Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara zahir dunia dan hakikatnya, maka yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkan dalam Kalam Hikmahnya yang ke-85 sebagai berikut:
"Alam-alam nyata itu, (pada) lahiriahnya tipudaya, dan batinnyalah yang jadi tolak ukuran (yang berguna). Maka diri manusia melihat kepada lahiriah hiasannya, sedangkan hati melihat kepada hakikat tolak ukurnya itu."
Kalam Hikmah ini mengandung pengertian sebagai berikut:
I. Yang dimaksud dengannya "Al-Akwaan" ialah alam mayapada ini, berupa matabenda dunia keseluruhannya, di mana nafsu mengambil keuntungan daripadanya.
Dunia dengan matabendanya dan hiasannya itu adalah menarik, manis dan menggembirakan. Apabila kita lihat lahiriah dunia di mana sinarnya mengkilaukan, tidak ada manusia yang tidak tertarik kepadanya. Justeru itulah dunia itu boleh menipu orang-orang yang tidak kuat pendirian keimanannya, sebab cepat tertipu dengan kemanisan dunia ini. Tetapi orang yang berakal, ialah orang yang melihat kepada batin dunia dan kepada hakikatnya. Dia menjaga dirinya untuk jangan sampai terpedaya dengan kejelekan dunia. Sebab dunia ini banyak susahnya daripada senangnya. Lebih banyak mengacaukan hati dan memusingkan otak. Lebih banyak membawa kepada tidak tenang hati dan perasaan, dan lebih banyak membawa kepada kesibukan-kesibukannya. Karena itulah, maka orang yang berakal melihat dunia itu bukan tempat bersenang-senang, karena dunia ini tidak sunyi dari kotor di sana-sini.
Hamba-hamba Allah yang saleh pada zaman dahulu apabila datang dunia kepada mereka, mereka berkata: "Itu adalah dosa yang mempercepat datangnya siksa.,'' Tetapi apabila datang kepada mereka "ketiadaan" mereka berkata: "Selamat datang lambangnya orang-orang yang saleh!"
Lihatlah Rasulullah s.a.w. kepada beliau diserahkan Allah kunci-kunci perbendaharaan bumi, tetapi beliau enggan menerimanya.
Bahkan beliau lebih mau memilih biarlah lapar pada satu hari dan kenyang pada hari yang lain. Sebab Nabi melihat bahwa dunia ini bukanlah negeri yang kekal abadi, tetapi negeri yang hanya sekedar sementara saja di samping tidak sunyi dari kekurangan-kekurangan.
II. Pendirian Nabi s.a.w. yang demikian itu diturut pula oleh hamba-hamba Allah yang saleh. Mereka itu semua telah diberi inayah oleh Allah s.w.t. sehingga mereka tidak tertipu melihat sesuatu.
Pendirian yang demikian itu telah digambarkan oleh Allah s.w.t. dalam Al-Quran Al-Karim:
"Dan jangan kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cubai mereka dengannya. Dan kurnia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (Thaha: 131)
Ayat ini mengungkapkan kepada kita, bahwa dunia itu tidak sunyi dari fitnah. Melihat dunia tanpa menjaga pendirian adalah tercela, meskipun kadang-kadang hal keadaan itu hukumnya tidak haram, tetapi jika Rasulullah s.a.w. sudah sedemikian rupa tentulah kita harus menjadikan keadaan Nabi sebagai contoh tauladan bagi kita semua.
III. Apabila melihat kepada lahiriahnya dunia seperti yang telah tergambar di atas, maka orang-orang berakal melihat dunia itu seolah-olah ia hidup selama-lamanya, yakni yang bersangkut-paut dengan sesuatu yang bersifat sekular (duniawi) ditangguhkannya pada waktu-waktu yang lapang dan tidak harus mesti buru-buru.
Tetapi jika mereka melihat akhirat, berfikir tentang mati, merenungkan tentang hari kemudian dalam arti yang luas, perasaan mereka memastikan, bahwa waktu sangat sempit sekali, dan harus kita beramal sekarang juga, karena seolah-olah kita akan meninggalkan dunia ini esok hari.Inilah pengertian dari Hadis Nabi yang berkata:
"Beramallah anda buat (kepentingan) duniamu seolah-olah anda akan hidup buat selama-lamanya. Dan beramallah buat (kepentingan) akhirat anda seolah-olah anda akan mati esok hari."
Kesimpulan:
Dunia ini lahiriahnya adalah sebab pada tertipu ummat manusia dengannya, karena keindahannya. Tetapi penglihatan yang paling berguna untuk keselamatan diri di akhirat adalah melihat kepada batin dunia dan hakikatnya. Sebab batinnya adalah tempat bersarang fitnah, keji dan kotor.
Karena itu janganlah tertipu kepada lahiriah dunia, tetapi lihatlah kepada batin dunia yang sebenarnya. Mudah-mudahan pandangan kita dan pendirian kita demikianlah hendaknya.
Amin, ya Rabbal-'alamin!