"Ar, sekarang?" tanya Ashborn dengan sihir komunikasi sambil berlari.
"Tidak, sebentar lagi." balas Army yang sedang berlari juga di tebing seberangnya.
Mereka membagi tim menjadi 3 dengan Shiro yang maju di bawah menyerang langsung, Army dan Rikka di tebing bagian kiri, dan Ashborn di tebing bagian kanan. Getaran tanah akibat benteng berjalan semakin kuat dirasakan seiring dekatnya mereka dengan para pasukan. Di bawah, Shiro yang sedang dalam mode Bloodbath sudah terlihat semakin mendekati pasukan yang sedang berjalan. Kedatangannya telah diketahui, sehingga mereka langsung menyunsun formasi yang kokoh.
Shiro menerjang salah satu prajurit dan mencabut kepalanya menggunakan tangan kiri. Ia melemparkan kepala tersebut ke barisan pasukan yang lain dan menembus setidaknya 5 tubuh prajurit. Semua orang yang ada di sana langsung menjaga jarak ketika melihat kekuatan Shiro. Bahkan para petualang kuat sewaan juga tidak berani langsung menyerang ketika melihat apa yang dilakukan olehnya.
Darah dari prajurit yang terbunuh mulai bergerak secara perlahan menuju Shiro. Darah itu bergabung dengan darah Army yang berputar di lengan kirinya, semakin menutupi lengan tersebut dengan darah yang lebih banyak.
Shiro menatap barisan pasukan di hadapannya. Mereka mulai merasakan efek Fear yang semakin kuat, membuat kaki dan tangan mereka gemetaran.
"Takut?" tanya Shiro.
Aura ungu di tubuhnya semakin membesar. "Tapi sekarang sudah terlambat bagi kalian untuk lari!"
Ia menerjang barisan pasukan tersebut dan menghancurkannya. Ia membunuh semua prajurit yang dilihatnya. Ia meninju dengan tangan kirinya, dan membelah lawan dengan tombak di tangan kanannya. Semua gerakannya sangatlah mematikan. Darah bertumpahan dimana-mana, tapi semua darah itu tersedot oleh lengan kirinya. Lapisan darah yang sebelumnya hanya menutupi bagian lengan kini mulai mencapai bahunya dan terus bertambah seiring waktu.
Disaat Shiro sedang membantai prajurit di bawah, Army dan Rikka yang sedang berlari menghentikan langkahnya.
"Disini Ar?" tanya Rikka.
Army mengangguk. "Ya."
Ia membuka penutup matanya dan mengikatkannya di lengan kanan. Ia membuka matanya secara perlahan, bersamaan dengan darah yang mengalir keluar dari matanya.
"Divine Comedy - Paradiso."
Muncul sebuah kubah raksasa di medan pertempuran. Paradiso aktif dengan memunculkan kubah yang dapat diatur ukurannya, lalu memerangkap segala hal yang ada di dalam. Setelah kubah menutup dengan sempurna, Paradiso akan meningkatkan seluruh energi sihir, stamina, dan segala aspek yang diperlukan dalam bertarung hingga dua kali lipat. Serangan yang digunakan di dalam kubah juga mendapat peningkatannya sendiri diluar dari peningkatan yang didapat oleh penggunanya.
Karena semua peningkatan tersebut didapat oleh semua yang ada di dalam, maka musuh pun mendapat efek yang sama. Hal ini membuat Paradiso tidak efektif jika digunakan sebagai support karena bisa menjadi pisau bermata dua. Paradiso hanya digunakan oleh Army sebagai kubah yang memerangkap semua orang untuk menghindari adanya seseorang yang kabur dan memberi kabar bahwa mereka sedang disergap.
Shiro yang merasakan efek dari Paradiso semakin menggila di medan tempur. Meski pasukan musuh mendapat peningkatan, pertempuran yang terjadi tidak berubah sama sekali karena Shiro juga mendapatkannya. Para petualang sewaan yang terlihat kuat akhirnya mulai maju untuk menyerang Shiro secara bersamaan. Jumlah mereka cukup banyak, sampai membuat Shiro terkejut melihat kedatangan mereka.
"Tunggu dulu!" Suara Ashborn terdengar.
Dari atas, Ashborn menciptakan lingkaran Nemesis dan langsung mengaktifkannya untuk memecah formasi para petualang.
"Kalian tidak akan bergerak semudah itu."
Muncul banyak lingkaran sihir besar di belakangnya. Ia menghujani pasukan dan para petualang dengan sihirnya yang digunakan seperti artileri. Ia tidak lagi menggunakan bowgun, melainkan menggunakan pedang dan magic device, membuatnya sekarang menjadi magic warrior yang bisa merapalkan banyak mantra serangan jarak jauh. Benteng berjalan itupun tidak tinggal diam. Mereka menyiapkan artilerinya juga yang sangat banyak dan balik menembaki Ashborn.
Pertempuran yang sangat intensif terjadi disana. Para pasukan dan petualang dibantai oleh Shiro layaknya jagung yang sedang dipanen. Darah yang terkumpul saat ini sudah menutupi separuh tubuh bagian bawahnya. Ashborn memberi serangan perlindungan pada Shiro dari atas dengan sihirnya sambil menangkis dan melumpuhkan artileri yang ada di benteng berjalan. Suara ledakan dan dentuman terdengar sangat keras bersama dengan suara teriakan dari orang-orang yang dibantai di bawah. Kombinasi serangan dari Shiro dan Ashborn menghancurkan mereka dengan sangat mudah.
Rikka duduk di pinggir tebing dan menyaksikan semuanya dari atas. "Sekarang apa yang kita lakukan?"
Sihir-sihir yang ditembakan oleh Ashborn terlihat seperti kembang api yang menghiasi langit. Saat sihirnya beradu dengan tembakan artileri dari benteng, keduanya menghasilkan ledakan yang indah namun mematikan.
Army ikut duduk di sebelah Rikka sambil mengusap darah yang terus keluar dari matanya. "Kita tunggu saja. Dari jarak sejauh ini, kita tidak bisa melakukan apa-apa."
"Hah ... Kau benar." Rikka mengayunkan kakinya sambil bersenandung. "Kurasa kita harus menghemat energi untuk nanti."
Mereka berdua menonton semuanya yang terjadi. Tidak ada yang menyadari kehadiran mereka berdua karena jaraknya terlalu jauh, jadi mereka tidak diserang oleh apapun.
Rikka memperhatikan darah yang terus keluar dari mata Army. "Apakah sakit?"
Army menunjuk matanya. "Ini? Tidak kok, tapi kalau dibiarkan tanpa ditangani aku bisa kekurangan darah."
"Eh? Kau akan bertarung dengan tidak maksimal dong nanti?"
Army tertawa. "Haha, jangan khawatir. Aku punya obat untuk meregenerasi darah yang hilang nanti."
"Selain itu ..." Army menatap Shiro di bawah. "... Ini akan berakhir tak lama lagi."
Di bawah, seluruh tubuh Shiro sudah tertutup seluruhnya oleh darah, kecuali bagian matanya. Meski memakai kekuatan kegelapan, matanya masih berwarna biru terang saat itu. Sangat jelas bahwa ia menggunakan sesuatu yang berbeda karena tidak seperti kekuatan kegelapan biasanya. Ia memutar tombak dengan sangat kuat dan mementalkan banyak prajurit di sekelilingnya, menciptakan jarak yang cukup jauh pada mereka.
"Ini dia!" ucap Army. Ia terlihat sangat antusias ketika melihat Shiro. "Wujud asli sang naga akan muncul!"
Shiro meletakkan tombaknya di punggung. Selama beberapa saat, ia menatap kedua tangannya yang sudah tertutupi oleh darah. "Sudah waktunya ..."
Ia berlari menuju para pasukan dan melompat cukup tinggi. "Divine Dragon!"
Seluruh darah di tubuh Shiro bergerak dan menciptakan bagian tubuh baru. Mereka membuat tubuh besar dan sangat panjang yang memiliki surai pada bagian atas tubuhnya. Saat bagian kepalanya terbentuk, terlihat jelas bahwa tubuh yang dibentuk adalah tubuh naga. Kepalanya memiliki sepasang tanduk yang mengarah ke belakang dan sepasang kumis. Setelah seluruh tubuhnya lengkap, warna darah tersebut berubah menjadi putih dan berubah menjadi sosok naga putih seutuhnya. Dengan sisik putih yang sangat mengkilap, ia seperti menerangi medan pertempuran saat berputar-putar di atasnya.
Army melipat kedua tangannya. "Ini dia, Shiro sang Divine Dragon!"
Dengan wujud Divine Dragon, Shiro kembali mengobrak-abrik formasi lawannya. Tak ada lagi yang berani untuk melawannya, bahkan para petualang bayaran. Mereka berlarian kesana kemari berusaha kabur dari pembantaian yang dilakukan sang naga. Beberapa orang yang sudah sampai di batas kubah menggedornya berkali-kali sambil berteriak meminta tolong. Kaki mereka gemetaran, bahkan senjata yang mereka bawa tak sanggup lagi mereka genggam. Akan tetapi, teriakan mereka malah membuat Shiro menyadari keberadaannya lalu menerkam dan memakan mereka hidup-hidup.
Wujud Divine Dragon adalah puncak kekuatan kegelapan Shiro yang sangat unik. Wujud tersebut dapat diraih olehnya setelah mengaktifkan Regretless yang dikombinasikan dengan Bloodbath, tehnik yang memerlukan tumbal darah segar manusia. Pada awalnya, Bloodbath hanya berfungsi sebagai pelindung yang bisa melindungi Shiro dari serangan sihir atau fisik dengan menggunakan darah yang terkumpul. Saat darah Bloodbath yang dikumpulkan sudah mencapai tingkat maksimal, Shiro dapat melanjutkan ke tingkat selanjutnya dengan membiarkan durasi Regretless habis.
Regretless yang seharusnya membunuh Shiro saat waktu habis menjadi tertahan sementara oleh efek Bloodbath yang bisa menunda kematian jika sudah mencapai titik maksimal. Jika Shiro akan mati pada saat posisi Bloodbath sudah maksimal, maka ia akan masuk ke mode Borrowed Time dan kematian tersebut akan ditunda. Selama dalam mode tersebut, seluruh darah yang terkumpul akan bergerak untuk merubah Shiro menjadi Divine Dragon, sang naga putih suci yang terlahir dari kegelapan. Kematian akibat Regretless seharusnya dibayar ketika dalam wujud itu, tetapi pembayarannya kembali tertunda akibat kekuatan Divine Dragon yang tingkatannya berada jauh diatas iblis dalam tubuhnya.
Shiro berterbangan di seluruh area pertempuran membantai semua pasukan yang tersisa. Ia memakan, membakar, dan menimpa semua orang yang ada disana tanpa menyisakan apapun. Puluhan ribu prajurit rata oleh tanah, menyisakan orang-orang yang masih berada di dalam benteng. Divine Dragon yang mengamuk adalah mahluk sangat kuat, tapi kekuatannya kali ini jauh lebih tinggi lagi karena sedang berada di dalam Paradiso.
"Uwah, sudah habis!" ucap Rikka. Ia sangat terkejut dengan kerusakan total yang dihasilkan oleh Shiro dalam wujud Divine Dragon.
"Belum," jawab Army. "Bentengnya belum hancur."
Saat Army berkata begitu, Shiro langsung terbang menuju benteng. Mulai dari kakinya, benteng tersebut dihancurkan dengan sangat mudah. Ia membuat lubang pada benteng dan masuk menembusnya, lalu membakar semua yang bisa ia lihat. Menara-menara, artileri, tembok, dan bangunan lainnya mulai runtuh satu-persatu. Ledakan terjadi di berbagai titik, merusak benteng tersebut lebih jauh. Ledakan yang awalnya hanya berupa ledakan kecil secara perlahan semakin besar. Sampai pada saat Shiro menghancurkan inti energi benteng tersebut, sebuah ledakan besar tercipta dan menghancurkan seluruhnya.
Benteng itu kehilangan energinya dan tak lagi bisa bergerak. Ledakan tersebut sekaligus membunuh semua orang yang masih tersisa di dalamnya. Dari balik ledakan, muncul wujud sang Divine Dragon yang terbang dan berputar-putar di atasnya, seakan mendeklarasikan kemenangan yang telah dicapai.
"Itu adalah aba-aba kita!" Army mematikan Paradiso dan mengelap darah yang keluar dari matanya.
Rikka kemudian menghubungi Ashborn dengan sihir komunikasi yang terpasang. "Ash, kebawah sekarang!"
Ashborn langsung menteleportasi mereka bertiga kebawah, tepat di depan benteng yang telah hancur. Mereka menatap dari dekat benteng yang sebelumnya sangat gagah berjalan, kini menjadi rongsokan tak berguna dengan banyak jasad manusia terperangkap di dalamnya.
Kilatan cahaya yang berasal dari Divine Dragon tiba-tiba muncul di atas mereka. Setelah beberapa saat, Divine Dragon menghilang dari langit tanpa jejak.
Army memperhatikan sesuatu yang jatuh dari langit setelah Divine Dragon menghilang. "Semuanya, bersiaplah!"
Mereka bertiga segera bersiaga setelah mendengar aba-aba dari Army. Sesuatu yang jatuh tersebut mendarat di atas benteng yang telah hancur. Ia segera berdiri kembali sesaat setelah jatuh, tapi seluruh tubuhnya tertutupi oleh asap.
Army kemudian bertanya, "Kamu, siapa?"
Terdengar suara tawa keras yang sangat berat dan agak menggema. Suara itu terdengar seperti dua orang yang tertawa secara bersamaan.
"HAHAHAHAHAHA!"
"Ah ... Ini dia," ucap Army. "Hati-hati, semuanya!"
Army, Rikka, dan Ashborn menjadi semakin waspada. Mereka membentuk formasi dengan Rikka yang berada di paling depan. Setelah beberapa saat, asap yang menutupi sosok tersebut mulai tertiup angin. Aura ungu pekat yang familiar terlihat menyelimutinya. Sosok tersebut adalah Shiro, tapi ia tidak seperti Shiro yang biasanya.
"Siapa aku? Kau bertanya siapa aku?"
Shiro berjalan mendekati mereka secara perlahan. Tubuhnya sedikit berubah dengan tanduk yang muncul di kepalanya serta seluruh giginya berubah menjadi taring. Jari-jarinya juga menghitam dan disertai dengan cakar yang panjang. Matanya menjadi merah, seperti saat ia menggunakan kekuatan kegelapannya.
"Aku adalah ..." Ia meraih tombaknya dan menghadapkannya pada Army. "... Kematian kalian!"