Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 70 - Kartu AS Musuh

Chapter 70 - Kartu AS Musuh

Disaat Army dan Shiro pingsan dalam pertempuran intens mereka, Fori kembali dengan tergesa-gesa menuju Ardent. Ia sampai tetap menggunakan G-Out hingga sampai ke ruang kerja Ardent.

"Papa!" Pintu dibuka dengan sangat kencang oleh Fori.

"Fori?!" Ardent terkejut melihat Fori yang mendadak pulang. Ia berpikir bahwa Fori seharusnya sedang dalam perjalanannya ke kerajaan di benua seberang. "Apa yang terjadi?"

Ardent langsung menutup dokumen yang sedang dibaca. Ia menatap wajah Fori yang sama sekali tidak terlihat sedang membawa berita baik.

"Maaf atas kelancanganya Pa!" Fori menekuk lututnya dan mulai menceritakan informasi yang ia dapatkan.

"Saat menghancurkan markas militer yang tersembunyi, saya menemukan informasi penting dari beberapa petinggi yang saya interogasi. Mereka berani membocorkan hal tersebut dengan imbalan berupa keselamatan nyawa mereka, jadi saya membawa mereka ke penjara terlebih dahulu sebelum datang kesini."

Ardent melipat kedua tangannya di meja. "Lanjutkan."

"Para petinggi itu mengaku bahwa raja-raja dari aliansi menyimpan sebuah rahasia dari mereka. Tetapi, rahasia itu bocor belakangan ini."

"Dan apa rahasia itu?" tanya Ardent.

"Jika serangan dari pasukan utama mereka gagal, maka para pasukan di markas tersembunyi akan ditarik. Setelah itu, mereka akan melepaskan sebuah mahluk yang kabarnya sangat kuat."

Ardent berpikir sesaat. "Sangat kuat?"

"Ya. Mereka menyebutnya sebagai The Angel."

Seketika, Ardent menggebrak meja. "Angel?!"

Ia berdiri dari kursinya dan menatap ke luar jendela. "Apakah mereka benar-benar bisa memanggilnya?!"

"Saya tidak tahu, tapi mereka bersumpah bahwa informasi tersebut benar adanya, meski mereka sendiri juga tidak tahu apakah The Angel benar-benar bisa dipanggil."

Ardent berpikir sesaat. "Terimakasih Fori. Kau bisa duduk dan istirahat sebentar."

"Baik Pa!" Fori langsung berdiri dan duduk di sofa ruang kerja Ardent.

Raut wajah Ardent menjadi tidak baik. Ia berjalan menuju rak buku dan mengambil salah satu buku yang letaknya cukup tinggi. Ia membuka buku tersebut tepat di sebuah halaman yang memiliki tulisan "The Angel".

"Angel. Meski namanya berarti malaikat, monster ini bukanlah malaikat sama sekali. Ia adalah monster dengan kekuatan yang sangat tinggi. Keberadaannya hanya dianggap sebagai mitos belaka karena selama ini tidak pernah ada bukti keberadaannya, selain dari buku-buku yang tidak bisa dipastikan kebenarannya."

"Apakah mereka hanya menggertak?" tanya Fori.

Ardent menggelengkan kepalanya. "Mungkin, tapi Angel itu benar-benar ada."

Ia membalik halaman bukunya yang memperlihatkan ilustrasi The Angel. Bentuknya seperti cincin dengan 6 sayap yang melingkarinya. Ada banyak sekali mata yang terdapat di tiap sayapnya.

"Agak sulit untuk menceritakannya secara detail," ucap Ardent. "Yang pasti adalah mahluk itu muncul ribuan tahun lalu."

Ia menatap ke luar jendela dan berkata dalam hati, "Karena aku berada disana saat itu!"

"Jadi, apa yang akan kita lakukan Pa?" tanya Fori.

Ardent berjalan menuju Fori dan memberikan buku yang ia pegang padanya. "Dimana mereka akan memanggil Angel?"

Fori mengambil buku tersebut dan membaca-baca tentang Angel. "Ibukota kerajaan Saint Athaelai."

Ardent menghela nafasnya. "Hah ... Seberapa jauh mereka akan menyimpang dari ajaran Suster Lai."

"Aku akan berpikir sebentar." Ardent berjalan kembali ke kursinya dan menyiapkan kertas serta alat tulis. "Aku akan butuh bantuanmu lagi, jadi tolong jangan kemana-mana dulu."

Suasana ruangan menjadi hening saat Ardent menyusun rencananya. Ia menulis beberapa hal dalam sebuah kertas sekaligus menggambar beberapa ilustrasi. Ia juga mengambil peta dan mencorat-coretnya beberapa kali. Sementara Ardent fokus menyusun rencana, Fori membaca seluruh informasi tentang Angel dengan seksama dari buku yang diberikan oleh Ardent. Ia merasa ganjil terhadap segala hal tentang Angel yang di deskripsikan dalam buku tersebut. Menurutnya, kekuatan Angel itu terlalu dibuat-buat dan telah mengalami distorsi cukup besar akibat kisahnya yang berawal dari mulut ke mulut. Tetapi, melihat respon Ardent yang sangat khawatir, ia menjadi ragu dengan pendapatnya sendiri, sehingga ia memutuskan untuk percaya bahwa Angel benar-benar ada.

Sambil menulis, Ardent mengingat masa lalu yang masih terukir sangat jelas dalam ingatannya.

"Angel ..."

Ingatan kelam memenuhi kepalanya. Ia teringat dengan masa lalunya jauh sebelum dunia baru diciptakan, tepatnya pada saat era pertempuran manusia melawan iblis.

"Monster pembunuh yang diciptakan oleh Lucius. Fungsi utamanya adalah untuk membantai, itu saja. Ia adalah monster penurut yang akan selalu mengikuti apa kata tuannya, persis seperti malaikat. Kisahnya menjadi bahan pembicaraan hingga ke dunia baru oleh mereka yang selamat, hingga menjadi mitos seperti sekarang."

Ia mengingat dengan jelas bagaimana The Angel membantai pasukan dan warga sipil dengan sangat mudah menggunakan lasernya yang dapat menembak ke segala arah secara bersamaan. Laser tersebut tidak bisa ditahan bahkan oleh penyihir yang paling menguasai barrier sekalipun. Yang lebih parahnya lagi, saat itu The Angel bukan hanya satu, tetapi ada ribuan The Angel yang diciptakan oleh Lucius. Mereka bergerak bersamaan dengan satu tujuan, yaitu menghancurkan peradaban manusia yang ada di depannya.

Semua ingatan tersebut membuat Ardent sangat terganggu. Ia akhirnya memutuskan untuk berhenti mengingatnya dan fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan. Setelah tenang selama beberapa saat, ia terpikir sebuah pertanyaan penting yang sebelumnya terlewati.

"Tunggu. Bagaimana mereka ..."

Sebelum ia menyelesaikan pertanyaan tersebut, ia mendapatkan hipotesisnya sendiri.

"Menjebol! Mereka mungkin berhasil menemukan cara untuk pergi ke Toram dan mengambil sisa-sisa Angel!"

Ia menggenggam gulungan peta dengan sangat erat. "Tubuh Angel sulit dihancurkan, dan bahkan tidak bisa membusuk. Untuk membangunkannya pun bukan hal yang sulit!"

Tulisan yang telah ditulis kembali dibaca olehnya. "Berapa banyak yang mereka temukan? 1? 10? 100? Jika hanya berada dalam satu titik, aku yakin kalau aku bisa mengalahkannya."

"Tapi ..." Ia menatap sebuah garis yang menandakan jarak pada peta. "... Jika mereka langsung menyebar Angel tersebut, maka sulit untuk melawannya. Terlalu banyak waktu yang akan terbuang saat mengejar, sementara mereka sudah menghancurkan sebuah kota."

Tiba-tiba, Ardent melihat Rikka yang duduk di mejanya.

"Jika memang itu yang terjadi, maka terjadilah," ucap Rikka.

Rikka turun dari meja dan berjalan menghampiri Ardent. "Meski abadi, kau tetaplah manusia. Kita tak akan bisa menyelamatkan semua orang dalam sebuah pertempuran."

Ia tersenyum dan menunjuk kepala Ardent. "Kau yang paling tau akan hal itu, bukan?"

Setelah Ardent mengedipkan mata, sosok Rikka tersebut hilang. Itu hanyalah bayangan yang muncul dalam pikiran Ardent akibat terlalu banyaknya hal yang ia pikirkan.

Ardent ikut tersenyum. Ia menyadari kesalahan berpikirnya yang cukup fatal jika dibiarkan hingga menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai seorang yang paling berpengalaman, ia sebenarnya tahu bahwa mustahil untuk melindungi semua orang. Kisah-kisah pahlawan heroik yang menyelamatkan seisi dunia hanya ada di dalam sebuah dongeng anak-anak.

Ia tertawa kecil. "Benar juga. Korban pasti akan berjatuhan, tak peduli seberapa keras seseorang berusaha melindunginya."

Setelah membereskan mejanya, ia berjalan ke luar ruangan. "Fori. Aku akan bersiap-siap."

Ia membuka pintu dan menatap Fori. "Kita akan melakukan perjalanan lagi setelah ini, jadi bersiaplah!"

Fori mengangguk. "Aku mengerti, Pa!"

Ardent dan Fori kemudian pergi bersama-sama menunju lokasi penyergapan party Army. Mereka bergerak dengan sangat cepat di dalam area G-Out milik Fori. Hanya dalam beberapa jam, mereka telah sampai di tujuannya. Akan tetapi, malam hari baru saja tiba dan tidak ada seorangpun disana karena pertempuran sudah berakhir. Fori kemudian melacak jejaknya hingga menemukan mereka di sebuah hutan kecil yang dijadikan tempat beristirahat.

Mereka berenam berkumpul melingkari perapian yang hangat. Udara di dalam hutan saat itu cukup dingin, dengan angin yang bertiup cukup kencang. Rikka memberikan sup buatannya yang masih hangat pada Shiro untuk dimakan sambil mendengarkan Ardent berbicara.

"Jadi, apa yang membuat Papa datang kesini?" tanya Shiro sambil makan dengan sangap lahap. Ia sangat kelaparan setelah pertempuran melelahkan yang mengharuskannya menjadi naga dan tubuhnya diambil alih.

"Kita harus segera pergi," jawab Ardent. "Besok pagi, kita akan menuju ibukota kerajaan Saint Mary."

Army yang penasaran langsung mengangkat tangannya. "Pemimpin aliansi 6 kerajaan yang melawan kita? Untuk apa?"

Ardent melipat kedua tangannya. "Mereka hendak memanggil monster yang sangat berbahaya."

Army, Shiro, Rikka, dan Ashborn terkejut mendengarnya. Tidak ada yang menduga kalau aliansi 6 kerajaan masih memiliki kekuatan untuk melawan, setelah pasukan gabungannya dihancurkan.

"Kita baru saja menghancurkan seluruh pasukannya loh!" ucap Shiro

"Apakah mereka benar-benar memiliki kartu AS selanjutnya?" tanya Ashborn.

Rikka memangku wajahnya sambil menghela nafas. "Hahhh ... Pekerjaan lagi."

Army hanya tersenyum kaku. Dalam pikirannya, ia membayangkan bagaimana lelahnya hari esok.

Ardent kemudian menjelaskan kembali laporan yang ia terima dari Fori, serta beberapa informasi singkat mengenai Angel pada mereka. Fori juga menambahkan bahwa ada beberapa orang yang berhasil kabur dari kubah Paradiso. Ia menemukan jejak samar-samar yang berada lumayan jauh dari sana. Jejak tersebut diduga kuat merupakan jejak orang yang berhasil menjebol atau beruntung tidak terkurung oleh Paradiso.

"Kalau begitu ..." Shiro meletakkan mangkuk yang sudah kosong di depan perapian.

"Ada apa?" tanya Ardent.

"Besok kita akan melakukan pertempuran berat sekali lagi?" tanya Shiro.

Ardent tertawa. "Oh, hahahaha. Kalian santai saja memastikan bahwa segalanya sudah tersusun rapi."

Ia tersenyum dengan santai ke arah Army, Shiro, Rikka, dan Ashborn. "Serahkan saja para Angel itu padaku."