Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 91 - Kejutan Baru (4)

Chapter 91 - Kejutan Baru (4)

Tofu melompati beberapa barrier dan naik ke atas kepala Shiro, berkumpul dengan Army dan Reol. Shiro kemudian terbang semakin tinggi untuk menghindari serangan balasan Archangel, sementara Ashura tetap di bawah mengalihkan perhatiannya.

"Tofu, bagaimana?" tanya Army.

"Ia masih sangat kuat, tapi ia sudah cukup kelelahan. Aku yakin bisa menahannya selama beberapa detik," jawab Tofu dengan suara beratnya.

Army menatap Reol. "Bagaimana? Apakah bisa?"

"Beberapa detik sudah lebih dari cukup," jawab Reol. "Tapi kita tidak tahu apakah ini efektif atau tidak."

Army tersenyum lebar. "Jika tidak efektif, kita akan mati juga. Lebih baik dicoba!"

Ia menepuk kepala Shiro beberapa kali. "Shiro, kau dengar kan? Kita akan melakukan rencananya!"

Shiro meliuk dan mengeluarkan sedikit api dari mulutnya, menandakan kalau ia telah siap. Ia langsung terbang di atas Archangel. Setelah sampai di atas kepalanya, Tofu langsung lompat dan mendarat di salah satu barier.

Ia duduk dan membentuk segitiga dengan kedua tangannya. "Divine Comedy - Dante ..."

Muncul void raksasa yang menutupi seluruh wilayah kota. Tidak hanya itu, barrier Paradiso juga ikut menyelimutinya. Semua yang terperangkap di dalam void mendapat peningkatan sangat tinggi dari Paradiso, termasuk Archangel. Banyak tangan hitam raksasa kemudian muncul dari kedalaman void. Seluruh tangan itu menggenggam tubuh Archangel dengan sangat kuat, menahannya agar tidak bergerak sama sekali.

Dante adalah kombinasi dari ketiga jenis Divine Comedy yang diaktifkan secara bersamaan, ditambah dengan efek yang dimaksimalkan. Void dari Purgatorio, barrier dan efek peningkatan dari Paradiso, serta tangan yang berasal dari jiwa orang mati ala Inferno. Semua aktif dalam tujuan yang sama, yaitu menahan pergerakan Archangel.

"Shiro, lebih cepat!" ucap Army.

Shiro kemudian turun dan mengarah ke depan Archangel. Setelah sudah cukup dekat, Army melompat ke dada Archangel.

"Reol, lanjutkan!!!"

Ia menebas dada Archangel hingga membuatnya terbuka dan memperlihatkan cahaya yang semakin terang. Akan tetapi, luka tersebut tidak cukup dalam untuk memberi efek yang signifikan. Bersamaan dengan itu, Reol melompat dan mempersiapkan tinjunya untuk melanjutkan serangan Army.

"Army, awas!" teriak Reol sambil membakar tubuhnya dengan lebih banyak Chakra.

Army langsung melompat mundur ke papan barrier untuk memberi jalan pada Reol. Tepat sebelum regenerasi berlangsung, Reol dudah mencapai bagian dada Archangel yang masih terbuka. Ashura kemudian menghilang dari posisinya sebelumnya . Seluruh Chakra yang dikumpulkan memadat pada tangan kanan yang dikepal dengan sangat kuat.

"Ashura War Chariot!"

Dengan segala kekuatannya, ia meninju dada Archangel, lalu mengeluarkan seluruh Chakra yang ada pada tubuhnya. Kumpulan Chakra itu membentuk Ashura yang sangat besar sedang menaiki kereta perang. Dengan peningkatan yang diberi oleh Paradiso, Ashura dengan mudah menembus tubuh Archangel. Barrier Paradiso bahkan ikut tertembus, sampai langit menjadi gelap akibat serangan tersebut. Kejadian yang sama terjadi saat Reol mengalahkan Kumine, tapi kekuatan serangan kali ini jauh lebih dahsyat daripada saat itu. Jangkauan serangannya bahkan menyamai Purification yang pernah Ardent gunakan untuk mengalahkan Angel.

Tiba-tiba, Army menyadari bahwa posisinya kurang tepat. "Sial!"

Archangel yang kesakitan secara refleks menggerakan tangannya. Ia berhasil melepaskan tangan tersebut dari cengkraman tangan raksasa yang diciptakan oleh Tofu, dan memukul Army dengan kekuatan penuhnya. Army terpental sangat jauh hingga menembus barrier Paradiso. Barrier yang Need ciptakan bahkan tidak bisa menahannya. Ia terpental sangat jauh ke luar kota, sampai ia tidak terlihat lagi.

"Army!" teriak Reol.

Tubuh Archangel jatuh ke tanah dan mulai menguap, tapi hal yang sama juga terjadi pada Tofu. Ia juga mulai merasa bahwa tubuhnya secara perlahan memudar. Dante pun menghilang perlahan bersamaan dengan terpentalnya Army.

Ia kemudian berteriak memanggil Shiro, "Tuan Shiro, kumohon!"

Shiro mengerti apa yang terjadi. Jika terpisah terlalu jauh dengan Army, Tofu akan kehilangan kekuatannya dan kembali ke tubuh Army secara otomatis. Ia langsung melaju ke arah mentalnya Army unruk menyusul. Ia juga tahu apa yang akan terjadi sesaat setelah Devil's Incarnation berakhir, jadi rasa panik mulai menyerang dirinya.

Sebelum benar-benar menghilang, Tofu melompat turun dan menghampiri Reol di bawah.

"Tuan Reol, kerja bagus, dan terimakasih!"

Reol tersenyum dengan lega, mengetahui bahwa Archangel telah berhasil dikalahkan. "Terimakasih juga. Aku tidak akan bisa melakukan ini sendirian."

Barrier dan void akhirnya menghilang sepenuhnya. Tofu ikut menghilang beberapa saat setelahnya. Para Archangel kecil tak lagi berjatuhan dari langit. Semua yang telah jatuh di dalam kota juga menguap satu persatu. Cahaya matahari yang terik kini menyinari kota. Mereka yang berada di posisi segera berseru merayakan kemenangan yang telah dicapai. Semua orang bernafas lega. Meski kondisi kota tidak baik-baik saja, setidaknya mereka sudah berhasil bertahan dari sesuatu yang mengejutkan.

Sementara itu, beberapa saat yang lalu,jauh dari ibukota Falorin. Ada beberapa orang yang sedang menaiki kabut terbang.

"Maaf ya, tapi ini harus dilakukan."

Ardent merapalkan sihir untuk mengubah rambut Putri Veena dan Putri Caroline menjadi berwarna hitam.

"Semoga kalian tidak membencinya ..."

Ardent paham betul bahwa rambut bisa menggambarkan status sosial seseorang. Selain itu, ia juga tau bahwa rambut adalah mahkota seorang wanita. Ia merasa sangat bersalah sekaligus sedih telah melakukan itu, tapi ia harus merubah sedikit penampilan mereka agar tidak dicurigai.

Diluar dugaan Ardent, Putri Caroline justru terkesima ketika melihat penampilan baru Kakaknya.

Ia menarik sebagian rambut Kakanya. "Tetap halus ..."

Ia menatap wajah Kakaknya yang masih sangat anggun dan cantik. Aura kebangsawanan masih bisa terasa dengan jelas padanya. "Kakak masih sangat cantik seperti biasanya ..."

Putri Veena mengelus kepala Adiknya. "Terimakasih Carol. Kamu juga kok, masih manis seperti biasanya."

"Yah, aku jadi tidak sabar memperkenalkan kalian pada Rikka," ucap Ardent sambil membayangkan reaksi Rikka. "Ia sangat bersemangat ketika ada kesempatan untuk mendandani orang lain."

"Rikka?" tanya Putri Caroline.

Ardent mengangguk. "Ya, salah satu orang yang kupercayai di Fallen Orions."

"Hmm, aku jadi penasaran." Putri Veena menatap Ardent. "Nanti kami akan menjadi anak buahmu kan? Apa berarti kami akan bergabung dengan Fallen Orions?"

"Mungkin iya, mungkin tidak," jawab Ardent. "Aku juga bukan menjadikan kalian sebagai anak buah. Kalian akan ditempatkan sesuai dengan bidang masing-masing. Jika cocok dan dibutuhkan oleh Fallen Orions, maka kalian pasti akan bergabung."

Putri Caroline memiringkan kepalanya. "Bagaimana jika tidak cocok?"

Ardent tersenyum. "Tak masalah. Kalian pasti akan tetap bekerja untuk kerajaan. Fallen Orions adalah Guild yang berfokus untuk menjaga kenyamanan warga, jadi tidak semua hal mereka lakukan."

"Jadi itu alasan Fallen Orions tidak turun langsung dalam menyerang kerajaan lawan?" tanya Putri Veena.

"Setengah benar. Sebenarnya Raja juga yang menyuruh kami untuk beristirahat."

Ditengah pembicaraan, langit tiba-tiba menjadi gelap dan disusul dengan cahaya hijau yang menembus langit.

Putri Caroline terkejut dan berteriak, "Kakak, Tuan Ardent, itu apa?!"

"Sihir?" Ardent menggelengkan kepalanya. "Tidak, itu bukan sihir!"

Tiba-tiba, ada sesuatu yang bergerak ke arah mereka dengan sangat cepat. Ardent segera menghentikan laju kabut dan menghindar agar tidak tertabrak. Sesuatu itu kemudian mendarat tepat di depan mereka, menciptakan lubang yang cukup besar akibat hantamannya. Bersamaan dengan itu, mereka bertiga mendapat merasakan bulu kuduknya merinding sangat hebat.

Putri Caroline memeluk lengan Kakaknya dengan sangat erat. "T-tuan Ardent, itu apa?"

"Entahlah, tapi sepertinya perasaan ini tidak asing!"

Mereka bertiga memperhatikan lubang di hadapan mereka yang tertutupi oleh debu. Setelah beberapa saat, mereka bisa mendengar suara seseorang yang berusaha naik ke atas lubang.

"Ada yang datang!" seru Putri Veena.

Terlihat tangan seseorang yang memanjat keluar. Orang itu berdiri membersihkan kotoran yang menempel pada pakaiannya, lalu menatap mereka bertiga dengan heran.

"Hah, Papa?"

"Army? Apa yang te-"

Belum sempat bertanya, seluruh pakaian Devil's Incarnation Army tiba-tiba menghilang, membuat ia kembali ke pakaian semuanya. Mata ungunya juga perlahan menghilang, kembali menjadi buta sebelah. Kakinya tiba-tiba mati rasa, sehingga ia langsung terpuruk ke tanah.

Sebelum Ardent memeriksa kondisi Army, tiba-tiba Shiro menghampiri mereka. Kedatangan Divine Dragon membuat Putri Veena dan Putri Caroline terkejut sekali lagi. Sosok naga suci yang sangat besar, memiliki cahaya yang menyilaukan, serta api yang siap menyembur dari mulutnya muncul di hadapan mereka. Semua orang pasti tidak bisa berkata-kata jika hal itu terjadi.

Shiro kemudian menurunkan kepalanya, menandakan kalau ia meminta Ardent untuk membawa Army naik ke atas kepalanya. Ardent segera sadar bahwa kondisi darurat sedang terjadi, sehingga ia harus pulang dengan cepat.

"Semua, ikut aku!" seru Ardent sambil turun dari kabut dan mengangkat Army.

Ia kemudian membantu Putri Veena dan Putri Caroline untuk naik ke atas Shiro. Setelah semua telah naik, ia langsung memberitahu Shiro.

"Shiro, ayo!"

Shiro langsung terbang secepat yang ia bisa setelah semua orang berpegangan.

"Tuan Ardent, kau mengenal naga ini?" tanya Putri Veena.

Ardent mengangguk. "Mereka berdua adalah anak-anakku di Fallen Orions."

Hanya dalam beberapa saat, mereka sudah bisa melihat gerbang utama ibukota Falorin. Semakin dekat dengan kota, Shiro melihat Fori yang melambai di depan gerbang. Ia langsung tau bahwa Fori telah menyiapkan sesuatu untuk Army, karena hanya ia dan Fori yang tahu rahasia tersebut.

Ketika hampir sampai di gerbang, Shiro langsung bertransformasi menjadi manusia kembali. Ia menangkap tubuh Army, menggendongnya, lalu berlari membawanya ke Fori. Ardent menggunakan sihir angin untuk memperlambat jatuhnya Putri Veena dan Putri Caroline. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Seluruh kota bahkan temboknya rusak berat, Army tidak sadarkan diri, serta Shiro terlihat sangat panik. Terlalu banyak informasi yang harus ia proses dalam waktu singkat.

"Apa yang terjadi selama aku pergi??!!"

Fori berlari menghampiri Shiro. "Tuan Shiro, serahkan Tuan Army padaku!"

Shiro langsung memberikan Army untuk digendong oleh Fori. "Aku tidak tahu apa yang kau lakukan, tapi aku yakin kau telah melakukan sesuatu, Fori."

"Serahkan saja padaku!"

Fori langsung mengaktifkan G-Out dan berlari secepatnya, membawa Army ke arah bunker. Sepanjang jalan, ia merasakan sesuatu yang mulai berbeda pada tubuh Army. Ia terlihat gelisah dan mulai mengeluarkan keringat yang sangat banyak.

"Panas, tubuh Tuan Army terasa sangat panas!"

Manusia hidup dengan normal setiap harinya tanpa sadar bahwa tubuhnya berperang tanpa henti. Sistem imun tubuh setiap hari berperang untuk menahan dari infeksi bakteri. Menggunakan Devil's Incarnation membuat tubuh Army melemah, yang secara otomatis membuat sistem imunnya ikut melemah. Segala macam bakteri yang sebelumnya bisa ditahan kini mulai menjangkiti tubuhnya secara perlahan. Demam tinggi menjadi hal yang wajar ketika infeksi bakteri sudah menjalar cukup jauh.

Fori dapat merasa kalau detak jantung Army semakin lemah. Organ tua tersebut dipaksa untuk bergerak melewati batasnya, sehingga ia menjadi seperti mesin yang terlalu panas. Fungsi paru-parunya juga ikut menurun, terasa dari nafasnya yang melemah. Jika kondisi tersebut dibiarkan terlalu lama, Army akan kekurangan oksigen dan membunuh otaknya secara perlahan.

"Kumohon Tuan, bertahanlah!"

Sesampainya di bunker, terlihat sudah ada banyak petugas medis yang berdiri, termasuk Dokter Forvixer.

Fori meletakkan Army pada kasur pasien di sebelah sang Dokter. "Kumohon semuanya, rawat Tuan Army!"

Dokter Forvixer langsung memegang kasur tersebut, bersiap mendorongnya. "Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin!"