Chereads / AL HIKAM / Chapter 69 - Bagaimana Datangnya Ilmu Makrifat dan Lain-Lain Dari Allah s.w.t.?

Chapter 69 - Bagaimana Datangnya Ilmu Makrifat dan Lain-Lain Dari Allah s.w.t.?

Kita telah mengetahui dan memaklumi macam-macam kurnia Allah s.w.t. kepada sebagian hambaNya. Sebagai contoh ada yang dimuliakan Allah, karena mereka semata-mata berabdi dan berkhidmat kepadaNya. Dan ada pula kebaikan mereka yang ditentukan oleh Allah untuk semata-mata cinta kepadaNya di mana telah melampaui kecintaan itu dari perkhidmatan lahiriah kepada pengkhidmatan hati, perasaan dan batiniah yang merata dan mendalam. Semakin bertambah dekat mereka kepada Allah, maka tentulah Allah tidak akan pula lupa melimpahkan kepada mereka rahasia-rahasia makrifat dan ilmu-ilmu yang halus, yang merupakan Nur cemerlang sebagai kemuliaan yang khusus pemberian Allah kepada mereka.

Bagaimanakah datangnya limpahan kurnia yang demikian? MakaAl-Imam Ibnu Athaillah Askandary mengungkapkan dalam KalamHikmahnya yang ke-69, sebagai berikut:

"Sangat sedikitlah adanya pemberian-pemberian yang langsung diri Tuhan selain (datangnya) dengan tiba-tiba, supaya hal keadaan itu tidak didakwakan oleh hamba-hamba Allah dengan sebab ada persiapan (atas pemberian-pemberian itu)."

Kalam Hikmah ini mengandung pengertian sebagai berikut:

I. Apabila kita taqwa kepada Allah s.w.t. dengan mendalam, yakni taqwa yang telah menjadi sifat tabiat kita atau dengan perkataan lain telah ririgan tubuh kita lahir dan batin atas pengamalan taqwa kepada Allah s.w.t. Maka barangsiapa di antara kita yang telah demikian keadaannya, maka sewaktu-waktu Allah s.w.t. akan memberikan pemberian-pemberian yang halus dan bernilai tinggi pada hubungan tali halusnya dengan Allah s.w.t. Di antaranya dapat kita fahami dalam Hadis Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:

"Ilmu itu ada dua macam, di antaranya ilmu yang tersembunyi dalam hati, maka itulah ilmu yang bermanfaat."

Ada orang yang bertanya kepada seorang ulama tentang ilmu yang tersembunyi itu. Dijawabnya bahwa ilmu yang tersembunyi itu ialah sebagian rahasia Allah s.w.t. yang dilimpahkan Allah ke dalam hati orang-orang yang dicintaiNya, di mana Allah tidak memperlihatkan hal keadaan itu, baik kepada malaikatNya maupun kepada manusia.

Menurut Imam Ghazali: Ada seorang ulama besar dalam tasawuf bernama Abu Yazid berkata: "Orang alim hakikatnya bukanlah orang yang dapat menghafal kitab, karena apabila ia lupa pada hafalannya, jadilah ia orang yang jahil (orang yang tiada berpengetahuan). Sesungguhnya orang alim ialah orang yang mengambil ilmu pengetahuannya dari Tuhannya kapan saja yang ia kehendaki tanpa menghafal dan tanpa belajar."

Imam Ghazali berkata: "Ilmu yang demikian itulah Al-Ilmur Rabbanii (ilmu yang dibangsakan kepada Ketuhanan)."

Dan inilah Isyarat firman Allah dalam Al-Quran: 

"Dan Kami (Allah) ajarkannya dari pengetahuan yang ada pada Kamu." (Al-Kahf: 65)

Ya, di samping semua ilmu itu betul berasal dari Allah s.w.t. tetapi sebagian ilmu itu ada yang datangnya dcngan perantaraan diajarkan makhluk. Ilmu yang demikian pada hakikatnya tidak disebut ilmu, karena mutunya rendah, tetapi ilmu (yang dalam istilah) "Alladunni" ialah ilmu yang terbuka dalam rahasia hati tanpa sebab yang umum dipakai dari luarnya." Demikian Imam Ghazali.

Dari keterangan di atas kita ketahui bahwa ilmu-ilmu yang dibukakan oleh Allah s.w.t. ke dalam hati hamba-hambaNya yang telah dekat kepadaNya adalah sangat luas. Ada ilmu yang merupakan pembuka rahasia makrifat kepada Allah, sehingga dengan ilmu itu kita bertarnbah dekat kepada Allah, karena kita telah lebih mengenal Allah dengan ilmu tersebut. Tapi jangan lupa bahwa ilmu makrifat ini begitu luas dan dalam, sehingga Nabi Muhammad sendiri sebagai kepala segala Nabi dan Rasul masih diperintah oleh Allah untuk bermohon kepadaNya untuk ditambah ilmu yang lebih mendalam dan lebih luas lagi. Belum lagi ilmu-ilmu yang merupakan pemberian Allah yang merupakan pembuka sebagian rahasia alam ini di dalam hidup dan kehidupan ummat manusia pada khususnya.

Pemberian kurnia Allah yang sedemikian rupa pada umumnya dan pada kebiasaannya datang secara tiba-tiba, yakni datangnya tidak disebabkan karena ibadat, sembahyang, puasa, dan lain-lain yang dikerjakan sebelumnya. Sebab pemberian-pemberian yang demikian tidaklah datangnya karena sesuatu. 

Maha Suci Allah s.w.t. yang memberikan sesuatu itu bersebab. Tapi janganlah lupa bahwa taat dan ibadat kita juga tidak dapat dilepaskan dari nikmat kurnia Allah s.w.t. Ini perlu dimengerti supaya jangan ada persangkaan dari kita, bahwa pemberian-pemberian dari Allah s.w.t. itu disebabkan karena ibadat kita dan karena kita patut menerimanya, sebab kita telah bersiap lebih dahulu. 

Tidak. Dan bukan demikian. Sebab hamba-hamba Allah yang 'Arifin, mereka beribadat bukan karena menghadapi akhirat, tetapi karena Allah s.w.t.

II. Ilmu-ilmu dan rahasia-rahasia makrifat ketuhanan sebagai yang telah disebutkan di atas merupakan rahmat dan nikmat Allah s.w.t. yang sangat tinggi nilainya, sebab semuanya itu membawa kepada ketenangan jiwa, lapang dada, tenteram lahir batin. Karena itulah maka Allah s.w.t. telah berfirman dalam Surat Az-Zumar:

"Apakah orang yang telah dibukakan Allah hatinya untuk Islam maka orang itu mendapat cahaya dari Tuhannya? Nasib malang bagi orang yang kasar hatinya untuk mengingat Allah! Mereka adalah dalam kesesatan yang terang nyata." (Az-Zumar: 22)

Mengenai pengertian ayat ini, yakni apakah yang dimaksudkan dengan dibukakan Allah hatinya, maka sebagian sahabat telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. dalam Hadis Ibnu Mas'ud, Nabi menjawab: "Maktsudnya ialah kelapangan, sebab nur apabila dijatuhkan Allah dalam hati maka lapanglah hati orang itu dan terbukalah hatinya."

Pada umumnya apabila hati telah bercahaya, yakni bercahaya dengan ilmu dan makrifat yang dianugerahkan Allah s.w.t. maka bercahaya pulalah segala anggota yang lain. Yakni terpetunjuk dan terbimbing dengan petunjuk dan bimbingan Allah s.w.t. Inilah yang menyebabkan apa yang terbayang dan apa yang dirasakan oleh hamba Allah yang berkualitas seperti di atas, maka penglihatan dan bayangannya itu jarang sekali yang tidak tepat, tetapi hampir semuanya benar dan hampir semuanya tepat. Sebab mereka mdihat atau merasakan sesuatu dengan nur Allah s.w.t. yakni dengan limpahan ilmu dan rahasia yang telah dianugerahkan Allah kepada hati mereka.

Karena itu, maka hormatilah dan takutlah kepada firasat mereka, sebab mereka tidak bermain-main dalam pandangan mercka. Inilah sebabnya dalam Hadis Abu Said Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Takutilah olehmu firasat orang mukmin karena si mukmin itu melihat ia dengan nur Allah s.w.t."

Oleh sebab itu maka dapat kita ketahui, bahwa adanya karamah a tau keramat pada hamba-ham ba Allah yang saleh, seperti wali-waliNya, apakah mercka sahabat Nabi atau bukan, dapat kita terima dan betul terjadi. Misalnya dapat kita lihat seperti Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq r.a. ketika akan meninggal dunia telah berkata kepada puterinya, Aisyah, bahwa anak yang akan lahir dari isterinya yang sedang hamil sekarang adalah perempuan. 

Lihat pula contoh yang lain, pada Saiyidina Umar bin Al-Khaththab r.a. menurut apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa pada waktu Saiyidina Umar menjadi khalifah, setiap tahun terjadi kebakaran di kota Madinah. Ummat Islam mengadukan hal itu kepada beliau. Kemudian beliau berkata kepada pembantunya: "Ambillah selendang ini! Apabila datang api, maka letakkan ia di mukamu dan katakan: Wahai api, ini selendang Umar bin Al-Khaththab, mudah-mudahan api itu akan surut pada waktu itu juga." Tidak lama kemudian terjadilah kebakaran besar, goncang dan terkejutlah ummat Islam, maka si pembantu tadi mengambil selendang Umar dan pergi ke kota tempat kebakaran itu, dilaksanakannyalah apa yang telah disampaikan oleh tuannya, Umar bin Al-Khaththab r.a. Karena hal itu api surut dan padam serta tidak kembali lagi seperti yang ditakutkan selama ini.

Demikianlah sebagian contoh kemuliaan dan keramat yang datang disebabkan kelebihan mereka itu dengan nur Allah seperti yang telah kita ketahui di atas. Justeru itulah, Rasulullah menganjurkan kepada ummatnya, bahwa Rasulullah sendiri banyak berdoa memohonkan nur Ilahi kepada Allah s.w.t. Lihatlah doa Rasulullah seperti dalam Hadis Ibnu Abbas di mana telah disepakati oleh ahli Hadis yang besar-besar. Beliau mengucapkan dalam doanya sebagai berikut:

"Ya Allah, Engkau berikanlah kepadaku cahaya, dan Engkau tambah padaku cahaya, dan Engkau jadikan bagiku dalam hatiku cahaya, dan dalam kuburku cahaya, dan dalam pendengaranku cahaya, dan dalam penglihatanku cahaya, sehingga Rasulullah berkata: pada rambut dan buluku, pada kulitku, pada dagingku, pada darahku, dan pada tulang-belulang (semuanya dilimpahkah cahaya oleh Allah s.w.t.)."

Itulah cahaya Allah, karena ilmu makrifat dan ilmu-ilmu yang langsung dari Allah dilimpahkanNya buat kita, ilmu-ilmu itu bercahaya. Artinya mengandung manfaat dan petunjuk untuk keselamatan dunia akhirat. Itulah pemberian-pemberian Allah s.w.t. yang dikurniakan olehNya kepada sebagian hamba-hambaNya yang semua mereka telah dekat kepadaNya dengan ilmu dan amalnya serta dengan taqwa dan makrifatnya kepada Allah s.w.t. 

Kesimpulan:

Nikmat-nikmat Allah seperti yang telah tergambar di atas datangnya karena kehendak Allah, bukan bersebab kepada ibadat dan taat kita, tetapi semata-mata limpahan rahmat Allah yang meskipun pada hakikatnya karena kita tidak jauh dengan Allah s.w.t. 

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang mendapat ilmu Rabbani, ilmu Ketuhanan dan ilmu Ladunni, ilmu yang langsung limpahannya dari kurnia Allah s.w.t. Itulah nikmat yang paling tinggi mutunya. Dan untuk mencapai nikmat yang demikian itu telah berlumbalumba hamba-hamba Allah yang saleh dan para auliaNya yang salihin.

Mudah-mudahan kita termasuk hendaknya dengan izin Allah dalam jamaah dan golongan mereka itu.

Amin, ya Rabbal-'alamin!