Bahwa ibadat dan taat kepada Allah s.w.t. tidaklah khusus pahalanya di akhirat saja, tetapi juga sebelum kita sampai di akhirat, juga Allah memberikan kurnia ganjaran pahala bagi hamba-hambaNya yang berbuat taat di dunia ini. Kurnia apakah yang paling berharga diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh itu, Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary menjawabnya dalam Kalam Hikmahnya yang ke-90 sebagai berikut:
"Cukuplah pembalasan kurnia Allah kepada anda atas taat, bahwa Dia merelakan anda sebagai ahli kepada taat itu."
Maksud Kalam Hikmah ini ialah sebagai berikut:
I. Umumnya sifat manusia dalam menghadapi taat dan ibadat selalu diliputi dengan malas dan tidak mementingkan taat dan ibadat itu. Itulah kekurangan manusia yang tidak memberikan perhatian yang sesungguhnya dalam mentaati Allah s.w.t. Oleh karena itu apabila kita dapat bersabar dan dapat mengatasi keadaan yang tidak baik pada diri kita, bersabar menghadapi taat, bersabar mengerjakan ibadat di samping bersabar menjauhkan segala sesuatu yang tidak baik, maka dengan berkat kesabaran itu di samping terus tekun, Insya Allah s.w.t. di dunia ini Allah akan memberikan taufiqNya kepada kita, sehingga kita ringan bahkan gembira menghadapi taat dan amal-amal kebaikan itu. Apabila Allah telah memberikan taufiq kepada kita sedemikian rupa, berarti Dia telah meridhai kita selaku hambaNya yang sudah mulai patuh berta'abbud dengn 'ubudiyah yang hakiki kepadaNya. Inilah balasan taat yang sabar dan tekun yang dikurniakan Allah kepada hambaNya yang saleh di dunia ini.
II. Apabila Allah telah mengurniai kita dengan nikmat taufiq sedemikian rupa, berarti martabat kita dan nilai kehambaan kita di sisi Allah s.w.t. telah mulai beransur naik dan telah mulai ditingkatkanNya.
Perhatikanlah diri kita selaku manusia, di mana merupakan hamba Allah yang tidak sunyi dari kerendahan dan kehinaan, tentulah saja apabila dibandingkan dengan Allah yang Maha Tinggi adalah di atas segala-galanya dan yang Maha Besar atas semuanya. Pastilah bagaimanapun ta'abbud kita kepadaNya, namun tidak sunyi dari kekurangan-kekurangan. Tetapi apabila kita betul-betul tekun dan ikhlas dalam beribadat dan beramal semata-mata karena Allah s.w.t., pastilah kekurangan-kekurangan itu tidak diambil perhatian olehNya.
Bahkan Dia memberi taufiq kita lagi untuk mendekatkan diri kita kepadaNya dengan jalan keimanan kita bertambah dikuatkan olehNya dan dengan jalan kita diridhai olehNya, sehingga kita menu rut Allah, dijadikanNya sebagai hamba-hambaNya yang layak dan patut mengerjakan taat dan ibadat yang bernilai baik, atau lebih baik di sisi Allah s.w.t. Bukankah ini suatu nikmat yang besar atas kita, karena berarti taat dan ibadat kita tambah diperteguh dan tambah diberikan dorongan oleh Allah s.w.t. untuk lebih sempurna dan untuk naik sedikit demi sedikit pada nilai yang baik dan lebih baik di sisi Allah s.w.t.
Kesimpulan:
1. Janganlah kira bahwa pahala itu adalah di akhirat saja, tetapi juga pahala dari taat kepada Allah s.w.t. akan kita dapati pula di dunia ini. Asal saja ketaatan kita kepadaNya baik dan ikhlas.
2. Balasan taat yang bernilai baik, atau lebih baik, yang diberikan Allah kepada hambaNya yang saleh di dunia ini ialah taufiqNya, di mana dengannya kuat keimanan kita dan ringan menghadapi taat dan ibadat, sehingga Allah meridhai pula bahwa kita selaku hambaNya sudah mulai layak dan patut dalam memberikan ta'abbud kepadaNya.
Mudah-mudahan Allah s.w.t. menjadikan kita selaku hambahambaNya yang selalu di bawah naungan taufiq dan hidayatNya, di samping rahmatNya dalam hidup dan kehidupan, bersinarkan wahyu keridhaanNya.