Chereads / AL HIKAM / Chapter 82 - Efek-Efek Dari Basath dan Qabadh

Chapter 82 - Efek-Efek Dari Basath dan Qabadh

Apa itu Basath dan Qabadh? Dan mana yang lebih ditakuti oleh para 'Arif dari antara keduanya, sudah kita terangkan sebelumnya. 

Kemudian hendaklah kita ketahui pula efek-efek dari tiap-tiap keduanya itu. Untuk itu yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah mengambil kesimpulan rumusannya dalam Kalam Hikmah beliau yang ke-82 sebagai berikut:

"Basath (suka dan gembira) di mana nafsu mengambil keuntungan daripadanya dengan ada kesukaan dan kegembiraan. Dan Qabadh (kesusahan dan kegundahan) adalah tidak ada keuntungan nafsu daripadanya."

Kalam Hikmah ini penjelasannya sebagai berikut:

I. Sebagaimana telah kita maklumi sebelumnya, bahwa memelihara nikmat Tuhan yang dikenal dengan Basath adalah lebih sukar daripada memelihara nikmat Qabadh. Sebab pada nikmat Basath di mana nafsu dapat juga mengambil keuntungan, disebabkan kesukaan dan kegembiraan adalah keadaan yang dapat sejalan dengan nafsu. Tetapi berlainan dengan nikmat Qabadh, sebab selalu susah dan gundah, karena itu tidak menguntungkan nafsu. 

Manusia apabila mendapatkan nikmat makrifat, adakalanya dengan perantaraan Qabadh atau dengan perantaraan Basath. Nikmat-nikmat ini Tuhan kurniakan kepada manusia tersebut, maksudnya supaya manusia itu betul-betul dapat menunaikan 'ubudiyahnya atau kehambaannya yang hakiki kepada Allah s.w.t. Jika seorang wali Allah dirasakan Allah buatnya dengan nikmat Qabadh, maka yang bersangkutan dapat mengetahui. Karena setiap sesuatu yang datang mesti ada sebabnya, cuma adakala sebab-sebabnya itu dapat diketahui atau tidak. Adapun sebab-sebab Qabadh, yakni kenapakah datang susah dan gundah pada kita, ada tiga macam atau lebih:

[a] Disebabkan dosa-dosa yang kita kerjakan, apakah dosa-dosa itu besar atau kecil. Tetapi yang sudah terang, hati kita selalu susah dan gundah karena dosa-dosa itu. Sehingga kita payah menghilangkan kesusahan dan kegundahan itu. Terkecuali jika kita taat kepada Allah, kembali kepada jalanNya dan tidak akan mengerjakan lagi atau mengulangi dosa-dosa yang telah dikerjakan. Dengan ini Insya Allah barulah dadanya lapang, pcrasaannya lega dan hatinya mulai tenang dan tenteram. 

[b] Disebabkan kehilangan dunia atau bcrkurangnya dunia itu dari kita. Jika kita susah dan gundah karena itu, maka tidak ada jalan lain sdain kita harus menyerah kepada Allah s.w.t., ridha kepada ketentuan-ketentuanNya dan mdihat diri sampai di mana dunia itu selama ini tdah kita pakai, telah kita manfaatkan dan telah kita kerjakan.

Dengan menyerah kepada Allah, ridha kepada qadha' dan qadarNya dan selalu menghitung ke jalan mana-manakah dunia itu telah dikerjakan, Insya Allah s.w.t. hati kita akan mendapatkan ketenangan dan kelegaan. 

Sebab jika tidak demikian pastilah seolah-olah kesusahan dan kegundahan itu tidak akan berakhir. Sebab dunia ini laksana roda, sekali di atas sekali di bawah. Pada waktu sekarang kesempatan pada orang lain, dan mungkin pada masa datang kesempatan itu diberikan Tuhan buat kita. Karena itu janganlah susah dan janganlah berkecil hati.

[c] Disebabkan dianiaya orang, disakiti orang atau disingkirkan orang dari kedudukan dan jabatan misalnya. Karena itu seseorang itu susah dan gundah. Hendaknya janganlah susah dan gundah karena itu. Bersabarlah dan tahanlah sedapat mungkin perbuatan aniaya orang lain terhadap kita. 

Jika kita tidak bersabar, tapi selalu saja susah dan gundah meskipun susah dan gundah itu kita ajukan kepada Allah, berarti kita menemui dua aniaya; 

Pertama, aniaya orang terhadap diri kita disebabkan hal-hal di atas. 

Kedua, aniaya diri kita sendiri buat diri kita sendiri. 

Alangkah ruginya orang yang demikian, sudah datang penyakit dari luar dan membuat penyakit pula buat diri. Oleh sebab itu jika ingin ketenangan, tidak lain jalannya, selain sabar hendaklah menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah  s.w.t. Sebab Tuhan Maha Mengetahui, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.

[d] Disebabkan hal-hal yang lain, yang menimbulkan susah dan gundah.

II. Apabila susah dan gundah itu tidak kita ketahui sebab-sebabnya, ketahuilah bahwa waktu-waktu itu tidak keluar dari malam dan siang. Susah dan gundah laksana malam, dan jangan lupa bahwa satu waktu susah dan gundah itu akan hilang, dan bergantilah dengan suka dan gembira laksana muncul siang setelah malam. Yang pen ting bagi kita supaya tenang dan tabah menghadapi segala apa yang kita susahkan itu. Tenang pada perkataan, tenang pada perbuatan dan tindak-tanduk, dan tenang pula pada kehendak dan keinginan. Insya Allah s.w.t. jika kita terus bertenang, malam akan berakhir dengan timbulnya surya di pagi hari. Atau kegelapan malam itu akan lenyap jika bintang telah terbit, sebab kita telah terang dengan cahayanya.

Atau bulan telah memperlihatkan dirinya, sebab jalan-jalan yang dilalui telah terang bagi kita. Atau matahari telah naik ke langit sedemikian rupa di mana kita dapat melihat segala-galanya. Susah dan gundah laksana malam, sedangkan ajaran agama dan tuntunannya laksana bintang-bintang. Susah dan gundah laksana malam, sedangkan tauhid kepada Allah laksana bulan yang menerangi kegelapan malam. Susah dan gundah laksana malam, tetapi makrifat kepada Allah, dekat dan betul-betul kenal kepadaNya adalah laksana matahari yang sedang tertancap di tengah angkasa, di mana seluruh isi alam ini jelas kelihatan sedemikian rupa. Karena itu tenangkanlah hati, lapangkanlah dada, serahkan segala apa yang kita susahkan itu kepada Allah dengan mengamalkan ajaran-ajaranNya yang dibarengi dengan tauhid kepadaNya dan dihayati dengan makrifat yang sebenarnya kepadaNya.

III. Adapun jika Tuhan melimpahkan kepada kita kesukaan dan kegembiraan yang tebal dan mengasyikkan, juga masalahnya tidak sunyi apakah kita mengetahui sebab-sebabnya atau tidak. Jika kita ingin mengetahui sebab-sebabnya, maka tauhid dan tasawuf telah menetapkan bahwa sebab-sebabnya itu ada tiga:

[a] Disebabkan bahwa taat kita kepada agama bertambah, segala perintah Allah kita kerjakan, bahkan sampai kepada anjuran-anjuranNya.

Segala larangan Allah kita tinggalkan, bukan yang haram-haram saja, tetapi sampai kepada yang makruh dan khilaf aulaa, yakni hal-hal yang tidak baik, menurut akal dan perasaan selaku Mukmin–Muslim.

Suka hati kita dan gembira perasaan kita, karena itu semua! Oleh sebab itu jagalah dan peliharalah nikmat Allah itu serta hayatilah dalam hati dan perasaan, bahwa itu semua adalah karena nikmat Allah, pemberianNya dan kurniaNya, bukan semata-mata karena kita. Jika kita pelihara yang demikian itu, dan demikianlah penghayatan hati dan perasaan kita, Insya Allah taat dan ketaatan kita kepada Allah, nilainya besar dan nilainya tinggi di sisi Allah s.w.t..

[b] Disebabkan karena nikmat dunia yang dilimpahkan Allah kepada kita bertambah-tambah, badan kita sihat, keluarga dan anak-anak kita sihat wal afiat semuanya, rezeki kita mudah, usaha kita maju, segala cita-cita berhasil dan lain-lain sebagainya.

Justeru itu kita gembira dan justeru itu pula selalu kita dalam keadaan suka. Tapi awas! Jangan tertipu dan terpesona dengan nikmat dunia itu, sehingga kita lupa dan lalai kepada Allah s.w.t., sehingga perintah-perintahNya kita tinggalkan dan sehingga larangan-laranganNya kita kerjakan. Jika ajaran agama tidak kita indahkan, dan jika kita lupa kepada Allah s.w.t.; awaslah dan takutlah pada bahaya-bahaya yang terkandung dalam nikmat-nikmat itu. Oleh sebab itu wajiblah kita mengimbangi kesukaan dan kegembiraan dengan bersyukur kepada Allah s.w.t. yang telah mengurniakan nikmat-nikmat dunia itu.

[c] Disebabkan pujian-pujian manusia ke atas kita. Kita dihormati orang dan kita dimuliakan orang, orang mengangkat tangan atas kita, apalagi kadang-kadang mereka mencium tangan kita, perkataan kita diikuti orang di samping orang segan dan malu kepada kita, apalagi jika mereka cinta dan kasih pula kepada kita. Semua ini menimbulkan suka dan gembira dalam hati kita, sehingga tak putus-putusnya kesukaan dan kegembiraan itu. Tetapi hati-hatilah dan takutlah kepada Allah, sebab semuanya itu datangnya dari Allah, di mana Allah telah menutup hakikat kita pada manusia dan diungkapkan olehnya hal-hal yang indah dari diri kita. Kebaikan kitalah yang dilihat orang, keikhlasan kitalah yang dirasakan orang dan sifat-sifat yang baik dari kita yang menjadi perhatian orang. Sedangkan lawan-lawan dari kebaikan, dari keikhlasan dan dari sifat-sifat yang baik itu ditutup oleh Allah dan disembunyikan olehNya.

Jika Allah membukakan segala kejelekan itu, pastilah kita akan jatuh di muka manusia. Kita tidak akan dihargai lagi oleh mereka, dan tentu kita akan takut pada semua itu. Sebab itu barengilah kegembiraan dan kesukaan itu, disebabkan penghargaan manusia dengan segala bentuknya, barengilah itu dengan merendahkan diri kepada Allah dan bersyukur kepadaNya, dan dengan mengindahkan tuntunan-tuntunan agama, Insya Allah kemuliaan-kemuliaan yang diberikan manusia itu, penghormatan dan penghargaan mereka itu akan dikekalkan Allah dan tidak akan luntur-luntur, tidak lapuk dek hujan dan tidak lekang dek panas. 

IV. Adapun kesukaan dan kegembiraan yang meliputi diri kita yang kita tidak ketahui sebab-sebabnya, hendaklah jangan sampai tenggelam kita dengan kesukaan dan kegembiraan itu, tetapi anggaplah suatu kurnia Allah s.w.t. Sebab kita tidak susah dan tidak gundah itu. Dan yang harus menjadi perhatian kita siang dan malam, bagaimana supaya hubungan tali halus antara kita dengan Allah, jangan sampai putus, tetapi diperkuat terus supaya kita tambah dekat kepadaNya dengan rahmat dan nikmatNya, Insya Allah kita akan selamat dunia akhirat.

Kesimpulan:

Suka dan gembira boleh sejalan dengan nafsu, karena nafsu juga boleh menyesuaikan diri dengannya. Karena itu nikmat kesukaan dan nikmat kegembiraan ditakuti oleh hamba-hamba Allah yang saleh. Sebab manusia tidak sunyi dari kesalahan dan kekhilapan; kalau-kalau dengan ini, nafsu mengambil peranan dan tanpa disadari masuklah ia dalam perangkap nafsu itu.

Tetapi nikmat susah dan gundah adalah kurnia Allah yang sesuai dengan kita manusia di dunia ini, sebab dunia itu besar godaannya. Karena dunia itu apabila kita tidak a was dapat menenggelamkan kita, sehingga kita lupa daratan dan akhirnya kita lupakan Allah s.w.t. dengan ajaran-ajaran agama dan tuntunan-tuntunan hukum agamaNya. Susah dan gundahlah yang dipilih oleh hamba-hamba Allah yang saleh, karena susah dan gundah selalu meajaga hati kita agar hati-hati, dan selalu mengingatkan kita kepada Allah s.w.t. dengan tuntunan-tuntunanNya.

Mudah-mudahan tuntunan ini bermanfaat kepada kita sekalian! 

Amin, ya Rabbal-'alamin!