Chereads / AL HIKAM / Chapter 61 - Pokok Datangnya Tamak dan Loba

Chapter 61 - Pokok Datangnya Tamak dan Loba

Kalaulah kehinaan mempunyai cabang dan ranting, di mana asalnya adalah dari biji tamak yang ditanamkan dalam hati, maka kita harus mengetahui tentang biji tamak itu. Oleh sebab itu yang mulia Al-Imam lbnu Athaillah Askandary telah menggambarkan, bahkan juga memberikan nasihat kepada kita, agar mawas diri daripadanya. 

Beliau berkata dalarn Kalam Hikmahnya yang ke-61 sebagai berikut: 

"Janganlah anda dihela sesuatu seperti waham (dugaan ringan)."

Kalam Hikmah ini mengandung pengertian sebagai berikut:

I. Bahwasanya sebab adanya tamak pada manusia ialah waham, yakni sangka-sangka yang ringan, khayalan dan perkiraan yang pada hakikatnya tidak ada. Tamak pada manusia berarti patuhnya manusia kepada waham-waham yang batil disebabkan hati kita mendengarkan sangka yang bohong padahal kita dianjurkan oleh agama supaya menggantungkan keinginan kita kepada Allah s.w.t. Kepada Dialah kita menyerah dan kepada Dialah kita yakin dan percaya. Tetapi kebanyakan diri manusia lebih berat tunduknya kepada waham daripada kepada akalnya sendiri.

Sebagai dalil kita dapat melihat, bahwasanya hati kita tamak untuk lari dari segala yang menakutkan. Misalnya lari dari ular, dari kala, dari binatang buas, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan hati kita dibungkus dengan waham, bahwa ular itu menggigit yang dapat menimbulkan kesakitan dan kemudharatan. Waham yang demikian mendatangkan pula bahwa kita sampai takut kepada tali yang tergulung yang berbentuk seperti ular. Maka tamak kepada keselamatan didorong karena waham yang batil dan bohong, bahwa ular akan menggigit, yang akibatnya dapat mendatangkan kesakitan dan kemudharatan, padahal yang hakikatnya belum pasti ada, seperti yang diwahamkan. Bahkan yang lebih lucu lagi bahwa waham apabila telah bersangatan sampai menimbulkan takut kepada tali yang berbentuk ular. 

Padahal jikalau hati tunduk kepada akal, pasti terhindar dari tamak yang datang karena waham, sebab akal telah menetapkan, bahwa Qadar Tuhanlah yang berjalan. Dan sesuatu yang belum diqadarkan Allah; pasti belum ada dan mungkin tidak akan ada.

II. Bahwasanya orang-orang yang selamat dari tamak pada makhluk dan loba pada apa yang ada dalam tangan makhluk, mereka itu ialah manusia yang berpakaian qana 'ah dan tawakkal. Qana'ah ialah, merasa cukup dengan nikmat yang ada, tidak loba dan tamak kepada lainnya. Qana'ah ialah salah satu derajat keyakinan yang menunjukkan bahwa orang yang telah merasakan dan berpendirian dengannya, adalah besar di sisi Allah s.w.t. Sebab Qana'ah merupakan sebagian permulaan sifat-sifat ridha terhadap ketentuan-ketentuan Allah s.w.t. ke atasnya. Jadi barangsiapa yang bersifat qana'ah, cukup dengan apa yang ada dan ridha pada apa yang ditentukan oleh Allah s.w.t. terhadapnya, berarti hilanglah tamak dan loba darinya.

Telah berkata sebagian hamba Allah yang berpredikat 'arif-billah:

"Tidaklah seorang hamba bersifat qana'ah sehingga andainya baru ia bersifat dengannya jikalau datang ke pintu rumahnya sekalian apa yang disukai oleh ahli dunia berupa nikmat dan kelapangan hidup, maka disodorkan semuanya itu kepadanya, pasti ia tidak melihat semuanya itu dan tidak akan membuka pintu rumahnya, karena ia telah merasa cukup dengan apa yang ada."

Ada riwayat dari Nabi Muhammad s.a.w. tentang makna ayat Allah berikut dalam Al-Quran:

"Dan barang siapa yang mengerjakan amal saleh (perbuatan yang baik), baik laki-laki ataupun wanita, sedangkan ia beriman niscaya akan Kami hidupkan dia dalam kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya pahala pembalasan dengan sebaik-baik apa yang mereka amalkan." (An-Nahl: 97)

Nabi mengartikan bahwa kehidupan yang baik dan pahala pembalasan itu ialah qana'ah. Karena itu jagalah diri kita dari khayalan dan prasangka yang membawa kepada tamak dan loba, sebab pada akhirnya apabila kita tidak dapat menjaga diri kita, maka kita akan jatuh dalam kehinaan, karena apa yang kita maksudkan pada hakikatnya tidak berhasil. Hal tersebut disebabkan hawa nafsu kita selalu berlonjak dan selalu tidak puas dengan keinginan kita, maka letihlah kita, baik lahir maupun batin.

Kesimpulan:

Sangka-sangka yang lahiriahnya bermanfaat ialah sesuatu yang kita tamak kepadanya, sangka-sangka yang demikian dapat membawa hati kita tunduk kepadanya. Jika kita menyangka bahwa kedudukan, harta benda duniawi, dan lain-lainnya, mendatangkan manfaat kepada kita, padahal kita telah dikurniai sekedarnya oleh Allah s.w.t., maka hal-hal terse but mendatangkan tamak dan loba, sehingga hati kita terpaut kepadanya dan bukan lagi terpaut kepada Allah s.w.t. Maka barangsiapa yang telah begitu keras waham atau sangka-sangka atasnya, pastilah orang itu telah lupa pada akibat tamak dan loba, yaitu kerendahan dan kehinaan. Tetapi jika waham itu tidak diperdulikannya, ia cuma menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah s.w.t., terserah bagaimana yang baiknya menurut Allah kepada kita, orang yang begini ialah orang sadar, sadar pada dirinya, siapa dia dan sadar kepada Tuhannya, bahwa segala sesuatu itu tidak akan menyimpang dari qadha' dan qadar Allah s.w.t. Pada orang yang begini hilanglah tamak daripadanya dan jauhlah ia dari tali-tali yang menghela dirinya untuk jatuh dalam lembah waham dan sangka-sangka yang tidak ada artinya. Mudah-mudahan kita dijauhkan Allah dari segala sesuatu yang membawa kepada penyakit tamak dan loba kepada makhluk yang tidak ada daya dan kekuatan pada mereka selain hanya pada Allah s. w.t.

Amin.