantuannya," ucap Suster Aiaran sambil tersenyum lebar. Ia berusaha untuk tetap tampil prima di hadapan anak-anak meski sebenarnya ia sangat kelelahan.

Fori berdiri dan memberi hormat. "Tak masalah, Suster! Sudah menjadi tugasku juga untuk menjaga anak-anak panti!"

Suster Aiaran tertawa. Ia sangat suka melihat sifat penyayang Fori sejak dulu, sehingga ia sangat senang setiap kali Fori berkunjung ke panti asuhan.

Suster Aiaran duduk di samping anak-anak dan berbicara banyak hal dengan mereka. Mereka semua memujinya karena telah bekerja dengan sangat keras untuk menyelamatkan banyak orang. Secara perlahan, rasa lelahnya mulai menghilang setelah mendengar anak-anak berbicara.

"Kalau begitu, aku pergi sekarang ya," ucap Fori pada anak-anak dan Suster Aiaran.

"Eh, kemana? Bukankah kau saat ini adalah warga sipil?" tanya Suster Aiaran yang bingung.

Fori menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa. "Hahaha, memang seperti itu, tapi aku merasa kalau ada sesuatu yang harus kukerjakan saat ini."

Salah satu anak laki-laki memberikan Fori sepotong roti. "Kak Fori, hati-hati ya!"

Sambil tersenyum, Fori mengambil roti tersebut. "Tentu saja. Terimakasih, Celo!"

Fori kemudian berlari menuju pintu keluar. Meski terlihat sedang santai, ada suatu hal yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Ia terus mengingat kejadian yang terjadi belum lama ini.

"Tak salah lagi, Tuan Army pasti sedang memasuki mode itu!"

Ia berhenti sesaat dan menengok ke sekitarnya. "Jika tidak melakukan sesuatu, kejadian yang sama akan terulang lagi!"