Chereads / Ayumi Uzumaki / Chapter 5 - Chapter 5 : Sebuah Janji

Chapter 5 - Chapter 5 : Sebuah Janji

Note : Maaf jika ada salah kata atau kata kata gak jelas.

***

Setelah hari itu aku selalu datang menemui kakashi untuk bermain, tentu itu dengan Sia yang datang menemani ku.

Ketika aku pertama kali pergi bermain, Sia sangat khawatir karena perilaku ku yang terlalu bersemangat.

Namun karena ayah ku tidak mengatakan apapun, serta mungkin Sia yang mengira bahwa terlalu membatasi anak anak dalam bermain itu juga tidak baik.

Dia akhirnya tidak menemani ku ke kakashi setelah beberapa hari berlalu.

Lalu untuk kakashi, aku selalu inggin tertawa saat dia membuat wajah kesal dan lelah.

Dalam beberapa titik, kakashi mengabaikan ku saat dia bertemu dengan ku, namun setelah beberapa saat aku menganggu nya.

Mau tidak mau, Kakashi akhirnya menangapi ku jika dia tidak inggin di ganggu, dan melihat itu aku merasa senang, karena hubungan ku dengan kakashi naik satu tingkat.

"Hey hey kakashi, kemana kita setelah ini."

Lalu hari ini, seperti biasa, aku mendatangi kakashi ke rumahnya, dan kami pergi keluar bersama.

Kakashi saat ini membawa bola di tangannya sepertinya dia akan pergi ke Taman.

"Aku akan bermain sepak bola dengan teman teman ku, Hari ini akan ada pertandingan dengan anak anak Kompleks perumahan lain."

"Oh… Begitukah Bolehkah aku ikut."

"Tentu saja tidak."

"Eh… kenapa."

"Karena kau wanita, jika kau terjatuh dan menangis nanti aku yang akan di marahi ayah ku."

Jika saja Kakashi melihat bahwa kekuatan ku sudah setingkat Jonin, Serta Umur mental ku yang sudah berumur 20 tahunan.

Dia tidak akan bisa mengatakan semudah itu.

Tapi aku juga tidak bisa mengatakan nya secara langsung karena dia tidak akan percaya.

Oleh karena itu, yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah menganggu kakashi yang masih kecil ini.

"Eh.. aku inggin ikut."

"Tidak."

"Jahat… Tapi aku tetap inggin ikut."

"Sudah ku bilang, Tidak!"

Percakapan kami selalu seperti itu sampai kemudian kami sampai di taman, saat kami sampai terlihat anak anak kecil di taman sedang saling berbicara.

Mereka melihat kami datang, dan langsung mengerumuni ku seolah mereka adalah lebah yang menemukan nektar di bunga.

"Hey Ayumi, bagaimana kabar mu saat ini."

"Ayumi apakah kau mau permen ini."

"Apakah kau akan menonton kami bermain nanti."

Melihat anak anak itu berbicara dengan semangat, aku membuat senyum senang pada mereka.

Pada awalnya karena aku selalu bersama kakashi, mau tak mau aku menjadi mengenal mereka, dan menghadapi mereka entah mengapa itu membuat ku lelah.

Namun di samping itu juga itu membuat ku sedikit nostalgia dan sedikit trauma, karena di kehidupan sebelumnya situasi seperti ini juga terjadi pada ku.

Yah.. Karena wajah ku yang terlalu cantik.

Karena hal itu banyak yang mendekati ku, dan beberapa kejadian tertentu terjadi.

'Tapi yang berlalu biarlah berlalu.'

"Lalu Ayumi, pergi lah duduk di dudukan taman sana, sedangkan aku akan bermain dengan teman teman ku."

Setelah itu, aku mengikuti perkataan kakashi namun saat aku berjalan ke kursi umum, aku dapat melihat anak anak lain saling berbisik degan wajah merona saat melihat ku.

Melihat mereka adalah anak anak yang tidak ku lihat sebelumnya, mungkin mereka adalah anak kompleks lain.

Dari penampilan anak anak itu, Mereka tentu terpesona dengan kecantikan ku.

'Jelek itu merepotkan, namun terlalu cantik itu juga merepotkan, heh… Tapi..'

Saat itu aku memiliki ide nakal.

Setelah aku duduk dan Melihat kakashi akan mulai, aku mengumpulkan seluruh nafas yang bisa di tampung paru paru ku, sebelum aku kemudian berteriak menyemangati kakashi saat permainan akan di mulai.

"Kakashi semangat, Jika kau menang! aku akan memberikan hadiah pada mu."

Mendengar ucapan semangat ku, semua anak entah musuh dan sekutu kakashi, serentak langsung melihat kakashi dengan iri.

Mendapati hal itu, kakashi juga terkejut dan saat dia kemudian melihat senyum gelap ku, dan menyadari bahwa ini adalah kenakalan ku.

Oleh karena itu, dalam pupil mata nya, aku dapat melihat kakashi menatap ku dengan mata yang seolah mengatakan, 'Awas Kau nanti.'

Aku tertawa dalam hati saat melihat itu, namun melihat itu aku tentu tidak berhenti sampai di sana, dengan menghirup nafas ku, aku mulai berbicara dengan keras.

"Anak anak, Siapapun yang bisa mengalahkan kakashi, juga akan aku beri kan hadiah."

Mendengar itu, Anak kompleks lain tertegun sejenak, sebelum mereka menanyakan kebenaran dan menjadi semangat.

Namun anak anak yang menjadi sekutu kakashi yang mendengar itu merasa tidak adil dan mengatakan nya pada ku.

"Ayumi bukan kah itu tidak adil, kita kan satu tim dengan kakashi, bagaimana kita bisa mengalahkan kakashi."

"Tentu kalian juga, jika kalian bisa mengalahkan musuh kalian juga akan ku beri hadiah."

"Benarkah, kau tidak bohong kan."

"Tentu."

Saat itu, semua orang menjadi bersemangat, tidak seperti di permainan di hari sebelumnya, di hari ini aku dapat melihat anak anak dengan segenap jiwa dan raga mereka memasukan bola ke gawang musuh.

Meski permainan ini hanya di mainkan oleh anak anak, tapi entah mengapa ini membuat ku bersemangat.

Jika aku tahu bahwa ini akan semenyenang kan seperti ini, aku akan melakukan hal ini saja dari kemarin.

***

Setelah langit Yang sebelumnya siang menjadi sore, permainan di menangkan oleh tim kakashi, Bagaimana tim kakashi bisa memenangkan permainan.

Tentu itu karena kakashi.

Oleh karena itu, Anak anak yang satu tim dengan kakashi, mulai berkumpul di dekat ku untuk meminta Hadiah.

"Hey ayumi, Hadiah apa yang akan kamu berikan pada kami."

"Oh itu, Ikut aku, Aku akan mentraktir kalian Es Krim, Kalian boleh meminta 2 Es krim jenis apapun."

"Oh!! benarkah itu."

"Umu."

"""Hore….."""

Melihat anak anak menjadi senang, aku lalu melihat anak dari kompleks lain yang menatap tim kakashi dengan iri, melihat itu aku juga tersenyum pada mereka.

"Kalian juga, karena sudah menunjukan hal yang menyenangkan, Kalian dapat memilih 1 Jenis Es krim gratis."

Mendengar itu, Anak anak kompleks lain yang sebelumnya melihat kami dengan iri, langsung tersenyum gembira.

Melihat itu aku lalu mencari kakashi, dan saat aku melihat kakashi sudah sedikit jauh dari taman, aku memanggilnya.

"Hey kakashi, mau ke mana? Apakah kau tidak inggin Es krim?"

"Tidak aku akan pulang saja."

"Eh… Kenapa, Ini tidak akan menyenangkan jika tidak ada kamu, benarkan teman teman."

"Ye benar kakashi."

"Ikut saja dengan kami."

Meski mendapatkan bujukan dari teman teman nya, kakashi tetap tidak mau ikut, oleh karen itu dengan helaiaan nafas.

Aku menempatkan tangan ku di belakang tubuh ku dan mengambil uang dari inventori ku, setelah itu aku memberikan uang pada anak anak.

"Semua nya maaf, Aku tidak bisa ikut dengan kalian, tapi ini cukup kan dengan memberi Es Krim ke sukaan kalian."

"Eh… Kenapa ayumi tidak ikut dengan kami."

"Yah ada beberapa hal yang Baru aku ingat belum aku lakukan, jadi Bisa kan kalian membeli es krim itu tampa ku."

"Baik."

Anak anak mulai membuat wajah sedih, melihat itu aku juga merasa menyesal, apa yang bisa aku lakukan dalam situasi ini.

Kakashi Mau pulang, tampa kakashi, apapun yang aku lakukan tidak akan menyenangkan.

Oleh karena itu, setelah mengatakan selamat tinggal pada anak anak, aku mulai mengejar kakashi.

"Kakashi Tunggu."

***

Karena rumah kakashi dan penginapan yang aku tempati dekat, kami dapat pulang bersama, saat kami pulang, kakashi bertanya padaku, saat kami menatap mentari senja.

"Mengapa kau tidak pergi saja dengan mereka."

"Hem… Menurut mu."

Saat aku mengatakan hal yang ambigu, kakashi terdiam, setelah itu Situasi menjadi hening saat kami pulang bersama.

Lalu saat matahari Mulai semakin tengelam di gantikan langit yang mulai gelap, aku menemukan sesuatu yang membuat ku tertarik.

"Kakashi tunggu di sini sebentar, aku akan segera kembali."

"Tunggu Ayumi kamu mau ke mana."

Mengabaikan kakashi, aku segera pergi ke salah satu tokoh, dan saat aku kembali, aku membawa es krim yang biasa di makan jiraya dan naruto, es krim yang dapat di belah.

"Nih kakashi."

Melihat ku menyerahkan satu es krim padanya, kakashi memiringkan kepalanya seolah bingung.

"Bukan kah kamu telah menang sebelumnya, sebagai hadiah, meski ini tidak terlalu mahal, tapi makanlah ini."

Mendengar itu, kakashi sedikit ragu apakah akan menerima atau tidak, tapi saat aku memaksa nya, Kakashi akhirnya menerimanya.

"Hah…. Baik, Terima kasih Ayumi karena Es krimnya."

Setelah itu, tidak seperti sebelumnya yang hening, kami berbicara banyak hal saat kami pulang, lalu saat kami melihat pertigaan di jalan.

Aku menatap kakashi saat kami akan berpisah.

"Hey kakashi."

"Ada apa."

"Bisakah kita membuat janji."

"Janji? Janji Apa."

"Ulurkan dulu jari kelingking mu."

Saat aku mengangkat jari ku, aku menatap kakashi untuk melakukan hal yang sama, di wajah kakashi, aku dapat melihat nya membuat wajah yang lelah.

Namun saat aku memaksanya untuk melakukanya, kakashi akhirnya melakukanya.

"Baiklah, Kakashi bisakah kau berjanji bawah, kau tidak akan mati apapun yang terjadi di masa depan."

Mendapati itu kakashi memiringkan kepala nya penasaran, dia tidak tahu mengapa Aku tiba tiba saja meminta hal itu, namun aku meminta ini karena ada diriku.

Mungkin saja alur di masa depan akan berubah dan di alur itu kakashi akan mati.

Oleh karena itu untuk membuat kakashi tidak mati walau hanya se kemungkinan kecil saja, itu akan aku lakukan.

"Mati, Tapi bukan kah setiap orang akan mati."

Mendapati itu secara tiba tiba aku tertegun sejenak sebelum berdehem sekali.

"Ya aku tahu, tapi maksud ku selain kematian alami, kau tidak boleh mati dengan cara apapun entah itu terbunuh karena serangan, atau melakukan sebuah teknik hingga membuat mu mati."

"Hem… jika seperti itu, meski aku tidak yakin, tapi aku akan berjanji."

"Benarkah itu, hehe kau sudah Berjanji, ingat itu kakashi, jika kau berbohong aku akan mendatangi mu meski itu di neraka untuk menghajar mu."

Mendapati janji itu aku tersenyum senang, dan setelah kami berbicara sebentar, kami akhirnya berpisah di salah satu pertigaan desa.

***

Saat aku kembali, aku di sambut oleh sia, dan setelah Sia selesai membantu ku mandi, aku lalu melihat ke langit yang berbintang, di langit malam dari jendela.

Karena di dunia ini tidak ada hal hal seperti pabrik atau semacamnya yang mencemari udara.

Bintang di dunia ini masih dapat di lihat dengan jelas.

Apalagi bulan yang bersinar di tengah kerlap kerlip bintang di langit, itu membuat ku sangat senang, karena di kehidupan sebelumnya aku tidak pernah melihat Itu.

"Hey Alpha."

Saat aku berbicara ke udara kosong sebuah layar tiba tiba saja muncul di hadapan ku.

[Ya master]

"Apakah situasi ini dapat di pertahankan."

Saat aku bertanya sesuatu yang abstrak kepada Alpha, Alpha terdiam sesaat sebelum dia menjawab setelah lama waktu berlalu.

[Bisa, Jika anda Memasuki Jutsu mugen Sukoyomi]

"Oh, Bukan kah itu Genjutsu milik Kaguya."

[Ya, benar Master]

Memang benar, jika seseorang memasuki Genjutsu Mugen Sukoyomi, Kita akan bisa mendapatkan apapun di dunia palsu.

Di genjutsu itu, kita dapat melakukan apapun, karena genjutsu itu sangat mirip sekali dengan dunia nyata Tapi…

"Aku tidak mau, jika aku tidak salah, Genjutsu itu akan membuat seseorang menjadi zetsu putih, aku tidak mau berubah Ras jika aku bisa, Apakah ada hal yang lain Alpha."

[Tidak Master]

"Begitu kah sayang sekali."

Mengatakan itu dengan akrobat yang luar biasa, aku pergi ke atap penginapan, dan berbaring di atas atap sambil melihat langit malam.

Dulu berada di dunia ini sangat membuat ku senang, tapi juga sekaligus sedih karena aku masih memiliki orang orang tercinta di bumi.

Memang hubungan ku dengan orang orang apalagi ayah kandung ku sangat buruk, saat aku memutuskan kabur dari rumah.

Tapi dari pada hubungan ku di kehidupan ku saat ini, aku merasa bahwa diri ku masih belum dewasa di kehidupan sebelumnya.

'Ayah.. bagaimana kabar kalian saat ini.'

"Ak- tid-k S-tu-u"

Saat aku sedang merenungkan tentang kehidupan ku sebelumnya, tiba tiba saja teriakan samar terdengar entah dari mana.

Dengan penasaran, aku melihat ke sekitar untuk mencari asal dari suara tersebut, dan saat aku melihat ke sekitar.

Ternyata teriakan itu berasal dari kamar Ayah ku yang jendelanya terbuka dengan lampu yang masih menyala.

"Tapi tuan, jika kita tidak mengorbankan Nona Kita tidak akan berhasil."

"...."

Aku sebenarnya inggin pergi dan tidak mendengarkan pembicaraan mereka, karena itu tidak sopan.

Tapi apa itu tadi? Apakah mereka sedang membicarakan ku.

Karena ini berhubungan dengan ku, Maka aku harus tahu apa itu, dan aku kemudian mendekati ruangan ayah ku dengan hati hati.

"Jadi! aku harus membuat anak ku sebagai umpan dari pengejar Shinobi konoha."

"Ya tuan, Kita akan membuat nona menaiki kereta yang lain, itu di gunakan untuk membuat pengawal kita agar mengira bahwa tuan juga menaiki kereta itu."

"Tidak adakah hal lain yang bisa kita lakukan."

"TIdak ada tuan, anda tahu kan, Setelah kita mencuri gulungan dari desa, kita akan di kejar oleh para Shinobi konoha, dan cara tercepat agar kita bisa kabur ialah membuat nona menjadi umpan."

"!"

Apa? Apakah aku tidak salah dengar, gulungan?! mencuri!!, Apakah pekerjaan ayah ku selama ini seperti itu.

Jika itu benar, aku bahkan tidak menyadari ayah ku melakukan itu.

"Baiklah."

Saat aku sedang tertegun karena mengetahui kebenaran itu, tiba tiba saja aku mendengarkan persetujuan dari ayah ku.

Saat itu, seolah sebuah suara benang yang putus tiba tiba saja terdengar dalam diri ku, aku terdiam tidak bisa bergerak.

Apakah aku salah dengar, Apakah dia menyetujui akan hal itu, Apa apaan tentang itu, mengapa kau begitu mudahnya menyetujui tentang itu.

Aku kira kau… Setidaknya baik pada ku, namun ada apa tentang ini, Kau begitu mudah mengorbankan anak mu semudah itu.

Aku dapat merasakan air hangat tiba tiba saja keluar dari mata ku, yang saat aku sentuh itu, itu ternyata air mata ku.

Air mata itu kemudian menetes membuat jalur air, di pipi ku yang putih.

[Misi Baru menyelamatkan Danto

Hadiah : Peti Langkah]

[Selamat anda telah membangkit kan Mata sharingan dengan 1 Tomoe]

Bersamaan dengan itu sebuah notifikasi muncul di depan ku, namun karena air mata ku, aku tidak bisa dengan benar melihat layar itu.

Namun meski aku tahu, aku tetap tidak akan membacanya, karena saat ini aku merasakan berbagai emosi di dalam tubuh ku.

Emosi Marah karena ayah yang tampa ragu ragu mengorbankan anaknya.

Kecewa karena aku mengira setidaknya terdapat cinta atau kasih sayang sebesar pasir namun ternyata tidak ada, dan sedih karena sudah tidak ada orang yang menyayangi ku lagi di dunia ini.

Ada apa tentang semua ini, seolah Takdir memang menginginkan ini, tidak bisa kah aku bahagia bahkan di dunia ini sekali pun.

"Nona, anda di mana nona."

Saat berbagai emosi bergejolak di kepalaku, aku dapat mendengar suara sia dari kejauhan yang memanggil ku dengan nada khawatir.

Saat itu! kesadaran ku tiba tiba saja kembali dari memikirkan hal hal negatif, dan seolah sebuah cahaya muncul dalam diriku yang berada dalam kegelapan.

Memang benar, Ibu ku mati sebelum aku lahir, ayah ku yang tidak mencintai ku, tapi bukan kah terlalu buruk mengatakan tidak ada seorang pun yang mencintai ku.

Jika tidak ada, mengapa Sia selalu merawat ku dari lahir sampai sekarang, jika dia tidak mencintai ku, mengapa dia melindungi ku saat ayah ku inggin membunuh ku saat aku lahir.

"Bukan kah aku sama saja meragukan Cinta Sia pada ku jika aku memikirkan itu."

Jika aku mengatakan pembicaraan ayah ku ke sia dia tidak akan mempercayai ku, oleh karena itu, Apapun yang terjadi, aku akan melindungi Sia.

Menghapus air mata di mata ku untuk terakhir kali, aku melihat jendela kamar ayah ku yang masih terbuka.

Melihat itu aku mengira bahwa ayah ku setidaknya memiliki cinta dan kasih sayang pada ku, namun dalam kejadian saat ini….

"…."

Sambil melihat dalam diam, aku berbalik pergi kembali ke kamar Agar tidak membuat Sia semakin khawatir.