"Hehehe..... Kalian terkejut bukan? Mengapa Demon telah muncul di Dungeon ini, apakah dungeon ini punya monster seorang Demon tapi tebakan kalian salah!" Kata Demon tersebut dengan ekspresi meremehkan.
Edward menelan air liurnya dan mulai merencanakan untuk melawan Demon yang ada dihadapannya ini.
"Aku menyelinap ke sini, tidak bukan hanya aku tapi kami menyelinap ke benua Manusia!!" Teriak Demon itu dengan ekspresi bangga terlukis di wajahnya.
Dia penuh dengan kepercayaan diri dan tidak peduli bahwa dirinya menyebarkan fakta kalau mereka telah menyelinap ke benua manusia yang merupakan misi yang sangat rahasia dari atasan para ras Demon.
Bagi dirinya sang Demon, Reyn dan yang lainnya adalah daging yang siap di santap nya kapan saja dia mau. Jadi dia tersenyum sinis dan mengeluarkan keluhannya atas kerahasiaan mereka yang datang ke benua manusia.
Demon ini tidak senang dengan kenyataan bahwa mereka menyelinap ke dunia manusia, baginya yang telah memakan manusia beberapa kali merasa dirinya lebih superior dibandingkan ras manusia jadi dia frustasi tidak bisa memburu di kota atau bahkan desa kecil di perkampungan.
Manusia adalah ras yang lemah bagi dirinya.
"De-Alura Es-Careasa" Teriak Marry yang telah melantunkan mantra sejak awal Demon itu menampakkan dirinya sebagai Demon dan mengeluarkan sihir Debuff terbaiknya.
"Mm?" Demon itu merasa aneh, dia melihat ke atas muncul lingkaran sihir yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Dia pun menghindar tapi lingkaran sihir ini mengikutinya.
De-Alura Es-Careasa adalah sihir tertinggi bagi Priest dan hemat energi, sihir ini sangat sulit dipelajari tapi setelah mempelajarinya mereka akan sangat populer untuk digunakan sebagai Debuff paling luar biasa. Jika musuh terkena Debuff ini maka kecepatan, kekuatan, daya tahan dan energi magis mereka menjadi sangat lemah, setidaknya 30% akan berkurang.
"Ini tampak merepotkan" Gumam Demon tersebut sambil menatap kejam kepada Marry.
Dia menunjuk ke arah Marry dan di jari telunjuknya muncul lingkaran sihir berwarna merah darah dan siap melancarkan serangan sihir.
Tentu saja Nathan yang mengamati Demon itu, dia tidak akan membiarkannya dan telah mempersiapkan serangan, dia menembakkan panah meskipun dirinya sudah sangat kelelahan.
Demon itu melihat Nathan tapi malah tersenyum mengejek.
"Lambat!"
Sihir demon telah selesai dan keluar laser merah dari jarinya menuju Marry, serangan panah sihir biasa Nathan di hancurkan dengan mudah.
Agusto membawa Perisai berkaratnya dan menangkis serangan laser dari demon tersebut.
"Oh? Perisai itu adalah sebuah artefak?" Seru Demon dengan takjub.
Agusto membuat ekspresi bangga dan berkata dengan nada lantang.
"Tentu saja, ini adalah tameng yang di gunakan pahlawan zaman dulu yaitu Rostean"
"Pahlawan kah? Meskipun Perisai itu sudah sangat rusak dan berkarat tapi masih sangat kokoh, memang sesuai namanya Tameng Sang Pahlawan, Aegis..... Di masa puncak nya bahkan berhasil menangkis serangan Demon God kita"
Demon itu sangat takjub dan merasa Agusto sangat beruntung mendapatkan peralatan sang pahlawan kuno yang telah mencatatkan namanya dalam sejarah dan menjadi legenda yang masih di kenang sangat baik di masa ini bahkan di kalangan para demon.
Reyn muncul disamping Demon tersebut dan menebasnya dengan kuat.
"Aduh-duh-duh" Demon tersebut teriak kesakitan karena dia terlambat menghindar tebasan Reyn.
Perut bagian kanannya hampir saja putus, untungnya Demon itu berhasil menghindar tapi perutnya telah koyak dan terluka parah.
Reyn berhasil menyerang Demon itu dikarenakan demon tersebut telah terkena Debuff dan fokus nya teralihkan.
"Berengsek!!!" Teriak demon melayangkan cakaran ke Reyn. Cakarannya dilapisi oleh sihir yang luar biasa kuat dan lingkaran sihir muncul di setiap lengannya.
"Mati kau!!"
Reyn mundur dengan tergesa-gesa, tekanan dari sihir Demon ini sangat luar biasa.
"De-Fie"
Sihir di tangan demon itu menghilang, Marry menggunakan sihir sucinya untuk menghilangkan sihir lawan.
Jadi cakaran Demon itu seperti cakaran biasa, kecepatannya hilang dan jarak jangkauannya terbatas lengannya.
Reyn berhasil menghindarinya dengan tepat.
'Terima kasih Marry' Batin Reyn.
"Kau lagi!!!" Teriak Demon sambil menatap Marry dengan tajam.
Marry hanya menjulurkan lidahnya untuk memanasi Demon tersebut dan dia sangat kesal kepada Marry.
'Siapa suruh meremehkan kami dan tidak waspada' Batin Marry.
Tapi Demon itu tiba-tiba merasa ada yang aneh dan tersadar.
"Mm? Kemana perginya si penyihir?" Gumam Demon sambil mengamati sekitar.
Dia sekarang waspada, meskipun terluka tapi Demon ini masih sanggup bertempur walaupun tidak berada di puncaknya lagi.
Sekarang dia hanya melihat lima petualang di hadapannya dan satu orang lagi telah menghilang tanpa disadarinya.
Tentu saja dia merasa aneh, persepsinya tidak begitu rendah sampai seorang berhasil kabur dari pandangannya terlebih lagi di ruangan ini tidak akan bisa keluar kecuali berhasil menemukan kunci rahasia atau mengalahkan bos ruangan ini jadi Demon itu mulai mempertajam indranya.
"-walau dunia akan hancur, kesucian mulai luntur dan kejahatan merajarela! Aku tetap pada pendirianku...."
Demon terkejut dan langsung mencari sumber suara tanpa sepatah kata pun, dia mulai fokus.
"WAHAI DEWA API"
Anehnya dia tidak menemukan sumber suara tersebut dan merasa ada yang salah, perasaan dingin muncul di punggungnya.
"Limpahkanlah kekuatan pada tubuh lemah ini untuk menghancurkan para pendosa yang menzolimi jalanmu"
Demon itu sangat kesal dan mulai mengeluarkan sihirnya dengan luar biasa tapi tetap tidak merasakan dimana penyihir itu berada.
'Ilusi!?? Berengsek, sejak kapan....' Batin Demon, dia sadar mengenai fakta kalau dirinya telah terkena ilusi yang kuat.
Marry tersenyum menghina, Demon itu tahu siapa yang memberinya ilusi setelah melihat ekspresi Marry. Reyn telah menjauh dari demon dan bukan hanya Reyn tapi mereka semua yang ada di ruangan ini mengambil langkah mundur dan menjaga jarak.
Demon sangat sadar akan itu dan mulai mendekati mereka tapi dia sudah terlambat menyadarinya. Mungkin karena dia terlalu fokus mencari sang penyihir membuatnya lambat menyadari fakta mereka semua menjauh darinya.
Tapi semua itu telah terlambat dan dia sadar akan hal itu, tanpa ragu Demon itu mengeluarkan sihir pertahanan yang berlapis-lapis secara paksa.
Sihir Edward telah selesai dilantunkan.
"MURKA DEWA API - YE-ROHENDO! SKOCHI!!!"
Sekarang, kemarahan dewa api turun dari langit dan membumi hanguskan apapun yang berada di jalurnya.
Edward terjatuh lemas karena mengeluarkan sihir terlarang kelas 8 ini.
Reyn bertanya-tanya mengapa petualang rank C seperti Edward bisa mengeluarkan sihir terlarang yang hanya bisa dikeluarkan oleh Archmage dan hanya seorang penyihir tingkat Archmage bisa menggunakannya, setidaknya itulah aturan sihir yang di ketahui Reyn.
Tapi Reyn tidak mau bertanya, karena setiap orang memiliki rahasia mereka masing-masing dan yang lainnya juga memiliki pikiran yang sama seperti Reyn.
"Apakah kita menang?" Tanya Fredo dengan ekspresi tak percaya karena dia tidak bisa merasakan hawa kehidupan lagi dari mayat Demon yang gosong dibakar oleh sihir terlarang Edward.
"Mungkin...." Jawab Nathan yang telah terduduk lemas di belakang mereka semua.
Agusto menyipitkan matanya.
"Aku rasa tidak.... tidak akan berakhir begitu saja dan kalau mudah keluar dari bencana di Dungeon bukan Dungeon namanya " Kata Agusto sambil menunjuk sumber bencana berikutnya.
Edward yang kelelahan menatap langit-langit dengan ekspresi jelek.
"SIALAN!!! Ini menyebalkan, sangat menyebalkan..... kenapa harus sekarang?" Gerutu Edward dengan ekspresi mengerikan.
Lapisan warna-warni muncul dan mulai retak, sang bos lantai mulai muncul, bos ruangan yang megah ini.
Peti Mati Besar Mesir kuno muncul dari retakan tersebut dan keluarlah sosok paling di takuti oleh orang-orang zaman kuno.
Dewa Neraka dan Kehancuran, sang Anubis yang agung telah muncul.
"Tidaaaak!!!" Teriakan sedih seorang wanita terdengar menyedihkan.