Shiro bertukar tempat dengan iblis di dalam tubuhnya untuk menghindari kematian akibat Regretless. Sang iblis yang seharusnya mengambil bayaran nyawa menjadi tidak bisa mengambil apapun karena sekarang ialah yang mengontrol penuh tubuhnya. Iblis yang sebelumnya terkurung kini menjadi bebas melakukan apapun disaat jiwa Shiro tak sadarkan diri di dalamnya. Ia bisa kembali dikurung jika jiwa Shiro telah bangun, tapi tak ada yang tahu kapan ia akan bangun. Sang iblis juga menahan agar Shiro tidak bangun supaya ia bisa terus mengendalikan tubuhnya.
Dengan cepat, iblis Shiro melancarkan serangan ke arah Army yang ia rasa keberadaannya paling mengancam.
"Oi!" Rikka segera bergeser ke depan Army untuk menahan serangan tersebut dengan perisainya.
"Terimakasih Rikka!" Army langsung melompati Rikka dari belakang.
Ia mengeluarkan sabit dan rantai Soul Hunter yang menyatu dengan tombaknya, lalu menebas iblis Shiro.
"Tcih." Iblis Shiro berhasil menangkis serangan sabit Army dengan mudah.
Belum sempat iblis Shiro balik menyerang, Ashborn dari belakang telah membidiknya dengan lingkaran sihir. Tanpa berkata apapun, dia melepaskan beberapa tembakan sihir sambil maju menerjang iblis Shiro dan menyerangnya dengan pedang.
"Bagus Ash!" ucap Army.
Ashborn yang seluruh serangannya berhasil ditahan oleh iblis Shiro langsung bergeser untuk memberi ruang pada Army. Dengan cepat, Army menarik kembali rantai Soul Hunter dan menyerang iblis Shiro lagi. Mereka berdua menyerang secara bergantian dengan segala hal yang mereka bisa. Rikka kemudian ikut bergabung dalam harmoni serangan mereka dengan mengganggu pergerakan iblis Shiro sekaligus menahan beberapa serangan yang hendak ia lancarkan.
Setelah satu orang menyerang, maka ia akan bergeser dan memberikan ruang bagi orang selanjutnya menyerang, dan begitulah seterusnya. Serangan yang mereka berikan pada iblis Shiro sangatlah kuat dengan tambahan sihir-sihir yang sering kali diaktifkan oleh Ashborn. Ledakan sihir Ashborn berkali-kali terjadi, sabit Soul Hunter Army bergerak kesana kemari membelah apapun yang ia lewati, dan pertahanan Rikka yang sangat kuat menahan serangan iblis Shiro masih belum cukup untuk mengunggulinya.
Army menahan tombak yang mengarah padanya, tapi disaat yang bersamaan ia juga mendapat serangan dari tangan kiri iblis Shiro.
"Gawat!" ucap Army yang panik dalam hati.
"Army!" Rikka kemudian berlari dan menggunakan Perfect Defense untuk menahan serangan tersebut.
Dari belakang, Ashborn langsung mengalihkan iblis Shiro dengan serangan gandanya yang terdiri dari serangan fisik jarak dekat dan sihir yang menembaki Shiro dari jauh. Setelah perhatiannya teralihkan, Army kembali menyerang dengan sabit Soul Hunter andalannya.
"Inferno tidak akan cocok digunakan disini," ucap Army dalam hati. "Semakin banyak yang mengeroyok, maka Shiro akan semakin diuntungkan dengan Infinite Dimensionnya."
Infinite Dimension akan sangat efektif jika digunakan ke musuh yang banyak. Inferno membuat banyak perisai hidup dari jasad di medan tempur, jadi skill itu akan lebih banyak menguntungkan Shiro. Begitupun dengan Purgatorio. Para malaikat yang keluar dari Void akan dimanfaatkan oleh Shiro sebagai bahan untuk Infinite Dimensionnya dan bisa lebih menggila dengan mana "tak terbatas".
Army menyerang sambil memperhatikan gaya bertarung iblis Shiro yang juga sangat terlatih. "Divine Comedy tidak ada yang cocok untuk digunakan melawannya. Selain itu ..."
Iblis Shiro kembali menyerang dengan tombaknya, tapi Army berhasil menahan serangan tersebut.
"... Ia juga memiliki ingatan Shiro. Ia sudah tahu kemampuan kami bertiga."
Ashborn mengeluarkan sebuah lingkaran sihir di bawah kakinya. Lingkaran sihir tersebut mengeluarkan sihir angin yang membuatnya melesat cepat ke arah iblis Shiro.
"Ah, kalian ini merepotkan!" Iblis Shiro kembali menahan serangan Ashborn.
Ashborn langsung bergeser dengan skill Teleport ke sebelah Army. "Masih belum?"
Army menggenggam rantai sabitnya dengan kuat. "Masih belum."
Beberapa minggu lalu, sebelum Army, Shiro, Rikka, dan Ashborn berangkat. Mereka berempat sedang berdiskusi di kedai tentang cara paling efektif yang bisa digunakan untuk menghancurkan para pasukan lawan di tengah jalan. Setelah berdiskusi beberapa saat, mereka akhirnya sepakat untuk menjalankan rencana yang dirasa paling efektif. Shiro akan menyerang dengan wujud Divine Dragon, Ashborn membantu dengan tembakan sihir, Army mengaktifkan Paradiso, dan Rikka bertugas melindungi Army jika posisi mereka ketahuan.
Di akhir diskusi, Shiro menjelaskan pada mereka mengenai sesuatu yang akan terjadi setelah wujud Divine Dragonnya berakhir.
"Kurang lebih seperti itu. Aku akan mengandalkan kalian setelahnya," ucap Shiro.
"Hmm ..." Army meminum minumannya. "... Aku tidak tahu seberapa efektif, tapi aku-"
"Ssst!" Shiro menghentikan ucapan Army. "Kalian bertiga harus menyusun rencananya tanpa aku."
"Eh?" Rikka terlihat bingung. "Kenapa?"
Army menyadari sesuatu. "Ohhh! Aku mengerti."
Ashborn menengok ke arah Army. "Apa itu?"
"Iblis Shiro melihat dan mendengar hal yang sama dengannya." Army melipat kedua tangannya di meja. "Jika kita berbicara di depannya, maka rencana itu akan sia-sia."
Shiro mengangguk dan berdiri. "Itu benar. Aku akan keluar selagi kalian menyusunnya."
Ia berjalan dan membuka pintu kedai. "Aku akan ke rumah sebentar. Kabari saja jika nanti sudah jadi ya!"
Setelah Shiro pergi, Army, Rikka, dan Ashborn saling bertatapan.
"Jadi, bagaimana?" tanya Rikka.
"Cara satu-satunya adalah menahannya sampai ia sadar kan?" tanya Ashborn balik.
"Kita memang bisa menahannya," jawab Army. "Tapi akan sangat lama bagi Shiro untuk sadar dengan sendirinya. Kita bisa kelelahan duluan saat menahannya."
Rikka mengambil minumnya. "Kalau begitu, kau ada cara lainnya?"
"Aku tidak yakin seratus persen, tapi sepertinya bisa. Kalian tertarik mendengarnya?" Army menatap Rikka dan Ashborn, menunggu jawaban mereka.
Rilis bersandar di kursi dan melipat tangannya. "Kami mendengarkan!"
Kembali pada pertarungan mereka dengan iblis Shiro. Pertarungan yang terjadi tidaklah meledak-ledak dan malah terkesan sederhana. Meski kuat, tapi kekuatan iblis Shiro dapat diimbangi oleh Army, Rikka, dan Ashborn. Hal ini membuat pertarungan mereka sangat imbang di kedua sisi. Setiap detiknya terjadi balas balasan serangan yang semuanya bisa di tahan oleh masing-masing pihak. Sihir-sihir kuat yang Ashborn keluarkan juga seakan tak berarti ketika yang diserangnya adalah iblis Shiro. Sihir tersebut bisa ditepis dengan mudah hanya dengan satu tangan. Tetapi begitu pula sebaliknya, dimana serangan iblis Shiro dapat ditahan dan dihindari mereka, terutama oleh Rikka.
Mereka berempat terus bertarung hingga matahari mulai berubah warnanya menjadi oranye, menandakan bahwa sore hari telah tiba. Army mulai merasakan sesuatu pada tubuhnya. Nafasnya terengah-engah disaat yang penting. Ia merasa kelelahan.
"Tubuhku ..." ucap Army dalam hati.
Ia melihat Ashborn sedang melancarkan serangannya. Setelah serangannya ditepis, Ashborn bergeser kembali hingga ke sebelah Army.
"Ash, kau bisa melakukannya sekarang?" tanya Army.
"Sudah siap?" tanya Ashborn balik.
Army mengangguk dan menjawab dengan nafas yang masih terengah-engah. "Ya ... Kurasa aku sudah mencapai batasku."
Saat iblis Shiro hendak menyerang Army dan Ashborn yang sedang berbicara, lingkaran sihir besar tiba-tiba muncul di bawah kakinya. Ia berusaha menghindar, tapi sudah terlambat baginya. Ia terperangkap di sebuah dinding sihir Ashborn.
"Hahaha!" Iblis Shiro tertawa. "Kalian pikir bisa menahanku dengan ini?"
Ia mengambil beberapa langkah mundur dan menyiapkan sebuah serangan dengan tangan kirinya. Setelah beberapa saat, ia berlari menuju ujung tembok yang menahannya.
"Ini bahkan tidak bisa menahan 1/10 kekuatanku!"
Tembok sihir Ashborn ditinju hingga hancur seketika olehnya.
"Kami tak berniat menahanmu kok," ucap Army.
Iblis Shiro yang baru keluar menjadi sedikit lengah karena baru saja memberi sebuah serangan kuat untuk menghancurkan tembok. Army yang melihat adanya celah langsung memanfaatkan celah tersebut.
"Tofu, aku mengandalkanmu!"
Army melempar sebuah bola hitam kecil ke arah iblis Shiro. Saat bola tersebut mengenainya, mereka berdua kehilangan kesadaran secara bersamaan dan jatuh tersungkur ke tanah.
Saat membuka matanya kembali, Army melihat sekelilingnya yang gelap dan kosong seperti void Purgatorio.
"Tofu!"
Tofu langsung muncul dan terbang di hadapannya. "Ar, kita berhasil masuk!"
Army mengangguk dan mulai berlari. "Ya. Kita tinggal mencari Shiro di alam bawah sadarnya!"
Army menggunakan cara yang sama seperti saat ia berusaha memasukan Tofu ke tubuh Ardent, yaitu melalui perantara sebuah kristal yang diisi dengan sihir Akane. Ia secara diam-diam meminta bantuan Akane untuk dibuatkan kristal sihir sesaat sebelum berangkat. Berbeda dari sebelumnya yang hanya mengirim Tofu, saat ini ia juga ikut memasukan kesadarannya untuk menjelajah bersama Tofu.
Di sisi lain, jiwa Shiro baru saja terbangun. Tubuhnya tengkurap di void yang gelap tersebut. Pikirannya masih bercampur aduk, tapi ia bisa mengingat hal terakhir yang terjadi saat ia masih dalam wujud Divine Dragon.
"S-suara?"
Ia seakan mendengar namanya dipanggil beberapa kali oleh seseorang. Ia menengok ke kiri dan kanan, tapi hanya ada kegelapan di sana.
"Ah ... Mungkin hanya khayalanku saja."
Saat ia berpikir bahwa itu hanya sebuah khayalan, suara tersebut terdengar semakin jelas.
"Army?!" Ia kembali menengok ke sekelilingnya, tapi ia tidak bisa melihat apapun.
"Oi!" Shiro berteriak sekeras mungkin. "Army! Kau disini?!"
Selama ia berteriak beberapa kali, tidak ada jawaban sama sekali dari Army.
"Ar! Apakah kau sudah mengalahkan sang iblis?!"
Masih tidak ada jawaban dari Army. Ia bahkan sudah tidak bisa mendengar suara panggilan yang sebelumnya muncul secara terus-menerus. Ia mulai keheranan dengan segala hal yang di alaminya. Ia yakin bahwa Army sebenarnya berada disana, tapi ia tidak mendapat balasan satupun setelah teriak berkali-kali.
"Ya ampun ... Apakah aku akan terjebak di-"
Tiba-tiba, Shiro merasa tubuhnya di dorong oleh seseorang.
"Oi-"
Saat menengok, ia melihat Army yang mendorongnya dari belakang.
"Sadarlah, Shiro!"
Berbeda dari sebelumnya, lantai void seakan menghilang dan membuat Shiro terjatuh ke bawah dengan sangat cepat. Ia terjun bebas di void yang gelap dan kosong dengan kecepatan tinggi.
"Aaaaaahhhhhh!"
Saat berteriak, ia membuka matanya kembali dan sudah tidak berada di dalam void lagi. Ia melihat Ashborn dan Rikka yang segera menghampirinya.
"Rikka, ia telah sadar!" ucap Ashborn.
Hari telah berubah menjadi malam. Mereka tak lagi berada di medan pertempuran, tetapi berada di sebuah hutan dengan api unggun yang menyala di depannya. Terdapat beberapa tenda dan makanan yang sedang di masak ditinggal oleh Rikka ketika mengetahui bahwa ia telah bangun.
"Shiro, kau baik-baik saja?" tanya Rikka.
Shiro memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing. "Ah, aku tak apa-apa. Selain itu, Army dimana?"
Dari dalam tenda, keluar Army sambil meregangkan tubuhnya. "Hahhh ... Akhirnya kau bangun juga, Shiro."
Army telah bangun satu jam lebih dulu dari Shiro.
Shiro menghela nafasnya dengan lega. "Syukurlah semuanya baik-baik saja ..."
Tiba-tiba, terdengar langkah kaki dari beberapa orang di belakang mereka. Langkah itu semakin mendekat, memperjelas bahwa sesuatu sedang berjalan mengampiri. Setelah ditunggu beberapa saat, terdengar suara seseorang yang familiar.
"Maaf anak-anak, tapi kalian harus ikut bersamaku setelah ini."
Kedatangan dua orang tersebut membuat Army, Shiro, Rikka, dan Ashborn terkejut bukan main. Ardent datang bersama Fori, lengkap dengan senjata dan segala atributnya.