Chereads / 'SUMMER NIGHT' COTTAGE IN THE DEATH FOREST / Chapter 5 - Chapter 4 : Banyak Keanehan disini

Chapter 5 - Chapter 4 : Banyak Keanehan disini

Hadrian membuka mulutnya, keningnya mengerut, menandakan ia berpikir dengan serius.

"Semuanya, mulai dari pondok ini berada di hutan kematian, perempuan yang menyelamatkan kita, juga fakta bahwa dia tinggal dan bertahan hidup dilingkungan yang keras ini. Di mana banyak moster tingkat tinggi, dan banyak hal tercemar disini."

Alaric mengangguk, setuju dengan Hadrian.

"Ya kamu benar, aku bahkan sempat berpikir dia adalah bidadari atau malaikat yang jatuh dari langit tempat para dewa tinggal."

"Omong-omong aku baru ingat. Dia bisa melapalkan mantra teleportasi, tetapi mengapa dia juga bisa menggunakan kekuatan penyembuh, yang hanya bisa dilakukan jika memiliki kekuatan suci? Sementara itu, kekuatan suci dan sihir tak bisa hidup berdampingan di dalam tubuh manusia. Sifat keduanya bertolak belakang."

Alaric menambahkan dan mengungkapkan lebih banyak keanehan pada kekuatan milik Nona penyelamatnya. Ia baru mengingatnya lagi, membahasnya dengan bingung dan penuh tanya.

"Ya aku pikir itu juga aneh, dan mustahil. Haruskah salah satu dari kita membututinya saja?"

Alaric menggelengkan kepala. Menolak saran Hadrian.

"Sepertinya itu hanya akan membuat keberadaan kita semakin tak disukai oleh Nona. Aku pikir untuk saat ini, mari kita makan saja, aku sudah lapar karena belum makan selama dua hari penuh."

Hadrian memutarkan bola matanya, ia kira percakapan serius ini akan berlangsung lama. Namun Alaric yang ia kenal, benar-benar mudah terdistraksi dengan sesuatu yang ia pikirkan dan rasakan.

"Mau ku hangatkan sop nya untukmu?"

Hadrian mengajukan diri, ia tau jika ia membiarkan Alaric melakukannya sendiri, pondok ini akan berakhir terbakar atau paling tidak menyebabkan kekacauan yang akan membuat Nona pemilik Pondok marah.

"Ya! Mohon bantuannya."

Alaric tersenyum dengan lebar, ia dengan tak sabar hendak duduk di depan meja makan. Namun, setelah melihat handuk, ia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Laviertha sampai di Desa terdekat, ia memasuki toko pakaian dan membeli beberapa pasang pakaian untuk ketiga pria di pondoknya.

Desa ini, desa yang sama yang selalu ia kunjungi untuk mendapatkan bahan makanan dan keperluan lainnya.

Desa ini memiliki area yang mereka sebut jalan pasar, di mana terdapat banyak gerai toko, hingga lapak orang yang menjual barang mereka. Entah itu hasil dari tani, ataupun karya seni hingga barang antik.

Desa ini memasok banyak barang ke desa lain. Bisa dibilang desa ini pusat perdagangan untuk wilayah terpencil yang dekat dengan hutan kematian.

Toko-toko masih buka walau langit telah gelap dan jalan perlahan sepi. Setelah selesai membeli pakaian, Laviertha menuju toko langganannya.

Laviertha cukup dekat dengan pemilik toko, yang memiliki dua toko sekaligus, yang berdempetan satu sama lain. Yakni toko kelontong dan toko penjualan berbagai jenis tanaman, bibit tumbuhan, pupuk dan alat berkebun juga bertani.

Laviertha sedikit berbincang, kemudian mengambil pesanannya yang seharusnya ia ambil 2 minggu kemudian.

Setelah urusan di desa selesai, Laviertha berjalan ke arah hutan, kemudian pulang ke hutan kematian di mana pondoknya berada, dengan menggunakan ruang teleportasi.

Sebab jika ia melapalkan mantra teleportasi, dengan jarak yang jauh, seperti saat ini. Itu akan membebani tubuhnya. Kemudian membuatnya sakit untuk beberapa hari.

Laviertha membuka pintu pondok, kemudian disambut oleh Alaric dan Hadrian. Sementara Theodore masih tak sadarkan diri.

Setelah menaruh kantung belanjanya di meja makan, ia menuju Theodore memeriksa keadaannya. Kebingungan dengan Theodore yang tak tak kujung bangun walau sudah malam.

Laviertha menggumam kecil, mengatakan bahwa ia benar-benar sial hari ini. Ia berharap pria didepannya ini segera siuman hingga ia dapat mengusir ketiganya.

Lantas ia pergi ke atap pondok mengambil dua selimut dan dua bantal, untuk Alaric dan Hadrian. Ia menaruh itu di sofa.

Ia mencoba tak perduli dengan bagaimana mereka akan tidur, dengan menggunakan bantal dan selimut yang ia berikan.

Lantas Laviertha mengambil sebagian buah di keranjang yang ia petik siang tadi, semua roti tawar di meja juga selai yang ia buat sendiri, membawa semua itu ke atap bersamanya.

Sebelum benar-benar menaiki seluruh anak tangga ia berkata.

"Jika kalian lapar masak sendiri, bahan makan terdapat di ruang bawah tanah."

Ia menunjuk pintu dekat kabinet. Lantas menaiki seluruh anak tangga dan menutup pintu langit-langit atap. Menghilang di balik langit-langit pondok.

Sebenarnya Alaric dan Hadrian, keduanya menantikan kesempatan untuk berbicara kepada Nona penyelamat mereka. Terlebih banyak hal yang mengganggu pikiran mereka dan banyak yang ingin mereka tanyakan.

Apa daya, mereka sekarang hanya bisa menelan perasaan kecewa. Pada akhirnya setelah membuat makan yang hampir tidak layak makan, keduanya pun mengistirahatkan tubuh mereka.

Keduanya tertidur dengan harapan esok hari mereka mendapatkan kesempatan berbincang. Alih-alih berbincang, keduanya bahkan tak melihat Nona penyelamat turun dari atap pondok selama seharian penuh.

Hari kedua, pada pagi hari Alaric mengetuk pintu atap pondok, mengajaknya untuk makan bersama. Tetapi Laviertha berkata untuk tidak mengganggunya kecuali Theodore terbangun.

Keduanya bosan, tetapi mereka tak mampu memberanikan diri untuk keluar pondok. Ataupun sekedar membuka pintu keluar-masuk pondok.

Setelah itu, tepat 3 hari Laviertha memgurung diri di atap pondok. Akhirnya Laviertha turun setelah stok makan yang ia miliki habis.

Hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa keadaan Theodore yang masih belum sadarkan diri, kemudian menghela nafas berat dengan dahi yang berkerut.

Alaric yang awalnya senang dan hendak mengajaknya berbicara, mengurungkan niat. Kemudian Laviertha mendekat ke kabinet, setelah mengambil beberapa bahan makanan di ruang bawah tanah yang merupakan ruang penyimpanan.

Ia membuat roti lapis sederhana dan memakannya di meja makan, menemukan Alaric dan Hadrian menatapnya dan terlihat kelaparan.

Dengan enggan ia membuat roti lapis lebih bayak dan meninggalkannya di meja makan. Lantas menyuruh keduanya makan, ia pun pergi ke kamar mandi, karena beberapa hari belakangan ia tidak membersihkan diri dengan benar.

Setelah ia selesai mandi, kedua pria tersebut juga selesai makan. Laviertha merasa aneh mengapa mereka terlihat begitu kelaparan, padahal ia telah membiarkan keduanya menyentuh bahan makanan yang ia miliki di ruang bawah tanah.

Laviertha tak mengetahui seberapa sengsaranya keduanya, setelah mencoba memasak dan hasilnya sangat buruk, makanan yang mereka buat sedikit layak untuk dimakan, walau membuat keduanya ingin muntah.

Baik Hadrian dan Alaric tak pernah sekalipun masak dan membuat makan sendiri. Keduanya merupakan bangsawan sejati, tak pernah sekalipun mereka menyentuh alat masak. Mereka sendari lahir telah mempercayakan makanan yang mereka makan ke Juru masak dan Koki.

Oleh karena itu makanan yang mereka masak benar-benar buruk. Mereka bisa bertahan berhari-hari dengan memakan sayuran rebus yang hambar dan menghemat stok buah dan minum banyak air.

Laviertha melirik keranjang buah yang telah kosong, ia berniat untuk memetik beberapa keranjang buah. Awalnya ia hendak pergi sendiri seperti biasa, tapi ia berubah pikiran.

Kedua pria itu harus diberi pengetahuan untuk dapat mencari makanan mereka sendiri di hutan ini. Karena setelah Theodore sadar ia akan langsung mengusir keduanya dari pondoknya.

"Kalian berdua ikutlah denganku, kita akan ke belakang pondok untuk memetik beberapa buah ataupun sayur"

"Ya?"

Alaric maupun Hadrian keduanya memasang wajah bertanya-tanya, betapa tiba-tibanya. Apalagi buah dan sayur yang ditanam di belakang pondok, itu berarti ditanam di hutan ini.

Di mana hutan ini terkenal dengan tanahnya yang tercemar, membuat tumbuhan yang tumbuh sebagai tanaman racun.

"Tak akan ikut?"

Laviertha telah melangkahkan kakinya ke teras depan pondok, sedangkan keduanya masih mematung, mengolah informasi di kepala mereka.

"Kami akan ikut."

Keduanya kompak, lantas Laviertha menyuruh untuk membawa keranjang buah lain di atas rak kabinet.