Army, Reol, dan Ashura naik ke atas kepala Divine Dragon Shiro, lalu terbang bersamanya menuju Archangel. Raja Xaniel langsung memerintahkan para Jenderal untuk mematangkan segala persiapan, termasuk evakuasi warga. Melihat bahwa lawan kali ini kebal terhadap serangan fisik, Raja membagi dua kekuatan kerajaan. Para pengguna serangan fisik dikumpulkan dan dipersiapkan sebagai pasukan pertahanan, sementara para penyihir diberi tugas untuk membantu mengamankan penduduk, serta mengatur proses evakuasi.
Rikka, Fuuko, Tan, Vivien, Locked, dan Shacchi langsung pergi bersama para Jenderal sebagai tim pertahanan, sementara pengguna sihir sisanya diminta untuk tetap di sana. Pengecualian bagi Ashborn karena ia adalah anggota party Army, sehingga ia harus ikut Rikka meski merupakan pengguna sihir.
Setelah semuanya pergi untuk menjalankan tugasnya masing-masing, sang Raja berjalan mendekati anggota Fallen Orions yang tersisa di depannya.
"Meski tidak bisa digunakan sebagai serangan, kita tetap bisa membantu mereka," ucapnya.
Need menyadari perkataan sang Raja dan segera bangkit. "Ah, benar juga!"
Ia mengangkat kedua tangannya. "Barrier!"
Tiba-tiba, muncul banyak barrier yang berbentuk seperti papan di udara. Barrier itu melayang di berbagai tempat pada sekeliling Archangel. Army dan Reol yang melihat hal tersebut langsung menyadari apa maksud Need. Mereka melompat dari Shiro ke papan barrier tersebut sambil terus bergerak mendekati Archangel. Mereka menggunakan barrier sebagai pijakan kaki, sehingga pergerakan bisa lebih luas dan tidak lagi bergantung pada Shiro.
Shiro yang melihat temannya sudah bisa bergerak sendiri langsung mempercepat laju terbangnya. Ia membuka mulutnya dengan lebar dan menyemburkan api yang sangat panas pada Archangel, menghentikan serangan lasernya saat itu juga, serta merubah fokus Archangel pada mereka yang maju.
Rikka yang sedang berlari bersama Fuuko dan Ashborn langsung berhenti, lalu menengok ke atas. "Api? Apakah itu efektif?"
Ashborn ikut berhenti dan menengok. "Sepertinya itu bukan sihir. Para naga memiliki mekanisme sendiri dalam tubuhnya untuk menghasilkan api."
Mereka melihat Archangel menggerakan tangannya tak karuan setelah menerima serangan api yang sangat dahsyat dari Shiro.
Fuuko berjalan mendekati mereka dan ikut menyaksikan Archangel yang terbakar. "Ada organ dalam sistem pernapasan naga yang unik. Organ tersebut memiliki enzim yang akan menghasilkan gas misterius jika berkontak dengan karbondioksida dari pernapasannya."
Rikka menengok ke arah Fuuko yang sedang menjelaskan. "Ah, aku pernah dengar. Setelah gas cukup banyak tersimpan, mereka akan dikompres menjadi gas bertekanan tinggi pada saluran api."
Fuuko mengangguk. "Ya. Gas tersebut kemudian dilepas dan terbakar pada organ pemicu lainnya di leher, lalu menghasilkan api yang sangat panas sekaligus bertekanan tinggi."
"Pantas saja itu sangat efektif digunakan," sahut Ashborn.
Army melompati beberapa barrier melayang dan kembali memunculkan Tofu dari belakangnya melalui sebuah portal. Setengah tubuh Tofu keluar dan melancarkan tinju ke wajah Archangel, melanjutkan Shiro yang baru selesai membakarnya. Dari bawah, Ashura melakukan uppercut dengan meninju dagu Archangel, lalu dilanjut dengan pukulan beruntun dari Reol. Meski tubuhya kecil jika dibandingkan dengan Archangel, area yang ditinju oleh Reol terasa sangat sakit akibat Chakra yang menembus masuk ke dalamnya.
Archangel yang semula mengabaikan mereka kini menjadikan mereka sebagai objektif utamanya. Ia berusaha menangkap Army yang sedang berlari di tangan kanannya, tapi Shiro melilit tangan kirinya dengan sangat kuat, menahan pergerakannya sehingga Army bisa menebas wajahnya dengan sabit.
Army melihat goresan yang ia timbulkan langsung sembuh. "Regenerasi yang hebat!"
Sabit Soul Hunter yang Army gunakan bukanlah bagian dari skill Soul Hunter. Sabit tersebut merupakan senjata fisik yang dibuat oleh Army sendiri. Ia mengompres kekuatan kegelapan yang ia memiliki, lalu mencampurkannya dengan imajinasi, sehingga bisa menciptakan sebuah senjata yang ia inginkan.
Dari atas, Shiro menerkam wajah Archangel dengan mulutnya yang terbuka lebar.
Tiba-tiba, Reol berteriak, "Shiro, awas!"
Ia bersama Ashura langsung meninju wajah Archangel dengan sangat keras, menggagalkan serangan laser yang hendak dilepaskan. Shiro langsung mengeluarkan kembali api yang sangat panas dari dalam mulutnya dan membakar wajah Archangel dari jarak yang sangat dekat.
Tangan kanan Archangel bergerak, hendak menarik Shiro dari wajahnya. Dengan cepat, Army langsung memunculkan portal dan mengeluarkan Tofu untuk menggenggam tangan tersebut.
"Tahan dulu!"
Melihat lengan sudah tertahan, Army langsung melompat turun dan menebas tangan tersebut hingga membuatnya hampir terputus. Army jatuh bebas sambil memperhatikan tangan Archangel yang beregenerasi kembali. Wajah Archangel juga kembali beregenerasi setelah hangus dibakar Shiro. Army menarik kembali Tofu dan memunculkannya di bawah untuk menangkap dirinya sebelum jatuh ke tanah.
Ia kemudian melihat sesuatu yang baginya mencurigakan. "Dadanya bersinar, apakah itu titik lemahnya?"
Ia memunculkan tangan raksasa yang mendorongnya naik ke atas hingga mencapai yang lainnya. "Shiro, Reol, lihat dadanya!"
Reol melompati beberapa barrier dan melihat apa yang dimaksud oleh Army. "Begitu ya, aku mengerti!"
Sementara pertarungan sengit berlangsung, terjadi kepanikan yang luar biasa di bunker kota. Kumine berlari sambil menengok kesana dan kemari seperti sedang mencari seseorang. Saat yang dicari ketemu, ia langsung memanggil orang tersebut.
"Suster Ai!"
Suster Aiaran menengok. "Kumine, ada apa?"
"Kita butuh lebih banyak orang untuk menyembuhkan luka!"
Suster Aiaran menatap anak-anak panti yang bersamanya. Mereka semua menangis tak karuan akibat situasi yang kacau.
"Bagaimana dengan Suster lainnya? Apakah tidak ada lagi yang bisa? Aku harus mengawasi anak-anak."
Tiba-tiba, Fori datang sambil membawa sekotak makanan dan minuman. "Suster, serahkan anak-anak padaku!"
"Kak Fori!" ucap anak-anak secara bersamaan.
Kedatangan Fori disana membuat mereka teralihkan untuk sesaat. Beberapa anak panti adalah anak-anak yang dulu mengungsi bersama Fori ketika desa mereka diserang naga, sehingga mereka sudah sangat mengenalnya. Keberadaan Fori di sana sudah cukup bisa untuk menenangkan anak-anak.
"Fori? Kau tidak sibuk?" tanya Kumine.
Fori menggelengkan kepalanya. "Aku adalah pelayan guild yang tidak tergabung dalam apapun. Statusku saat ini hanyalah warga sipil, kecuali petinggi guild atau sang Raja yang memerintah langsung."
Setelah berterimakasih, Suster Aiaran dan Kumine langsung pergi ke posisinya untuk menyembuhkan beberapa korban. Banyak diantara mereka memiliki luka hampir fatal yang mustahil untuk disembuhkan. Beberapa diantaranya bahkan meninggal ditempat akibat luka parah karena tertimpa puing, atau terkena laser secara langsung. Mereka bersama Suster dan petugas medis lainnya sangat kesulitan menangani situasi yang terjadi. Korban terus berdatangan dengan kondisi yang benar-benar parah.
"Suster!" seru Kumine sambil berusaha menghentikan pendarahan korban dengan sihir.
Ia memberikan sebuah alat hisap pada orang tersebut yang berisi penghilang rasa sakit. Luka orang yang sedang ia tangani sudah terlalu parah. Satu tangan dan kakinya terputus akibat terkena serangan laser secara langsung. Setengah tubuhnya juga memiliki luka bakar yang cukup parah akibat radiasi panas laser, tapi Kumine telah bisa menetralkan sebagian besar luka tersebut sebelum Suster Aiaran datang.
Suster Aiaran berlari menuju Kumine sambil membawa perban. "Jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja!"
Korban itu terus mengerang kesakitan. Obat penghilang rasa sakit yang diberikan masih belum menyebar. Setelah pendarahan berhenti, Suster Aiaran langsung memberi disinfektan, lalu membalut bagian yang terpotong dengan perban.
Kumine menulis data korban tersebut pada sebuah buku kecil yang ia bawa kemana-mana. "Baiklah, sepertinya semua warga dari area 10 sudah aman."
Pendataan dilakukan pada semua korban yang ada di bunker, termasuk mereka yang telah meninggal di dalam. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah ada wilayah yang belum dievakuasi atau tidak. Wilayah kota juga dibagi menjadi beberapa area untuk kemudahan pendataan, serta pembagian tim evakuasi saat keaadan darurat terjadi.
Setelah beberapa tugas medisnya selesai, Kumine berlari menuju seseorang yang sedang menjaga pintu masuk.
"Master Zuuta, Akane!"
Zuuta dan Akane menengok, melihat Kumine yang berlari ke arah mereka.
Kumine langsung bertanya sambil terengah-engah, "Apakah masih banyak wilayah yang belum dievakuasi?"
Zuuta melihat kertas yang ada di tangannya. "Berdasarkan data, kebanyakan sudah. Kita hanya tinggal menunggu sisanya."
"Dan sisanya adalah wilayah yang dekat dengan posisi monster tersebut," tambah Akane.
Tiba-tiba, terdengar suara menggelegar yang sangat keras, seakan langit sedang bertabrakan. Dengan sangat cepat, Archangel terlihat membanting Shiro ke tanah. Ia menghempaskan Reol ke samping, lalu meninju Army dengan sangat keras hingga terpental jauh ke dalam kota, serta menghancurkan sabit Soul Hunter yang dibawanya.
Dari atas langit kota, tiba-tiba muncul banyak portal yang masing-masingnya mengeluarkan Archangel dengan ukuran yang lebih kecil, yaitu hanya sekitar 3 meter. Meski begitu, mereka jatuh seperti hujan batu yang merusak banyak bangunan serta mengganggu berjalannya proses evakuasi.
Army berdiri kembali dari tumpukan puing bangunan yang menimpanya. "Tcih, mahluk itu benar-benar membuatku sangat marah."
Ia menggigit giginya sendiri dengan sangat kuat, lalu tersadar akan sesuatu. "Tidak, aku memang sudah marah sebelumnya ..."
Ia kembali mengeluarkan sabit baru dari bayangannya. "Memiliki tubuh yang cepat menua membuatku sangat kesal. Segala memori Indah yang kumiliki, akan menghilang dalam sekejap mata ..."
Ia menggengam erat sabit tersebut. "Cherry, Saki, Shiro, Rikka, Papa, semuanya ... Tentu saja aku tidak mau meninggalkan kalian."
Meski hujan Archangel kecil sedang terjadi, Army mengubah suasana sekitarnya menjadi tenang dengan kontrol dirinya. "Papa bisa melakukan sesuatu, tapi yang ia lakukan pasti adalah mencurangi takdir. Aku tidak suka itu, setidaknya untuk saat ini."
Ia menatap Archangel yang sudah disibukan kembali oleh perlawanan Shiro, Reol, beserta Ashura. Kemudian, darah mengalir dengan deras dari matanya. Darah tersebut menetes dan mengalir ke belakang, lalu membentuk sebuah lingkaran sihir.
"Aku memanggilmu, Tofu ..."
Dari lingkaran sihir tersebut, muncul Tofu dengan wujud penuh dari ujung tanduk hingga ujung kaki. Ukurannya tidak lebih tinggi dari Ashura, tapi badan kekar dan berbulunya jauh lebih lebar.
Ia mendengus lalu bertanya dengan suara aslinya yang berat dan sangat mengintimidasi, "Apakah tak apa memaksakan tubuhmu sejauh ini, Army?"
Army tersenyum kecil. "Selama ini, aku memendam semua amarah karena ia bisa membawa bencana. Tetapi sekarang, ada sesuatu yang bisa menjadi pelampiasan amarah tersebut. Tak ada lagi alasan bagiku untuk memendamnya terus-menerus."
Ia mengangkat sabit dan mengarahkannya pada Archangel. "Tofu, aku akan mengeluarkan segalanya sekarang juga. Berikan kekuatan terbaikmu padaku!"
Tofu kembali mendengus dengan semangat. "Tentu saja, aku akan menemanimu sampai akhir!"
Army dan Tofu segera berlari menuju Archangel sambil menghancurkan banyak Archangel kecil sepanjang perjalannya. Para Archangel kecil masih memiliki resistensi sihir absolut, tapi kekuatan fisik iblis sangatlah besar. Pada kenyataannya mereka memang tidak selalu menggunakan kekuatan sihir, tidak seperti iblis yang dibayangkan oleh orang-orang.
Di saat bersamaan, Cherry dan Reina harus menghadapi 3 Archangel kecil yang jatuh di dekat area tugas evakuasi mereka.
"Reina, mundur bersama mereka!" ucap Cherry.
Ia menerjang salah satu Archangel kecil dengan Dragonic Charge, lalu menggunakan Soul Hunter untuk menghabisinya.
"Tidak mempan?!"
Dragonic Charge dan Soul Hunter sama-sama menggunakan sihir untuk menyerang targetnya, tidak hanya sebagai perantara. Kedua serangan itu menjadi tidak berakibat apapun pada Archangel kecil.
Tiba-tiba dari samping, Tofu menghajar salah satu Archangel kecil dengan sangat keras di bagian dadanya. Dada itu ditinju dengan sangat keras hingga bolong, membunuhnya seketika dan menguap setelah beberapa saat. Dua Archangel kecil sisanya dicincang oleh Army menggunakan sabit Soul Hunter menjadi potongan-potongan kecil, lalu ikut menguap.
Dengan penampilan yang menyeramkan akibat darah memenuhi wajah serta bajunya, Army menghampiri Cherry. "Mereka kebal dengan serangan sihir. Gunakan Dragon Tooth, karena sihir pada Dragon Tooth hanya digunakan sebagai perantara, bukan sebagai serangan langsung."
Cherry awalnya terkejut melihat kedatangan sang Kakaknya yang berantakan, tapi ia langsung menyadarkan dirinya sendiri dan berusaha memahami apa maksud Army. Dragon Tooth menggunakan sihir sebagai pijakan dan lompatan, bukan untuk memperkuat tombaknya seperti Dragonic Charge, sehingga serangan tersebut tidak tertahan oleh resistensi absolut Archangel kecil.
Army kemudian menatap Reina. "Untuk Vanquisher masih aman, tapi tidak dengan Crossfire."
Ia kemudian langsung pergi bersama Tofu tanpa menjelaskan apa maksud ucapannya. Beberapa saat setelah ia pergi, muncul sihir komunikasi di telinga seluruh petugas. Sihir tersebut berasal dari Raja Xaniel yang hendak melakukan pengumuman.
"Lawan kita kali ini memiliki resistensi sihir absolut. Jangan gunakan serangan sihir ketika melawan mereka. Gunakan sihir sebagai pembantu atau perantara, bukan sebagai serangan yang mengenai sasaran secara langsung."
Setelah pengumuman tersebut selesai, Cherry tersenyum dan berlari menghampiri Reina beserta orang-orang yang mereka evakuasi. "Kau dengar itu Rei?!"
Reina memasukan peluru ke dalam pistolnya sambil mengacungkan jempol. "Tentu saja, kini aku paham maksud Kakakmu!"
Ia berbalik badan, lalu menatap banyaknya Archangel kecil lain yang baru saja jatuh di rute evakuasi mereka. Semua Archangel tersebut sudah menatap mereka dan sudah siap untuk menyerang.
Reina mengaktifkan Twin Stormnya. "Semua, jangan khawatir! Kita akan mencapai bunker dengan selamat!"