Chereads / AL HIKAM / Chapter 60 - Tamak Membawa Kepada Kehinaan

Chapter 60 - Tamak Membawa Kepada Kehinaan

Apabila kita telah termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang telah sampai pada tingkat, bahwa kita tidak melihat lagi kepada amal-amal dan keadaan kita, maka berarti kita pun tidak lagi disibukkan oleh kehidupan lahiriah dengan segala cita-cita dan angan-angan, tetapi kita hanya tertuju kepada pengarahan dalam segala cita-cita yang dihayati oleh lahiriah dan perasaan kita kepada hakikat-hakikat daripada hidup itu, di samping kita pun tidak tamak dan loba pada sekalian makhluk Allah s.w.t. Untuk inilah maka yang mulia Ibnu Athaillah Askandary telah berkata dalam Kalam Hikmahnya yang ke-60 sebagai berikut:

"Tidak panjanglah segala dahan kehinaan, melainkan atas biji tamak dan loba."

Kalam Hikmah ini artinya sebagai berikut:

I. Bahwa kehinaan diserupakan dengan pohon yang mempunyai dahan dan ranting, dan bahwasanya tamak dan loba diserupakan dengan biji, di mana tumbuh daripadanya pohon kayu. Karena itu pengertian Kalam Hikmah di atas diibaratkan oleh beliau bahwa: Jangan anda tanam biji tamak dan loba dalam hatimu, maka pasti akan keluar dari biji itu pohon kehinaan, di mana bercabang-cabanglah dahan-dahannya dan ranting-rantingnya. 

Karena itu apabila biji tamak telah tumbuh bersemi dalam hati kita, maka akan membawa kepada keaiban yang keji di dalam ibadat kita kepada Allah s.w.t. Sebab tamak dan loba adalah pokok pangkal segala kebinasaan. Karena tamak artinya bergantung kepada makhluk, berlindung kepada manusia dan berpegang kepada manusia, jadi bukan bergantung kepada Allah, berlindung kepadaNya dan berpegang ke atasNya.

Apabila pergantungan, perlindungan dan perpegangan sudah dialihkan kepada manusia, maka akan datanglah dengan serta-merta kehinaan yang disebabkan karena syak dan ragu pada segala sesuatu yang ditakdirkan Allah s.w.t.

II. Tamak adalah bertentangan dengan hakikat iman, di mana kemuliaan yang sempurna, kemegahan dan keperkasaan, adalah pada Allah, pada utusan-utusanNya, dan pada orang-orang yang beriman. Allah s.w.t. berfirman dalam surat Al-Munafiqun sebagai berikut:

"Kekuasaan (kemuliaan) itu kepunyaan Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." (Al-Munafiqun: 8)

Oleh sebab itu maka orang-orang yang beriman yang betul-betul keimanannya hendaklah menjauhkan dirinya dari tamak dan hendaklah ia berpakaian dengan pakaian wara', baik wara' pada lahir dan juga wara' pada batin.

Wara' pada lahir adalah mengamalkan dalam keyakinan dan perasaan penghayatan seluruh batinnya, bahwa tidak ada yang bergerak dalam alam ini, melainkan karena Allah. Karena perintahNya dan karena qadha' dan qadarNya.

Wara' pada batin adalah tidak ada dalam hatinya melainkan Allah s.w.t. 

Apabila seseorang telah berpakaian dengan pakaian wara', barulah keyakinannya betul, dan berpegangnya sempurna kepada Allah s.w.t. serta tenteramlah ha tin ya apabila dihadapkan kepada Allah. Ketika itu kayalah hatinya, tidak fakir dan tidak miskin kepada rahmat Allah dan kasih sayangNya, meskipun ia fakir dalam harta benda duniawi. Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda dalam Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.:

"Bukanlah kekayaan itu karena banyak harta benda, hanya sematamata kekayaan itu ialah kekayaan jiwa."

Sabda Nabi Muhammad s.a.w. senada dengan yang ditafsirkan oleh Saiyidina Umar r.a.: "Bahwasanya tamak berarti kefakiran dan bahwasanya putus asa (dari makhluk) adalah kekayaan dan bahwa barangsiapa yang putus asa dari isi tangan manusia berarti ia kaya dari mereka itu."

Perkataan Saiyidina Umar ini lebih jelas dengan jawaban Hukama atas pertanyaan sebagian manusia kepada mereka. Orang bertanya kepada sebagian Hukama: "Apakah sebenarnya yang disebutkan dengan kaya?" 

Mereka menjawab: "Kaya adalah tidak banyak angan-angan anda (tetapi) anda rela dengan sesuatu (yang pada hakikatnya) cukup buatmu."

Kesimpulan:

Jangan kita tanam biji tamak dalam hati kita, apakah itu tamak kepada manusia, ataukah tamak kepada makhluk-makhluk selain Allah s.w.t. Karena tamak menarik kita kepada kehinaan, baik hina di sisi Allah s.w.t. maupun hina pada makhluk-makhlukNya.

Apakah anda tamak dan loba pada mendapatkan Laila, padahal anda mengetahuiHanyasanya si Lailalah memancung segala leher pria yang loba dan tamak kepadanya.

Pada suatu kali Ali bin Abu Thalib r.a. datang ke kota Bashrah. Beliau masuk ke dalam masjid kota Bashrah tersebut. Dalam masjid itu beliau mendapati guru-guru yang mahir dalam sejarah riwayat dan cerita. Maka Ali bin Abu Thalib memperhatikan ceramahceramah mereka. Hingga sampai beliau mendengarkan ceramah Hasan Al-Bishri r.a. Saiyidina Ali bertanya kepada Hasan Al-Bishri r.a.:

"Wahai anak muda! Aku ingin menanyakan kepada anda, satu pertanyaan, jika anda jawab pertanyaan itu, maka aku akan menetapkan anda sebagai muballigh tetap di masjid ini dan jika tidak aku akan hentikan anda seperti teman-teman anda lainnya."

Kemudian Hasan Al-Bishri menjawab: "Silakan apa yang tuan ingin tanyakan kepadaku!"

Saiyidina Ali pun bertanya: "Apakah tiang agama?" 

Hasan menjawab: "Tiang agama adalah wara'." 

Kemudian Ali bertanya: "Apakah yang membinasakan agama?" 

Hasan Al-Bishri menjawab: "Yang membinasakan agama adalah tamak dan loba." 

Kemudian Ali berkata: "Silakan duduk Saudara! Karena orang yang seperti anda ialah yang pantas menuntun dan memberi nasihat kepada ummat manusia.

Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan ajaran Kalam Hikmah ini, sehingga niat kita dalam ibadat dan dalam hidup di dunia ini betul-betul Lillahi Ta'ala, semata-mata karena Allah saja, di samping dapat menjalankan ajaran wara' dalam arti yang luas dan dapat pula kita menjauhkan diri kita dari penyakit tamak yang membawa kita kepada kehinaan dan kenistaan menurut pandangan agama maupun dalam anggapan makhluk-makhluk Tuhan.

Amin, ya Rabbal-'alamin!