Chereads / Tower Fantasy / Chapter 2 - Bab 01: Siapa Kau?!

Chapter 2 - Bab 01: Siapa Kau?!

Bab 01: Siapa Kau?!

__________________________________________________

Hari senin, pukul jam 6 pagi, seorang pria yang mengenakan baju kaus tertidur di kamarnya yang sederhana, dan rapih. Namun sepertinya pria ini tidak biasa, karena otot dan tubuhnya sangat bugar dan kekar.

Sementara itu,

Berdering!

Berdering!

Berdering!

"Amh..."

"Aaargh!"

Berdebar!

Jatuh!

Dan,

Hancur!

Sebuah jam elektronik persegi jatuh dan hancur saat pria itu melemparnya.

"Ugh..."

Meskipun dia sangat susah untuk berpisah dari tempat tidur, dia akhirnya dengan susah payah bangun dari tidurnya dan pergi kekamar mandi untuk mencuci mukanya.

Memercik!

Memercik!

Memercik!

Dan,

Berderip!

Berderip!

Pria itu dengan wajah basah menatap wajah di cermin sejenak sebelum meraih handuk, dan mengelap wajahnya.

Setelah itu, dia pergi dan membuat sarapan, dan taklama setelahnya, dia mulai menikmati sarapannya yang sederhana, seimbang, dan pemuh protein.

//Note_Sami78 : Sederhananya, anda bisa menyebutnya 4 sehat 5 sempurna! XD //

Setelah sarapan, dia pergi kekamarnya dan berganti pakaian menjadi mengenakan baju kaus hitam berlengan panjang, dengan bawahan pakaian pegawai konstruksi bangunan.

"Hm... aku pikir, aku bisa berangkat sekarang."

Tersenyum sambil menatap dirinya sendiri di cermin, dia segera berbalik sambil meraih sebuah baju kerjanya.

Berbeda dari dirinya yang sebelumnya, dia dengan wajah cerah turun dari tangga apartemen yang kumuh.

Omong-omong, perkenalkan namaku Reon.

Seorang pria yatim piatu berumur 18 belas tahun yang bekerja paruh waktu demi bertahan hidup.

Bukan hanya pekerja paruh waktu, aku juga melakukan banyak pekerjaan lainnya, seperti melakukan bekerjaan magang di sebuah konstruksi bangunan.

Dan hari ini adalah dimana aku di terima sebagai pekerja resmi di sanah. Walau pekerjaan kuli cukup sulit, tapi anehnya aku sangat senang dengan orang-orang disanah.

Kami bahkan memiliki kelebihan yang sama, seperti otot yang kuat dan daya tahan tubuh yang matang.

Hei bung, aku juga pernah mengelahkan senior disanah melalui gulat tangan.

Ya, meskipun itu bukan sesuatu yang harus di banggakan, namun itu adalah hari-hari yang menyenangkan.

"Reon, bisakah anda membantu saya?"

Pria berusia 40 tahunan memanggilku, agar aku membantunya mengangkat peti kayu di depannya.

Menoleh,

"Oh, baik pak, tunggu sebentar!"

Aku yang sedang mengumpulkan barang kedalam kotak kayu berhenti, dan menghampirinya, berjongkok untuk mengangkat peti itu.

"Baik, aku sudah siap."

"Baiklah, kalau begitu..."

Mengangkat,

Kami bersamaan mengangkatnya, dan menggotong peti kayu itu untuk meletakannya tepat di sebuah gudang, sebelum aku bisa kembali ketempatku semula.

Berjalan di atas tanah aspal yang rata, aku berhenti sejenak dan menatap apa yang ada di depanku.

Sebuah konstruksi jembatan yang baru di bangun setangah jadi dan kekokohannya terjamin.

Aku yang mulai mengamati para pekerja mulai tersenyum sebelum melanjutkan pekerjaannya untuk mengumpulkan pipa besi yang sudah tidak terpakai kedalam kotak.

Namun,

Mengeong!

Berhenti,

Aku menoleh kekanan dan kekiri, dan mencoba fokus.

"Apakah hanya firasatku?"

Aku menggaruk kepalaku tanpa sadar, dan... mengangkat bahu, sebeluum melanjutkan kembali pekerjaanku agar bisa pulang lebih cepat.

Namun,

Mengeong!

Suara rintihan kucing kembali terdengar sebelum aku mencari darimana asal suara.

Mengeong!

Mengeong!

Saat suara itu semakin jelas terdengar, aku berhenti di ujung jembatan, tepat di tepi sisi jembatan yang setengah jadi itu.

Mengeong!

Saat suara itu kembali terdengar aku akhirnya bisa mengetahui posisinya, dan mendongak kebawah.

Dan,

Berdebar!

"Astagah! Bagaimana dia bisa sampai di tempat seperti itu?!"

Aku terkejut melihat sekor kucing hitam terjebak di sebuah benjolan yang sengaja di bangun sengaja di bawah jembatan.

//Note_Sami78: Saya juga tidak mengerti apa yang saya katakan. Tapi intinya, jika anda meletakan sebuah balok secara berdiri di atas kubus dengan Reon di atasnya, itu akan memberi ruang di bawahnya untuk sang kucing. //

"Ah? ...tunggu sebentar..."

Aku yang sedikit panik mulai menenangkan diri, sebelum berpikir sejenak dan menoleh kekanan. Aku menatap sejenak benda itu, sebelum bisa memproses apa itu.

"Oh!"

Aku dengan cepat meraih tali tambang yang tergeletak di atas tong, dan mengikatnya kebatang besi yang tebal, sebelum aku memegang tambang dengan erat dan tanpa rasa takut aku perlahan menuruni tepi jembatan.

Mengeong!

Mengeong!

Ya, ya... aku disana kucing kecil, Pikirku yang sedang fokus.

Namun saat aku lebih dekat dengannya, kucing tidak bisa berhenti mengeong karena senang.

Dan,

"Fiuh..."

Aku berhasil mencapai pijakan di bawah jembatan. Sebelum meraih kucing dan meletakannya di balik bajuku.

Seolah-olah menyadari kondisinya, kucing itu dengan menurut diam di dalam bajuku, dan mencakar erat bajuku saat aku naik kembali.

Tepat saat dia sampai di atas, kucing itu melompat sebelum berbalik dengan ekor yang bergoyang.

Mengeong!

"Oh? Apakah kamu berterimakasih padaku?"

Seolah-olah mengerti perkataanku, kucing itu menjawab,

Mengeong!

"Begitukah?"

Sayangnya aku tidak mengerti perkataan kucing, namun sebagai tanggapan, aku hanya mengangguk sambil mengelus kucing.

"Baiklah-baiklah, kalo begitu apakah kamu ingin ikut denganku?"

Mengeong!

Kucing itu menjawab setuju, dan dengan lembut menggosok tubuhnya kepunggung tanganku.

"Baiklah, kalau begitu kamu milikku sekarang... eh?"

Menoleh,

"Ah? Reon, aku sudah mencarimu dimana-mana."

Pria yang sebelumnya, berjalan dan menghampiriku.

Namun tepat saat dia sampai di sisiku.

Gemuruh!

Gemuruh!

"Huh?"

Sesuatu entah kenapa terasa salah, dan aku mulai memiliki perasaan yang aneh, sebelum,

Ledakan!

Sebuah ledakan membuat gelombang kejut, dan menghempaskan apapun di sekitarnya.

Saat itu, entah kenapa dunia terasa melambat.

Aku yang dalam posisi menghadap keutara, melihat ledakan dengan jelas di depanku, yang entah darimana asalnya muncul dan menerbangkan segalanya dengan api besar yang berhembus.

Namun fokusku beralih pada orang yang terhempas dan akan jatuh.

Dan sepersekian detik,

Meraih!

Dan,

Tepukan!

"Aagh!"

Aku tanpa sadar berhasil meraih tangan pria itu, dan menahan tubuhnya dengan satu tangan memegang tambang.

"Waaah!"

Pria itu yang sangat terkejut tidak bisa menenangkan diri, dan berayun di bawah jembatan.

"P... pak... pegang talinya!"

"Ah? Wah! Hah!"

"Pegang talinya!!"

Aku lebih keras, membuat pria itu memegang tali tambangnya dengan erat.

"Yah... hah..."

"Cobalah untuk naik,"

Aku dengan sekuat tenaga menarik pria itu untuk naik, namun sekali lagi,

Ledakan!

Kali ini lebih kuat, dan membuat benda-benda berat seperti pipa logam berterbangan dan melukai pungguku. Namun bukan hanya benda-benda, sekarang diriku sendiri terhempas oleh ledakan itu.

Sekali lagi, dunia terasa melambat.

Mataku menjadi aneh, dan seolah-olah bisa melihat semuanya. Aku menyaksikan pria yang jatuh ke benjolan jembatan, dan benda-benda yang berjatuhan.

Pria itu selamat, namun apa yang belum aku pikirkan adalah hidupku sendiri...

Aku baru menyadari aku terhempas begitu jauh, dan tidak ada sesuatu yang bisa dia gunakan untuk keselamatan.

Sial, apakah aku akan berakhir?

Apakah hanya sampai sini? Jika itu benar...

Apa boleh buat...

Aku sudah menyerah untuk hidup, namun beberapa saat...

Mengeong!

"Huh...?"

Kucing itu...

Aku terpaku pada kucing yang berjalan di udara kearahku. Namun yang paling mencolok adalah, mata emas kucing yang tampak bersinar menatapku.

Tidak yakin apa yang aku rasakan saat melihat wajahnya, tapi untuk pertama kali dalam hidupku, aku melihat seseorang tersenyum hangat padaku.

Tidak sempat untuk memikirkan apa yang terjadi, aku menyaksikan kucing itu tiba-tiba menghilang menjadi asap hitam, yang masuk kedalam tubuhku.

Dan seketika,

Berdentang!

Keramaian!

Ledakan!

Dunia kembali menjadi cepat, dan aku kembali jatuh menukik dengan kepala di bawah.

Dan di saat-saar terakhirnku, sebuah suara bisikan dan bisikan terdengar di telingaku...

"Bahasa asing... bahasa asing..."

"Bahasa asing... bahasa asing..."

Tunggu... apa maksudnya...

Tidak yakin apa yang bisikan itu katakan padaku, dia menggunakan bahasa asing yang belum pernah aku dengar sebelumnya.

Namun entah kenapa, aku merasakan dia mengatakan bahwa kita akan bertemu kembali...

Dan,

[Black Holl!]

*****

"Huff... Ah!"

Terbangun dari tempat tidur, aku terengah-engah dan tertegun sambil merasakan jantungku yang berdetak sangat cepat.

Namun sesuatu terasa aneh, dan aku mulai menatap tangannku. Tapi alih-alih tanganku yang berotot dan kekar, aku menemukan tangan yang begitu kurus dan pucat.

Ini seperti anak anjing sakit yang kelaparan... tunggu... sialan, apakah ini mimpi?

Persetan mana ada orang yang mau bermimpi menjadi anjing kelaparan?!

Gerutuku, sambil mengepalkan tanganku dengan frustrasi.

Ototku... akan lebih bagus... j-jika... aku... bermimpi menjadi mahluk hijau... atau mahluk dengan celana dalam di luar pakaiannya...

Berhenti dalam pikiranku yang terbata-bata, aku memelototi tanganku yang terkepal.

Sensasi ini?

Tunggu...

Berdebar!

"Aku... masih hidup?"

Aku dengan suasana yang berkecamuk lompat dari tempat tidur asing, namun menemukan tubuhku yang lemah, dan,

Jatuh!

"Argh... Tunggu, bagaimana bisa... dan dimana ini?"

Aku yang tampak bingung mengabaikan rasa sakit dan bangkit kembali dengan tubuh bergetar, dan melihat sekeliling.

Sebuah ruangan yang tampak sederhana, di hias dengan dinding putih yang di ukir. Ruangan tampak sederhana, namun rapih dan indah.

Tapi dimana ini?

Surga...

"Tunggu, apakah ini surga?!"

Aku terbelalak dan panik. Karena bagaimanapun aku tidak menyangka surga adalah sesuatu yang biasa seperti ini...

"Ah? Ini mimpi..."

Aku menjadi cerah setelah mengatakan itu, sebelum mencubit pipiku dengan keras.

"Aw!"

Terkejut dengan rasa sakit yang sangat jelas seperti diriku yang sedang mengepalkan tangan, atau terjatuh, aku mulai menggosok pipiku yang sakit.

"Brengsek, ini bukanlah mimpi..."

Berdebar!

Aku berhenti ketika pandanganku tertuju pada sebuah tirai yang menyembunyikan sebuah balkon.

"Jendela? Kalau begitu ada pintu juga, kan?"

Aku menoleh kesebelah kiri ruangan, dimana sebuah pintu ganda baru di sadari olehku.

"Tapi... aku penasaran, dimana aku..."

Berdebar!

Tidak bisa dijelaskan, jantungku berdetak sangat cepat setiap kali aku melihat sebuah tirai yang menutupi balkon. Dan tarikan aneh menarikku untuk mendekatinya.

Perlahan dan perlahan,

Aku mulai berjalan kearah tirai, dan,

Berdesir!

Aku menggeser tirai, dan seketika,

Berdebar!

Jantungku berdetak takkaruan, sementara mulutku terbuka lebar, dengan ekspresi ternganga.

Aku tidak bisa menjelaskan apa yang aku lihat. Tapi ini bisa di bilang dengan satu atau dua kata...

Dan itu...

"Murni... nyaman..."

"Apakah tempat seperti ini benar-benar ada..."

Aku tanpa sadar menutup mulutku dengan tanganku, mengamati sebuah taman luas.

Terdapat banyak sekali bunga yang di rawat oleh seorang maid yang cantik, dengan jalan blok yang di susun dengan rapih yang terdapat beberapa orang yang berjalan di atasnya, dan juga sebuah kereta kuda hitam di parkirkan di depan sebuah gerbang.

Menerpa,

Angin tampak terasa sejuk dan nyaman di pagi yang cerah ini, membuat susanyan tampak intens.

Dan yang paling mencolok di antara semua itu adalah,

"Apa itu... Tower?"

Sesuatu berwarna hitam menjulang di kejauhan. Namun meskipun jauh itu tampak terlihat begitu besar dan tinggi sampai awan menutupinya.

"Menguasai... dimana aku sebenarnya, apakah aku sedang bermimpi... atau sesuatu yang lainnnya..."

"...O,omong-omong... entah kenap... badanku... terasa lebih berat dan lemah... dan apa-apaan rasa sakit itu? apakah terjadi sesuatu? Sensasi ini jelas bukan mimpi..."

Aku yang terlalu bingung untuk berpikir keras, memegang kepalanya yang pusing, dan berbalik.

"A-ah... aku tahu... mungkin ini karena efek fisikologis karena Shock."

"Dan karena itu... ini adalah mimpi yang terasa seperti nyata, tetapi di kenyataan, aku selamat dari kejatuhan dan mengalami koma.... "

Aku seketika berhenti berbicara dan menghentikan langkah pendekku yang imut. Menoleh kekiri dengan ekspresi pucat. Dan entah lupa atau bagaimana, aku menemukan cerimin di kiriku, tepat di sebuah meja rias di sisi kanan kamarku.

Mengabaikan,

"A-ah... kepalaku..."

Aku berpaling dan memegang kepalaku yang benar-benar berdenyut. Aku dengan lembut menenangkan pikiran, dan menekan keningku sebelum menoleh kembali kearah cermin.

Dan,

Tertegun,

Dan,

Bingung,

Dan,

Berdebar!

"Apa-apaan?!"

Tekejut,

"S-siap Kau?!"

Takut,

"...T-tidak mungkin... itu aku?!"

Shock,

"B-bocah kurus, dan terlihat bodoh ini... aku?!"

Hampir mati.

*****

Terimkasih karena sudah, sampai jumpa di episode lainnya membaca~