Chereads / AL HIKAM / Chapter 97 - Antara Nikmat Iijaad dan Nikmat Imdaad

Chapter 97 - Antara Nikmat Iijaad dan Nikmat Imdaad

Makhluk manusia dalam segala nikmat yang dikurniakan Allah s.w.t. atasnya tidak sunyi dari dua macam keadaan. 

Pertama, nikmat Iijaad, yakni Allah menciptakan manusia itu dari tidak ada kepada ada. 

Kedua, nikmat Imdaad, yakni Allah s.w.t. memberikan bantuan-bantuanNya atas kelangstingan makhluk yang telah diciptakanNya itu, kelangsungan pada hidupnya. 

Tegasnya, kelangsungan sampai di mana berakhir ciptaan Allah atas wujud makhluk. Untuk menerangkanhakikat kedua nikmat ini, yang mulia Al-Imam Athaillah Askandary telah merumuskannya dalam Kalam Hikmah beliau yang ke-97 sebagai berikut:

"Dua nikmat yang tidak keluar makhluk maujud daripada keduanya. Dan tidak dapat tidaklah bagi setiap makhluk maujud dari keduanya. Itulah nikmat menciptakan dan nikmat memberikan bantuan kelangsungan adanya makhluk itu. Allah memberi nikmat atasmu kali pertama dengan menciptakan, dan kali kedua dengan beruntunnya nikmat pemberian bantuan."

Kejelasan daripada Kalam Hikmah ini, adalah sebagai berikut:

I. Secara lahir Kalam Hikmah ini tidak dipandang, tetapi terdiri dari dua potong susunan kalimatnya. Karena itu maka hikmah yang berikutnya yang dimulai dengan An'ama Alaika Awwalan .... hingga akhirnya adalah· merupakan sambungan yang sangat erat sekali dari Kalam Hikmah sebelumnya. Justeru itu kami menganggap keduanya itu seperti Kalam Hikmah yang satu. Dan kami menghitungnya sebagai Kalam Hikmah-Kalam Hikmah sebelumnya.

II. Sebagaimana dimaklumi bahwa makhluk, apa saja asal bersifat dengan "makhluk", tidak ada yang menjadi tanpa dijadikan oleh yang Maha Menjadikan atau tanpa diciptakan oleh yang Maha Menciptakan. Yang menjadikan dan yang menciptakan tidak lain selain hanya Allah s.w.t. Jika Allah s.w.t. tidak menciptakan sesuatu, dan tidak menjadikannya, pastilah sesuatu itu tidak akan ada dan berkekalanlah ia dalam tiada. Tuhan yang menjadikan sesuatu, atau Tuhan yang menciptakan sesuatu disebut dengan nikmat lijaad. Dan inilah yang dimaksud dengan firman Allah dalam Al-Quran:

"Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan engkau pada sebelumnya, padahal engkau ketika itu belum ada apa-apa." (Maryam: 9)

Kemudian dalam Al-Quran, Allah berfirman lagi:

"Dan kalau tidak kurnia Tuhanku sudah pasti aku termasuk orang-orang yang dibawa (ke neraka)." (As-Shaffat: 57)

Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa adanya makhluk apa saja di dunia ini adalah karena dijadikan Allah dan diciptakanNya. 

Sedangkan ayat yang kedua menggambarkan bahwa keselamatan dunia akhirat juga semata-mata dengan nikmat Allah, yakni Allah s.w.t. memberi petunjuk kepada kita jalan yang benar, sehingga kita selamat di dunia dan selamat di akhirat.

III. Harus kita ketahui benar-benar bahwa Allah s.w.t. menciptakan kita sebagai manusia, pada khususnya disebut dengan nikmat, artinya kurnia. Sebab Allah terkaya dari manusia, yakni tidak perlu dan tidak berhajat kepada manusia. Andainya dia tidak menjadikan manusia, maka tidak mengurangi kepada keagungan dan kebesaranNya. Demikian pulalah antara Allah dengan makhluk-makhluk lainnya. Kemudian setelah makhluk dijadikan olehNya, tentu nikmat kedua ialah, berlangsungnya kehidupan makhluk itu, sampai pada waktu yang tertentu, atau pada zaman yang terbatas.

Dan ini merupakan nikmat kedua. Sebab apabila Allah berkehendak, Dia boleh mematikan makhluk itu sekejap setelah Dia menciptakannya.

Jadi, Dia tentu tidak apa-apa. Tetapi makhluk tentu menginginkan supaya wujudnya yang telah diciptakan Allah hidup terus setelah itu. Meskipun sifatnya terbatas atau sementara. Dan sesuai dengan sunnah Allah, bahwa berlangsungnya hidup. sesuatu makhluk adalah dengan proses-prosesnya, seperti Allah mengurniakan kepada makhlukNya makanan, minuman dan lain-lain. Ini semua dapat kita lihat sesuai dengan hakikat masing-masing dari makhluk-makhluk Allah yang bermacam-macam itu. Misalnya hakikat hidup manusia pada keberlangsungan hidupnya itu tentu berlainan dengan binatang-binatang lain. Dan hakikat hidup binatang-binatang berlainan pula dengan hakikat hidup tanam-tanaman. Demikianlah seterusnya. 

Semuanya itu jika tidaklah dengan bantuan Allah s.w.t. pasti hidup makhluk itu tidak bertahan seperti yang kita lihat bersama. 

Kesimpulan:

Orang yang benar-benar beriman kepada Allah s.w.t. mereka tidak lupa kepada Allah. Sebab Allah telah memberi nikmat sejak dari asal mula hidupnya manusia hingga seterusnya. Asal mulanya manusia pada khususnya, dan alam pada umumnya tidak ada, kemudian diadakan oleh Allah. Dan setelah adanya, maka Allah memberikan nikmat-nikmatNya lagi, baik nikmat lahir maupun nikmat batin, yang kesemuanya itu untuk melanjutkan nikmat pertama tadi, yakni nikmat menjadikan dan nikmat menciptakan. Dan nikmat-nikmat seterusnya ialah untuk keberlangsungan hidup makhluk, meskipun terbatas, tetapi juga merupakan kurnia-kurnia Allah yang harus disyukuri.

Berbahagialah orang yang dapat menyadari apa yang ada ini adalah sebagai nikmat dan kurnia Allah. Dan celakalah orang yang tak ada ilmunya dalam masalah ini. Atau belum sadar atau tidak mau mengikuti petunjukNya.

Dan tentunya, seperti yang telah dibentangkanNya dalam kitab suciNya, Al-Quran Al-Karim, dengan penjelasan Hadis Nabi dan fatwa-fatwa para Ulama. Inilah maksud firman Allah dalam AlQuran:

"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Allah telah mengadakan apa yang ada di langit dan di bumi, dan dicukupkanNya kurniaNya yang lahir dan yang batin untuk kamu? Tetapi di antara kamu manusia itu ada yang membantahNya tanpa pengetahuan, tanpa pimpinan dan tanpa kitab yang memberikan penerangan." (Luqman: 20)

Mudah-mudahan kita dijadikan Allah s.w.t. sebagai hamba-hambaNya yang selalu ingat pada nikmat-nikmatNya di mana dengan demikian itu kita dapat bersyukur kepadaNya dengan taat dan dalam arti yang sempurna lahir dan batin.

Amin, ya Rabbal-'alamin!