Chereads / AL HIKAM / Chapter 75 - Isi Doa Yang Baik

Chapter 75 - Isi Doa Yang Baik

Nikmat yang sempurna adalah nikmat yang terjalin antara nikmat lahir dan nikmat batin. Dari itulah adanya nikmat taat, sedangkan hati kita tidak menggantungkan kepada nikmat taat, selain hanya kepada Allah s.w.t. Nikmat-nikmat yang demikian adalah tinggi sekali nilainya dan padanyalah harus berlomba-lomba makhluk manusia untuk mendapatkannya. Jika demikian, maka tentulah bermohon kepada Allah untuk mendapatkan nikmat-nikmat tersebut adalah sebagus-bagus permohonan dan sebaik-baik doa. Itulah sebabnya maka yang mulia Maulana Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah menyimpulkan dalam mutiara hikmahnya yang ke-75, sebagai berikut:

"Sebaik-baik sesuatu yang anda mohonkan (kepada Allah s.w.t.) ialah sesuatu di mana Allah menghendakiNya dari anda."

Kalam Hikmah ini meskipun pendek, tetapi artinya mendalam dan keterangannya sebagai berikut:

I. Apabila kita berbicara mcngenai doa dan permohonan kepada Allah, maka sangat luas pembahasannya sehingga memerlukan pembahasan yang khusus untuk itu. Bagi kita dalam tulisan yang pendek ini cukup kita gambarkan bahwa doa kepada Allah s.w.t. pada umumnya tidak keluar dari salah satu dari dua sifat seperti berikut:

1. Doa atau permohonan kepada Allah hendaknya yang diridhai oleh Allah s.w.t., bahkan termasuk dalam perintahNya atau anjuranNya. Jika demikian, maka itulah doa yang lebih baik bagi kita, sebab kita memohonkan kepada Allah untuk memudahkan bagaimana melaksanakan perintahNya dan bagaimana kita berhasil mengamalkan anjuran-anjuranNya. Contohnya ialah permohonan kita kepada Allah supaya Allah memberikan istiqamah pada taat dan ibadat kita semata-mata karena Allah dan karena mengharapkan keridhaanNya. Jika Allah memperkenankan doa kita, wajib kita bersyukur kepadaN ya dan jika belum, kita tidak boleh putus asa dan terus kita tidak lupa mengharapkan rahmat dan kasih sayangNya. Karena itu maka doa-doa atau permohonan-permohonan kita kepada Allah s.w.t. dalam bi dang ini hendaklah kita sesuaikan dengan keadaan-keadaan kita seperti disebutkan oleh seorang alim tasawuf besar Abul Abbas Al-Mirsy r.a.:

"Keadaan manusia itu empat tidak ada yang kelima padanya. Pertama nikmat, kedua bala, ketiga taat, dan keempat maksiat. Jika anda diberikan nikmat oleh Allah, maka Allah berkehendak agar anda mensyukuriNya. Jika anda diberikan bala dan cubaan oleh Allah, maka Allah menghendaki anda bersabar. Jika anda selalu taat kepadaNya, maka Allah menghendaki anda supaya melihat nikmat-nikmat itu (dan jangan sampai melupakannya), dan jika anda durhaka kepada Allah, maka Tuhan menghendaki anda taubat dan minta ampun kepadaNya."

Itulah empat macam keadaan manusia yang harus menjadi pemikiran setiap waktu dan saat. Karena itu kita lihat kepada diri kita, jika kita diberikan nikmat oleh Allah, bersyukurlah atas nikmat itu, sampaikanlah kepada Allah dan hadapkanlah kepadaNya kesyukuran kita atas nikmat-nikmatNya.

Jika kita sedang dicuba oleh Allah dengan bala seperti penyakit dm lain-lain, kita harus bersabar. Sebab bala itu adalah kehendak Allah dan Allah sedang mencuba kita dengan balaNya dan cubaanNya. Apakah kita kuat menerima cubaan Allah ataukah tidak dan tentulah doa dalam gambaran ini bermohon kepada Allah supaya Dia memberikan kesabaran kepada kita, sehingga kita terlepas dengan baik dari bala dan cubaan itu.

Jika kita dikurniai Allah taat dan patuh kepadaNya mengerjakan perintah dan anjuranNya serta menjauhkan larangan-laranganNya, maka lihatlah bahwa hal itu adalah nikmat Allah atas kita, bukan kuena kepintaran kita, bukan karena kecerdikan kita dan bukan karena kealiman kita. Bukan pula karena kerajinan kita sebagai orang yang taat kepadaNya, tetapi itu merupakan nikmat Allah s.w.t. semata-mata. Berdoalah kepada Allah supaya nikmat taat itu dilipatgandakan olehNya sehingga ketaatan kita meningkat dan keimanan kita tambah kuat, mudah-mudahan dengannya kita selamat dari dunia sampai akhirat.

Jika kita berada dalam maksiat, baik disengaja atau tidak, maupun kita sadar atau tidak, tetapi yang sudah terang Allah menghendaki agar kita taubat kepadaNya, kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan segala maksiat itu sehabis-habisnya, di samping kita menyesal atas maksiat-maksiat itu. Justeru itulah kita harus meminta ampun kepadaNya semoga Dia mengampunkan segala dosa kita lahir dan batin.

Inilah empat macam keadaan manusia di mana doa-doa kita dalam menjawab keempat macam itu, berarti memohon kepada Allah sesuai dengan apa yang dituntut Allah dan yang dianjurkanNya atas kita.

2. Doa-doa dan permohonan-permohonan kepada Allah itu sifatnya sejalan dengan nafsu kita, sesuai dengan hawa nafsu kita dan seirama dengan maksud hati kita. Misalnya doa memohon kepada Allah supaya kita dikayakan olehNya, supaya badan kita diselamatkanNya, supaya pangkat kita naik, supaya dagang kita maju, dan lain-lain. Doa-doa yang begini baik juga sebab tidak bertentangan dengan keridhaan Allah, sebab tidak ada tujuan-tujuan yang tidak baik. Tetapi jika dibandingkan dengan sifat doa seperti di atas, maka doa yang di atas itu jauh lebih baik. Dan hendaklah lebih didahulukan doa dan permohonan yang tersebut di atas daripada doa dan permohonan yang bersifat seperti ini. Sebab doa dalam sifat yang pertama akan cepat dibantu oleh Allah dan segera diperkenankan olehNya.

II. Kita harus mengetahui kenapakah maka doa dan permohonan kepada Allah s.w.t. dalam sifat pertama adalah yang paling baik dan paling mulia di sisi Allah daripada doa pada sifat kedua. Sebabnya tidak lain, karena doa dalam sifat pertama tujuannya adalah bcrsih, tujuannya adalah suci, yaitu untuk kepentingan ibadat dan taat, sebagai yang dikehendaki oleh Allah s.w.t. 

Doa dalam sifat kedua, meskipun tujuannya baik juga, seperti menyangkut dunia, memohonkan lapang rezeki atau yang berhubungan dengan akhirat seperti permohonan selamat dari azab kubur, hari kiamat dan mendapat pahala demi untuk kebahagiaan di hari kemudian. Namun doa dalam sifat kedua ini adalah dekat dengan nafsu, yakni, sejalan dengan hati dan hawa nafsu kita.

Hal begini jika kita tidak a was, maka dapat membawa panjang angan-angan terhadap dunia dan jauh dari hak yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah buat hambaNya yang saleh. Tentunya jika angan-angan telah panjang dan tujuan hakiki dari ibadat sudah agak berdebu, secara tidak sadar melupakan yang bersangkutan ke akhirat, sedangkan lupa ke akhirat adalah bahaya yang besar, yang mengancam taat dan ibadat. Justern itulah Saiyidina Ali r.a. berkata yang diriwayatkan oleh Sufyan Ats-Tsaury sebagai berikut:

"Sesungguhnya yang paling aku takuti dari semua, ialah mengikut hawa dan panjang angan-angan. Adapun mengikut hawa berarti menahan kebenaran. Adapun panjang angan-angan berarti dapat melupakan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya dunia yang fana itu terus berjalan membelakangi punggungmu! Ketahuilah, sesungguhnya akhirat itu terus berjalan menghadap makhluk! Bagi tiap-tiap dari kedua (dunia dan akhirat) mempunyai putera-putera (anak-anak atau pengikut-pengikut). Jadilah kamu sekalian dari putera-putera akhirat, dan janganlah kamu menjadi putera-putera dunia. Karena hari di dunia untuk beramal dan tidak ada hisab (pembalasan). Dan besok di akhirat adalah untuk hisab dan tidak ada amal lagi." 

Demikianlah perkataan Saiyidina Ali r.a. yang mempunyai maksud yang dalam sekali mengenai tuntunan hidup di dunia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan di akhirat yang kekal baqa.

Kesimpulan:

Berdoalah kepada Allah dan mohonkanlah kepadaNya segala sesuatu, karena hal itulah yang dikehendaki oleh Allah, dan itulah yang diperintahkan serta dianjurkan olehNya buat kita manusia selaku hamba dan makhlukNya. 

Doa yang demikian sifatnya lebih baik daripada doa yang isinya sesuai dengan keuntungan-keuntungan kita dan maksud hati kita, baik yang bersifat dunia atau yang bersifat akhirat. Karena itu cuba perhatikan pula doa ulama besar tasawuf Abul Qasim Al-Junaid, di antara doanya sebagai berikut:

"Ya Allah ya Tuhanku! Engkau jadikanlah akhir tujuanku kepada Engkau segala sesuatu yang semuanya itu (aku persembahkan) buat Engkau. Dan jangan Engkau jadikan tujuanku kepada Engkau segala sesuatu yang aku mohonkan dari Engkau!"

Itulah doa sebagian aulia Allah, yakni doa yang memohonkan kepada Allah supaya Allah memberikan kepada mereka ibadah dan 'ubudiyah dan bukan bersifat maksud duniawi dan ukhrawi yang bersifat keuntungan peribadi di dunia dan di akhirat. 

Mudah-mudahan kita dimasukkan oleh Allah dalam golongan hamba-hambaNya yang berdoa dan bermohon kepada Allah sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah untuk kepentingan taat dan ibadat kepadaNya.

Mudah-mudahan demikianlah hendaknya! Amin, ya Rabbal' alamin!