Note : Maaf jika ada salah kata atau kata kata gak jelas.
***
"Ayah…!!!"
Dengan sekuat tenaga, aku mulai berlari ke arah ayah ku dan saat aku melihat ayah ku akan terjatuh.
Aku dengan sigap menahannya, dan membawah nya ke pelukan ku.
Aku sudah dapat merasakan air mata menetes dari mata ku, dan dengan tatapan sedih sekaligus Takut untuk di tinggalkan, aku dengan panik melihat ayah ku yang terus memuntah kan darah dari mulutnya.
"A-Ayah apa kau baik baik saja."
Dengan suara bergetar, aku bertanya ke ayah ku yang ada di pelukan ku, dan ayah ku hanya menatap ku.
Sebelum dia mengangkat tangan nya yang gemetar, dan menyentuh pipi ku dengan telapak tangan nya di ikuti dengan dirinya membersihkan air mata ku dengan ibu jarinya.
"Kau tahu ayumi Uhuk… Baru kali ini aku melihat mu menangis selain Saat kau terlahir."
"Ap-Apa yang kau katakan ayah, dalam situasi i-ini kamu malah mengatakan itu, Ay-Ayo kita segera pergi dari sini ayah Ki-Kita akan menyembuhkan luka mu."
Dengan suara gagap dan gemetar, Aku mengatakan itu pada ayah ku, dan ayah ku menggeleng kan kepalanya saat darah masih keluar dari mulutnya.
"Tidak..Uhuk… ini sudah Terlambat, Maaf ayumi aku tidak bisa bersama mu Uhuk… Terima kasih kau masih menangkap aku sebagai ayah mu, dan maaf Ayumi Uhuk… Sam..pai ak-akhir pun aku tidak bisa membuat mu bahagia, meski ini egois, tapi jadi lah kuat ayumi dalam menghadapi kejamnya dunia ini dan.. Maaf Aku me..ncin..tai.mu."
Saat itu seolah sebuah benang telah terputus, suara ayah ku mulai semakin lirih saat itu dan tangan ayah ku yang menyentuh pipi ku terjatuh ke tanah.
Melihat ayah ku yang tidak bergerak, aku terdiam.
Aku bertanya tanya, apakah ini hanya sebuah mimpi, jika iya aku inggin mimpi ini segera selesai.
Aku tidak inggin mimpi ini terus berlanjut.
Namun meski aku memohon pada dewa, Tuhan atau siapapun itu, Mimpi ini tidak berakhir.
Mendapati itu, aku hanya bisa menangisi Ayah ku yang telah menjadi mayat dingin, sama seperti ibu ku di masa lalu.
'Pada akhir nya, aku membuat Orang di dekat ku pergi. '
[Selamat anda telah membangkitkan Tomoe ke dua]
[Misi untuk menyelamatkan Danto telah gagal, Hadiah tidak akan di berikan. ]
[Misi Rahasia Telah di selesai kan, 'Menyaksikan kematian Danto.']
[Sebagai hadiah, Mata sharingan anda akan berevolusi]
[Selamat anda telah membangkitkan Tomoe ke Tiga]
Saat itu, aku dapat merasakan perasaan aneh di mata ku bukan air mata, melainkan sesuatu yang lebih panas dari itu.
Namun karena kesedihan yang ku rasakan, aku tidak dapat menyadari panas apa yang ku rasakan saat ini.
Lalu saat aku Menangisi kematian ayah ku, Pertarungan di sekitar masih lah terjadi, namun terdapat tiga orang yang tidak bergerak, di tengah tengah pertarungan tersebut.
Satu Danto yang telah menjadi mayat, satu Aku, dan satu lagi Sakumo.
Melihat bagaimana Ayumi menangis sembari memeluk Ayahnya.
Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Dia tidak mengira Uchiha yang dia lawan adalah ayahnya Ayumi.
Tapi Nasi sudah menjadi bubur, Sakumo tidak tahu apa yang harus dia lekukan dalam situasi ini.
"Ah, it-"
Duarrr…..
Saat Sakumo inggin mengatakan sesuatu pada Ayumi, Tiba tiba saja ledakan terjadi tak jauh dari tempat nya.
Dengan terkejut, saat Sakumo melihat ke asal ledakan itu, itu ternyata berasal dari kertas peledak yang di lemparkan bersamaan dengan Kunai.
"Apakah bala bantuan musuh datang. "
Sebelum nya… Sakumo mendengar bahwa Bala bantuan Musuh akan datang, namun Sakumo tidak mengira Bala bantuan itu datang dengan cepat.
Oleh kerena melihat bagaimana teman teman nya mulai terluka.
Sakumo melihat antara Teman teman nya dan Ayumi, dan saat dia menganggap Ayumi tidak akan terluka karena dia bersama dengan caravan yang dia serang sebelumnya.
Sakumo berencana membantu teman teman nya terlebih dahulu, sebelum kembali dan memenangkan Ayumi.
Namun saat dia mengeksekusi rencana itu, dia tidak mengira bahwa Kekuatan musuh terlalu kuat.
Oleh karena itu, sembari menggendong teman nya di bahu nya.
Dia melihat Ayumi di kejauhan sebelum dia melihat ke teman satu tim nya.
"Maaf kan aku Ayumi. "
Dengan itu, Sakumo kemudian memerintahkan Anak buah nya untuk mundur, Anak buah nya tentu tidak setuju karena mereka masih belum mendapatkan Gulungan yang di curi.
Namun setelah Sakumo memaksa mereka, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi.
***
Setelah Kepergian Sinobo Konoha, Bantuan yang di katakana anggota caravan datang, tapi mereka juga tidak bisa di sebut bantuan.
Karen mereka adalah Klien yang akan membeli gulungan dari caravan Danto, dan mengapa mereka membantu caravan danto.
Itu karena gulungan yang akan di jual sangat penting.
"Di mana barangnya."
Terlihat Seseorang yang memakai pakaian dengan jubah hitam yang berbeda dengan ninja lain, Dia adalah Saito, orang yang biasa nya berdagang dengan danto.
Melihat itu Seseorang dari anggot Karavan Kemudian mengambil kotak hitam yang di jatuhkan Danto di atas tanah, Dan menyerahkannya ke Saito.
Melihat kotak yang di dalamnya berisi gulungan yang inggin dia dapatkan, Saito tentu sangat senang, dan Dengan semangat, Dia kemudian membuka kotak yang ada di tangannya.
"…"
Namun, Kesenangannya yang dia alami langsung sirna, karena Isi dari kotak itu kosong.
Melihat itu Saito menatap dengan ganas ke anggota caravan danto, dan dengan Nada membunuh, dia menunjukan isi kotak ke anggota caravan.
"Apa ini, Apa kalian Saat ini sedang bercanda dengan ku, di mana barangnya."
"Hah… Apa?! bagaimana bisa barangnya tidak ada."
Mengingat pertarungan sebelumnya, Anggota caravan itu yakin bahwa kotak itu selalu di pegang Danto dan tidak dia lepaskan.
Jika begitu, apakah isi itu telah di ambil kembali oleh sinobi konoha, saat kotak itu terjatuh.
Jika begitu, maka wajar saja mengapa ninja konoha yang terkenal karena lebih baik mati dari pada tidak menyelesaikan misi mundur begitu saja.
"…"
Seolah Saito juga menyadari apa yang di pikirkan anggota caravan, dia semakin marah dan menatap Anggota caravan yang jika tatapan itu bisa membunuh seseorang, Maka anggota caravan telah mati berkali kali.
"Bunuh mereka."
"!!!"
Saat Saito memerintah kan hal itu pada bawahannya, Pertarungan kembali terjadi, namun kali ini anggota Karavan Bukan melawan ninja konoha melainkan mereka melawan anak buah Saito.
Anggota karavan protes dan mengatakan ketidak adilan saat mendapati serangan itu, namun apa yang bisa mereka lakukan, di dunia ini Yang lemah akan menjadi makanan yang kuat.
Karena itu, Setelah semua anggota caravan telah di bunuh, Salah satu bawahan klien meneriaki Tuan nya, saat dia melihat Ayumi.
"Tuan ada anak kecil di sini, di lihat dari dia yang membawa mayat Danto, sepertinya dia anak nya, Apa yang harus kita lakukan pada nya."
Mendapati itu, Saito memegang dagunya saat dia melihat ayumi yang tidak bergerak.
Dari kelihatanya, Sepertinya dia sangat terpukul atas kematian ayahnya membuat dia tidak bergerak.
"Hem Rambut merah?!"
Saat Saito melihat rambut yang di miliki ayumi berwarna merah, dia tiba tiba saja mengingat sebuah klan yang memiliki rambut itu dulu.
Itu adalah Klan Uzumaki, Tapi? bukan kah klan itu sudah musnah beberapa tahun lalu, Jika begitu apakah dia anggota klan yang berhasil kabur.
"Tangkap dia, di berasal dari klan Uzumaki yang telah Musnah, Jika kita menjualnya ke kolektor yang mengoleksi Anggota klan yang telah musnah, kita bisa mendapatkan uang yang banyak."
Meski Saito tidak mendapatkan gulungan, tapi mendapatkan uang dari menjual anak danto setidaknya cukup menutupi kekesalannya.
Karena itu, saat dia melihat bawahan nya mendekati Ayumi hendak menangkap nya.
Swuttt…
Swuttt…
Beberapa Shuriken tiba tiba saja menyerang bawahan yang akan menangkap ayumi.
"Siapa itu."
Saito dan bawahan menjadi waspada saat mereka mendapati serangan tiba tiba itu.
Lalu Beberapa orang di pimpin perempuan yang memakai pakaian pelayan datang.
Melihat itu, Saito Sedikit terkejut karena dia mengetahui identitas dari Pelayan perempuan itu.
"Kau jika tidak salah Sia, bukan kah kau bawahan danto, Minggir Jika kau tidak mau mati, hari ini… hati ku sedang tidak bagus karena tidak mendapatkan gulungan itu."
"Aku tidak akan membiarkan mu, Kau pasti mau menangkap nona kami kan."
"Ya tentu saja, karena aku tidak mendapatkan gulungan itu, Maka setidaknya aku harus menjual anak Danto, untuk menutupi waktu ku yang terbuang sia sia."
"Jika kau mendapatkan Gulungan itu, Apakah kau akan melepaskan Nona."
Saat Saito mendengar perkataan Sia, dia mengangguk sembari mengangkat bahu.
"Itu tergantung apakah itu asli atau tidak, Jika itu asli aku mungkin akan melepaskan kalian."
"Baiklah ini."
Saat itu, sia melemparkan sebuah gulungan yang ada di ikatkan di pinggang belakangnya, yang kemudian di tangkap Oleh Saito.
Saat Saito membuka dan melihat bahwa Gulungan itu asli, Dia Tersenyum senang sebelum menyimpannya ke dalam jubahnya.
"Ya… ini asli."
"Jadi apakah kau akan melepaskan kami." Saat sia bertanya dengan tatapan berharap, Saito tersenyum sebelum kemudian.
"Bunuh mereka, Dan tangkap anak danto."
Sia terkejut, bukan kah Perjanjian sebelumnya tidak seperti itu, mengapa Mereka malah mencoba membunuh kami.
"Bukan kah kalian berjanji untuk melepaskan kami, Mengapa kalian tidak menepati nya."
"Hahaha… Benarkan aku mengatakan itu, Tapi apakah kau mendengar Kata 'mungkin' di perkataan ku."
Menyadari bahwa Sia telah di tipu oleh Saito, Dia mulai membuat posisi bertarung, orang orang yang mengikuti Sia kemudian menghadapi bawahan Saito saat mereka menyerang.
Dan setelah beberapa pertukaran serangan, Sia melihat ke belakang ke arah Nona nya.
"Nona cepat kabur dari sini Nona di sini sangat berbahaya."
Mendapati bahwa Nona nya tidak menjawab dan terdiam memegang mayat ayahnya di pelukannya, Sia menjadi Cemas.
Apalagi, Saat Sia menyadari bahwa Alur pertempuran berpihak pada Saito.
Saat Sia Bingung apa yang harus dia lakukan dalam situasi ini, Salah satu Pengawal yang mengejar Ayumi menyuruh Sia untuk pergi.
"Sia pergilah, dan Bawah Nona, kita akan menahan sebisa mungkin saat kamu pergi."
Mendengar Perkataan itu, Sia mengerutkan keningnya karena tidak setuju, Namun karena tidak ada hal lain yang dapat di lakukan.
Serta Situasi yang di alami Sia dan rekan rekanya semakin buruk, Sia Akhirnya menyanggupi nya, dan dia Berbalik menuju Nona nya.
"Aku tidak akan membiarkan mu kabur."
Melihat sia berbalik dan hendak pergi, salah satu Bawahan Saito tentu tidak membiarkan itu, namun sebelum serangan dari bawahan Saito itu mengenai Sia.
Rekan sia menahan serangan yang di tunjukan kearah sia.
"Langkahi mayat ku terlebih dahulu sebelum kalian menangkap Sia dan Nona."
Setelah itu pertarungan terus berlanjut.
Sia yang berhasil mundur langsung membawa nona nya yang tidak bergerak, dan segera pergi dari pertarungan.
Namun Saito yang melihat dari kejauhan mengerutkan kening tidak senang karena Sumber uang nya telah di rampas, Oleh karena itu.
"Kalian cepat tangkap tikus yang kabur itu, dan bawah Sumber uang kita kembali."
Bawahan yang diam dan hanya melihat pertarungan untuk melindungi Saito langsung bergerak dan mengejar Sia.
Teman Teman sia yang melihat itu, mereka inggin menahan ninja pengejar, namun karena Tangan mereka masih penuh saat ini.
Mereka hanya bisa mendoakan Sia agar selamat.
***
Pengejaran berlangsung intens saat Bawahan Saito melemparkan Shurikan dan kunai pada Sia.
Jika saja Sia tidak membawa nona nya di pelukan nya, dia mungkin bisa menghindari serangan itu, namun karena dia memprioritaskan keselamatan nona nya.
Dia mau tidak mau harus menerima Beberapa serangan dari Bawahan Saito.
'Sial, Jika kita terus begini, kita akan tertangkap.'
Saat sia Bingung apa yang harus dia lakukan di situasi saat ini, tiba tiba saja dia dapat melihat sebuah batu besar di kejauhan.
Sia mendekati batu itu saat dia melihat itu, dan saat dia sampai, dia menyandarkan nona nya ke batu dan dia membelakangi nona dan batunya.
Swutt…
Swutt…
Swutt…
Sia kemudian melihat Para ninja yang mengejarnya, datang dan mengelilinginya.
"Apakah pengejaran sudah selesai, Yah tidak seru." Ucap salah satu ninja yang mengejarnya.
Karena semua ninja yang mengejarnya memakai penutup wajah, Sia tidak bisa melihat wajah dari mereka.
"Apa kalian tidak memiliki perasaan, kalian mencoba menjual seorang anak yang telah kehilangan ayahnya."
"Ya jangan salah kan kami nona, kami hanya mengikuti tuan kami."
Saat salah satu ninja mengatakan itu, Ninja lain melanjutkan perkataan teman nya.
"Jadi nona, minggir lah, atau jika tidak, kau mungkin akan terbunuh, atau apakah kau mau menemani kami untuk menghangat kan tempat tidur kami di malam hari."
"""Hahahaha…"""
Mendengar candaan itu semua ninja tertawa, dan Sia yang melihat itu membuat posisi bertarung dan melihat mereka dengan jijik.
"Jangan harap kalian bisa menyentuh Nona ku sebelum kalian melangkahi mayat ku."
"Oh begitu kah, Maka kami akan mengabulkan perkataan mu."
Pertarungan terjadi, antara sia, dan tiga ninja yang menyerang nya.
Dalam pertarungan itu, karena sia menggunakan pedang panjang sedangkan musuhnya Menggunakan pedang pendek.
Sia memiliki keuntungan dalam aspek Jarak, Juga karena di belakang sia terdapat batu, itu membuat nya tidak perlu lagi memperhatikan serangan dari belakang.
"Kuh…"
Namun meski Sia memiliki beberapa keuntungan di tangan nya, Dia tetap terdesak dalam pertarungan.
Karena serangan tiga ninja itu sangat terorganisir, serta kecepatan serangan mereka yang sangat cepat karena berat dari pedang mereka yang pendek.
Itu membuat Luka sia semakin menumpuk di tubuh nya, dan setelah beberapa pertukaran serangan.
"Mati kau.."
Sia yang menahan serangan dari salah satu ninja, tidak menyadari bahwa serangan dari ninja lain sudah mendekati tubuh nya.
Krena kecerobohan itu, Dirinya harus ter tebas di perutnya, namun ninja musuh tidak berhenti saja di sini.
Ninja lain kemudian menebas di dada Sia dan yang lain menebas di punggung Sia.
Meski sia telah banyak mendapatkan serangan dari musuh, Dia masih tidak menjatuhkan pedang di tangan nya dan saat itu dengan kekuatan tersisa yang dia miliki.
Dia menebas membuat setengah lingkaran ke depan nya, untuk membuat musuh musuhnya mundur ke belakang.
Setelah melihat musuhnya mundur, dia mulai membentuk segel tangan, Akan tetapi karena luka lukanya yang dia miliki di tubuh nya, itu membuatnya membutuhkan waktu lama saat dia membentuk segel tangan, Oleh karena itu…
Ke tiga musuh yang dapat dengan mudah menghindari serangan sia, mereka bertiga langsung meluncur ke arah sia, saat sia masih mencoba membentuk segel tangan.
Lalu dengan serangan yang terorganisir, mereka kemudian menusuk tubuh sia dengan tiga senjata milik mereka.
Jlebb….
Jlebb….
Jlebb….
Mendapati tiga tusukan di tubuhnya, saat itu sia sudah merasakan dirinya tidak memiliki kekuatan lagi.
Karena hal itu lah, Dia menyempatkan dirinya untuk melihat nona yang dia lindungi di belakang nya.
Dengan rambut merah dan mata biru, serta kulit putih yang terlihat seperti boneka, Saat ini Sia tidak melihat cahaya apapun di mata Nona nya.
Sia tidak Dapat membayangkan bagaimana sedihnya Nona saat mendapati kematian Tuan.
Dari kecil nona nya adalah seorang yang sangat menyedihkan, Usia yang seharusnya seorang anak mendapatkan cinta dari orang tua.
Nona nya tidak mendapatkan itu semua.
Dengan kematian ibunya saat kecil, meski nona tidak pernah menunjukan emosinya, namun Sia tahu bahwa Nona yang dia layani sangat menderita, dan menyalahkan dirinya sendiri.
Apalagi di tambah tuan yang tidak memberikan kasih sayang pada nona nya karena tidak bisa melupakan kematian istrinya.
Nona yang biasa di lihat Sia yang sangat Ceria dan seperti bunga Di musim semi, kini dia terlihat seperti Senja yang dapat menghilang kapan pun.
Sia inggin meminta maaf pada nona nya, karena dulu dia sempat berjanji saat dia melihat sebuah bayi kecil dan imut berambut merah, agar melindungi keceriaan nya apapun yang terjadi.
Namun di lihat dari ini, dan melihat bagaimana masa depan nona nya yang suram, itu membuat air mata tampa sadar keluar dari mata Sia.
"No-uhuk.. Nona lari.."
Saat itu, Ke tiga ninja yang menusuk sia menarik pedang yang di tancapkan ke tubuh nya, membuat nya terjatuh.
Namun dalam situasi sebelum dia terjatuh itu, Sia dapat melihat cahaya kembali ke mata nona nya, dan saat itu! Nona nya menatap sia dengan mata Lebar karena terkejut.
"No-Nona lari…"
Sebelum kesadaran nya menghilang dia meminta nona nya untuk segera lari dari sini apapun yang terjadi.
Lalu sepertinya hanya di situ saja yang Sia dapat lakukan, karena… setelah dia mengatakan itu, Kesadaran nya menjadi gelap, dan Sia akhirnya meninggal mengikuti Danto.