"Yang dapat bermanfaat pada hati ialah sesuatu yang berupa 'uzlah di mana dengannya hamba Allah boleh masuk dalam keluasan berfikir."
Ini adalah Kalam Hikmah yang ke-12 oleh Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary. Kalam Hikmah ini mendalam sekali dan perlu kita terangkan tujuan-tujuan yang terkandung di dalamnya sebagai berikut:
I. Apabila dalam Kalam Hikmah yang lalu menggambarkan kepada kita sebagian jalan untuk bagaimana mencapai kesempurnaan ibadah dan ta'abbud kepada Allah s.w.t. maka dalam Kalam Hikmah ini beliau menerangkan kepada kita jalan bagaimana melaksanakan ajaran sebelumnya.
Ketahuilah, bahwa mengubati penyakit-penyakit hati adalah wajib hukumnya pada hamba-hamba Allah yang hermaksud makrifat kepadaNya.Penyakit-penyakit hati itu timbul disebabkan mengerasi tabiat
kemanusiaan yang terjadi dari mendekati atau menjalankan sesuatu yang bertentangan dengan kebaikan, cenderung pada memperkenankan kehendak hawa nafsu, bahkan juga terjadi dari rasa kasih sayang dan cinta kepada alam lahiriah sehingga dapat melalaikan untuk melaksanakan ta'abbud dan ibadat dengan sempurna kepada Allah s.w.t.
II. Untuk mengubati penyakit hati sehingga yang telah kita ketahui ada bermacam-macam jalannya. Tetapi jalan yang paling bermanfaat dan berhasil ialah dengan 'uzlah.
'Uzlah ialah menjauhkan dan untuk tidak bergaul dengan orang-orang yang menurut kacamata agama dan akhlak adalah tidak baik bergaul dengan mereka. Misalnya karena orang-orang itu tidak mengerjakan ajaran agama dan sering melanggar larangan-laranganNya. Yakni menjauhkan diri kita dengan orang-orang yang tidak sembahyang, mengerjakan yang haram, orang yang sering berbohong, mencela orang-orang lain, dan lain-lain sebagainya. Ini tempatnya apabila kita bergaul dengan mereka pasti banyak sedikitnya akan membawa pengaruh yang tidak baik pula kepada kita. Terkecuali apabila pendirian kita sudah kuat dan tidak akan terpengaruh dari keadaan mereka, di samping tujuan kita ialah untuk menarik mereka pada jalan keridhaan Allah s.w.t. Apabila-kita menjauhkan diri dari manusia-manusia yang tidak baik, maka kita akan pasti selamat dari akhlak-akhlak dan pengaruh-pengaruh yang tidak baik itu. Terpeliharalah agama kita dan terpeliharalah diri kita dari aneka perselisihan dan perebutan duniawi, juga dari segala macam-macam kejahatan dan fitnah-fitnah.
Menjauhkan diri dari bergaul dengan manusia-manusia yang tidak baik adalah bermacam-macam coraknya menurut kekuatan keimanan kita.
Apabila kita tidak kuat bergaul dengan mereka dan payah kita memisahkan diri dari mereka, maka wajib bagi kita pindah tempat ke daerah di mana kita boleh jauh dari pengaruh-pengaruh itu. Karena itulah para ulama dan hamba Allah yang saleh selalu mereka memilih tempat tinggal di pinggir-pinggir kota atau daerah-daerah pegunungan dan lain-lain, demi maksud tersebut di atas.
Lihatlah Rasulullah s.a.w. sebelum beliau menerima wahyu dan jabatan Rasulullah dari Allah s.w.t., Nabi Muhammad meng'uzlahkan dirinya ke satu bukit di dalam gua Hira'; memisahkan diri dari bahaya-bahaya kemaksiatan yang telah merajalela dalam masyarakat manusia sambil beliau bertafakkur kepada alam lahiriah demi untuk melihat kebesaran Allah dan memperdalam makrifat kepadaNya.
Rasulullah s.a. w. telah bersabda dalam satu Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sa'ad bin Abu Waqqash:
"Sesungguhnya Allah cinta kepada hambaNya yang taqwa, yang bersih (dari segala penyakit hati) lagi yang menyembunyikan dirinya (demi menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik)."
Inilah yang menyebabkan ribuan tahun zaman dahulukala, beberapa orang hamba Allah saleh, demi untuk menyelamatkan iman dan ibadah mereka kepada Allah dari pengaruh masyarakat yang sudah luar biasa kedurhakaannya kepada Allah. Mereka memisahkan diri mereka masuk gua yang sunyi sepi, jauh terpisah dari pcrgaulan masyarakat manusia.
Allah berfirman da1am A1-Quran:
"Dan ketika kamu menimbulkan mereka da11 apa yang mereka semhah selain Allah, carilah tempat perlindungan dalam gua itu. Semoga Tuhanmu menyebarkan kurniaNya kepadamu dan menyediakan untukmu apa yang berguna dalam pekerjaan kamu itu." (Al-Kahfi: 16)
Ayat ini memberikan pengertian kepada kita, bahwa apabila kemungkaran telah merajalela di mana tidak mungkin diatasi selain kita pasti terjebak ke da1amnya dan jatuh ke dalam jurangnya, maka Allah memerintahkan kita 'uz1ah dan hijrah ke bumi lain di mana agama kita selamat dan hati kita tenteram dan tenang menjalank:m perintah-perintah Allah s.w.t.
III. Dengan 'uz1ah, hati kita dapat melihat, dan otak kita dapat berfikir pada segala sesuatu yang bermanfaat demi untuk kebahagiaan kita dunia akhirat. Kita dapat mengoreksi tubuh kita dan anggota-anggota badan kita, apakah pakaian yang kita pakai betul-bctul halal atau tidak. Apabila tidak, kita wajib mencabutnya dan menukarnya dengan yang halal.
Kita lihat pula lidah kita apakah sering mengucapkan kebohongan, fitnah, mencela, mengejek dan mengatakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya ataukah sebaliknya. Apabi1a kita memperbuat itu semuanya, di mana tidak diridhai Allah s.w.t., maka hendaklah kita fikirkan bagaimana kita memelihara lidah kita agar tidak sampai mengucapkan hal-ha1 yang demikian. Demikianlah seterusnya, fikiran kita, kepala kita, tangan kita, kaki kita, dua mata kita, dua telinga kita dan lain-lain. Maka dengan 'uz1ah, demi memisahkan diri, Insya Allah semuanya itu dapat kita jauhkan. Apabila semua penyakit hati dan dosa lahiriah, kita fikirkan untuk maksud yang baik ini, adalah hal keadaan ini merupakan ibadah yang paling bcsar nilainya dari semua ibadah-ibadah yang besar.
Karena itulah maka Imam Ghaza1i telah mengutip Hadis Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan o1eh Ibnu Hibban dan Abu Hurairah r.a. sebagai berikut:
"Berfikir satu saat adalah lebih baik dari ibadat selama 70 tahun."
Soalnya tidak lain, karena dengan berfikir itu kita dapat melihat segala penyakit hati kita, segala tipu daya syaitan terhadap diri kita, dan segala pengaruh duniawi yang telah menjauhkan kita dari jalan ibadah yang sempurna.
Apabila semua ini telah dapat kita lihat dan kita berusaha untuk bagaimana menjauhkannya, maka Insya Allah makrifat kita kepada Allah s.w.t. akan terus bertambah mantap. Di dalam kita 'uz1ah itu hendaklah kita jaga musuh kita yang empat seperti yang telah disebutkan dalam ajaran ilmu Tasawuf:
[a] DUNIA.
Ini menjadi musuh kita, apabila kita tidak dapat mengemudikannya, sehingga kita terbawa oleh arus masyarakat yang tidak baik kepada jalan yang tidak diridhai Allah s.w.t. Oleh sebab itu kita wajib 'ttzlah, wajib hijrah supaya tidak dilanda oleh dunia yang jahat dan kejam itu.
[b] SYAITAN.
Ini musuh kita yang tcrang-tcrangan. Ia menggoda kita supaya kita patuh dalam tipu dayanya. Godaan syaitan ini biasanya datang apaabila perut kita penuh kekenyangan dengan makanan dan minuman. Oleh sebab itu, hendaklah kita latih perut kita untuk lebih cenderung kepada lapar daripada kenyang. Karena kekenyangan perut menyebabkan berat ibadah dan lebih senang tidur dan lain-lain berupa pekerjaan yang sifatnya bukan ibadah. Makan adalah suatu keharusan dan juga minum. Tetapi janganlah makan dan minum itu sampai ke taraf di mana kita berat melaksanakan perintah-perintah Allah s.w.t.
[c] NAFSU.
Ini adalah musuh kita. Nafsu timbul pada umumnya apabila kita kebanyakan tidur. Dan nafsu ini dapat dicegah apabila kita lebih banyak berjaga daripada tidur.
[d] HAWA.
Musuh ini biasanya kumat-kamit apabila kita tidak mengerem lidah kita berkata-kata. Yakni, apabila kita banyak berkata-kata tanpa bermanfaat dan tak ada batasnya, maka keluarlah hawa menggoda kita untuk lebih leluasa kita mengatakan sesuatu yang tidak benar. Karena itu, lawannya adalah kita harus lebih banyak diam dan tidak bercakap apabila tidak ada manfaatnya.
IV. Ketahuilah pula bahwa 'uzlah itu terbagi kepada dua:
[a] 'Uzlah dengan hati dan diri. Yakni menjauhkan hati kita dan diri kita dari segala makhluk, yakni dari manusia. Seperti 'uzlah Rasulullah di gua Hira' dan 'uzlah As-Habul Kahfi sebagaimana tersebut di atas.
[b] 'Uzi ah dengan hati saja, tetapi tubuh jasmaniah kita tetap bergaul dengan manusia. Hatinya bergaul dengan Allah tetapi tubuhnya dalam masyarakat pergaulan manusia. 'Uzlah tingkatan ini adalah 'uzlah orang yang dapat menyelamatkan imannya dan agamanya, meskipun bergaul dengan siapa saja. Hamba-hamba Allah dalam tingkatan ini dapat diketahui seperti Wali Allah Rabi'atul 'Adawiyah. Beliau berkata dalam perasaan hati yang mcnghadap kepada Allah s.w.t.:
Sungguh aku jadikan Engkau dalam hatiku berbicara dan berdialog. Sedangkan tubuhku aku biarkan duduk dengan siapa saja.
Maka tubuhku berjinak-jinak dengan orang yang duduk di sampingnya, tetapi kecintaan hatiku tertambat dengan halus gemulai di dalam hati.
Kesimpulan:
Apabila kita ingin supaya kita bersih dari dosa-dosa lahiriah dan seluruh pcnyakit hati, maka wajiblah kita 'uzlah dan hijrah dari makhluk, apakah dengan hati dan tubuh. Pilihlah mana yang lebih sesuai dengan kekuatan kita.