Bab 02: Ensiklopedia Dunia Ini, Dan Insting Seorang ibu
__________________________________________________
"Sigh... meskipun beberapa hari aku sudah menerimanya, sulit di bayangkan ini aku..."
Meraba,
Aku duduk bersandar di balkon jendela kamarku. Tapi kali ini berbeda, aku sudah membiasakan diriku untuk mengenakan pakaian bangsawan berwarna hitam dengan garis emas di kerah bajunya.
Dengan wajah yang kagum, aku menatap diriku sendiri dari pantulan cermin.
Aku yang sekarang tentu lebih tampan dan memancarkan perasaan yang berwibawa. Tapi sayang ototoku baru berkembang, dan sakit-sakitan seperti anjing keleparan, sehingga membuatku frustrasi setiap aku memikirkannya.
Tetapi orang yang aku ambil tubuhnya, hanya memiliki sedikit memiliki kesamaan seperti diriku yang dulu.
Seperti rambut hitam, dan mata hitam dengan tubuh yang luwes namun sangat lemah, yang bahkan baru di latih beberapa hari ketika aku baru pertama kali menyesuaikan kontrolku pada tubuhnya.
Omong-omong, sepertinya nama dari orang ini adalah Ferdnan Einhard.
Seorang tuan muda lemah yang di lahirkan di keluarga Swordmanship yang cukup terkenal.
Tapi karena orang ini adalah sampah, ibunya terpaksa mengasingkannya untuk tidak terlibat dengan perebut pewaris kepala keluarga.
Dan dunia yang aku tempat saat ini adalah, dunia fantasi. Atau dunia ini adalah, dunia yang masih menggunakan sistem monarik, dan masa dalam peradaban kuno... mungkin itu... ya...
Seperti contoh, tidak ada senjata api disini, dalam perang mereka menggunakan pedang dan sihir.
Satuhal, aku tidak percaya aku terlahir kembali di dunia ini, namun aku lebih tidak percaya lagi ada sebuah sihir di dunia ini.
Tapi meskipun begitu...
Berdiri dari kursiku, aku menyandarkan tanganku kebalkon, dan menatap menara yang berada di kejauhan, dan bergumam,
"Tower Fantasy,"
Itulah yang semua orang disini sebut untuk benda sebesar itu. Dan itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa dunia ini terdapat sebuah sihir yang hanya ada dalam dongeng.
Dan... mari kita beralih pada sejarah ensiklopedia tentang dunia ini, yang aku baca baru-baru ini di ruang kerjaku...
Ketukan! Ketukan!
"Tuan, kereta anda sudah siap."
Suara yang merdu dan sopan memanggilku dari belakang.
Berbalik,
"Baik, ayo berangkat."
Aku pergi meninggalkan balkon, dan berjalan bersama pelayanku keluar dari ruangan kamarku.
Kembali pada sejarah,
Tower Fantasy sudah ada selama ribuan tahun, setelah peperangan besar melawan iblis yang mengivasi dunia. Dan terletak di sebuah pulau Gornus di selatan.
Banyak para peneliti arkeolog dari dunia ini mencoba untuk meneliti dan menghancurkan bangunan itu.
Tapi usaha mereka sia-sia, karena bahkan tidak ada pintu untuk memasuki menara itu, dan bangunan terbuat dari komponen matrial yang sangat kokoh, bahkan bisa menahan benturan meteorit yang di lancarkan oleh penyihir atau mereka sebut sebagai, "Mage".
Namun arkeolog dunia ini yakin, bahwa itu adalah sarang iblis yang suatu hari akan menginvasi dunia ini lagi.
Tentu kabar itu tidak di sebarkan, karena tidak ada yang menginginkan keributan dan kepanikan dari setiap penduduk. Dan secara diam-diam, lima kerjaan besar mulai memperkuat para pasukan mereka untuk perang besar melawan iblis yang akan datang.
Namun suatu hari, sesuatu yang tidak terduga muncul di sebuah kaki menara. Itu sebuah "gate" atau portal masuk menara yang menghadap ke-utara.
Namun secara tidak terduga, Gate juga muncul di lima kerajaan besar dan membuat orang-orang ketakutan.
Tentu saja itu membuat ribuan prajurit berbondong-bondong di kerahkan oleh raja-raja mereka, dan bersiap untuk melawan iblis yang akan keluar.
Namun apa yang keluar dari sanah bukanlah apa yang mereka pikirkan.
Mereka sejenis dari spesies mereka, yang secara bersamaan keluar dari portal. Tepat ada 9 orang yang keluar dari portal, dan mereka keluar dari portal secara acak, bahkan portal akan menempatkan kesembilan orang itu dengan menyesuaikan spesies dari jenis mereka.
Sejak mereka datang, tidak ada permusuhan atau penyerangan. Dan saat di introgasi, mereka memanggil dirinya sebagai,
"Player!"
Apakah ini sejenis dunia game atau bukan. Jelas bukan, karena ini adalah hal yang nyata.
Semua yang mendengarnya tidak tahu apa itu, tapi taklama sejak kedatangan mereka, sesuatu yang mereka bawa membuat perubahan pada peradaban yang kuno ini.
"Sistem Kebangkitan!"
Itulah salah satu yang mereka bawa, yang merubah dunia ini.
Sejara mencatat ada ratusan orang yang di pilih oleh sistem, dan mereka di culik menggunakan kekuatan yang di sebut, "Black Holl".
Kata-kata itu, tentu sangat familiar bagiku, namun karena kesadaraku menghilang di akhir kehidupan pertamaku, aku tidak tahu apa itu dan seperti apa bentuknya.
Tapi, apa yang sejara sebutkan sebagai Black Holl adalah semacam lubang hitam yang menyerap segala sesuatu di sekitar mereka.
Dan memindahkan orang-orang yang mereka culik kedalam tower lantai satu. Sebuah lantai yang mereka sebut, sebagai
"Lantai Tutorial Tower."
Belum berhenti sampai disitu, introgasi terus berlanjut dimana salah satu player menjelaskan bahwa
ada banyak monster di dalam sanah. Namun disana juga terdapat harta yang berlimpah, yang bahkan sebuah pendeta yang ta'at, akan tergiur oleh harta disana dan mati-matian untuk mendapatkannya.
Namun tidak ada yang bisa memasuki tower, kecuali mereka seorang player. Tapi setelah arkeolog mencoba berbagai cara untuk menjadikan manusia sebagai player, itu hanya sia-sia. Dan tidak ada cara lain untuk bisa menjadi player, kecuali mereka mengandalkan keberuntungan untuk di culik oleh Black Holl.
*****
"Tuan, kita hampir sampai!"
Sebuah kusir kuda mengumumkan, aku yang memiliki pikiran dan kekhawatiran mulai menatap playan di sisiku yang tidak nyaman mulai menggeser dan menjaga jarak dari tuannya.
Emily Milviewe, itulah namanya. Gadis playan pribadi Ferdnan, pemilik dari tubuh ini sebenarnya.
Gadis ini tidak seperti gadis yang lain, dia memiliki kulit putih hampir seperti pucat. Dengan rambut hitam legam yang di tata, dan Mata kuning begitu cerah seperti batu permata, dia telihat cantik dan feminim.
Bukan hanya itu, dia memiliki sifat lemah lembut dan tidak ingin mengecewakan tuannya.
Tapi penampilannya itu, membuatku pernah melihatnya... atau hanya sekedar mirip, aku tidak tahu...
"Emily..."
"Hiek!"
Emily yang canggung tersentak dan menatapku sepersekian detik sebelum menghadapnya dengan wajah tertunduk dan pucat.
Dia takut?
Ya, itu jelas karena pemilik tubuh ini sebelumnya selalu kasar padanya.
Setelah aku sampai terbangun di dunia ini, Emily lah orang yang pertama masuk kekamarku.
Karena aku tidak tahu siapa aku dan siapa dia, aku hanya bisa ber pura-pura kehilangan ingatan.
"Apa?! T-tuan... mungkinkah kamu kehilangan ingatan... hiks... tuan yang malang, sudah kuduga kecelakaan itu melukai kepalamu."
Kecelakaan pantatmu! jelas yang aku alami adalah sebuah tragedi yang tidak terduga.
Tapi kebetulan macam apa ini, karena sebelumnya pemilik ini jatuh dari tangga dan koma selama tiga hari, dan tanpa di duga aku mengambil alih tubuhnya.
Jadi selama kebetulan itu, aku menggunakan kesempatan itu untuk mengumpulkan informasi. Sebelum menjelaskan siapa diriku, Emily memperkenalkan dirinya dulu padaku.
Dimana dia adalah gadis tunawisma yang berumur 3 tahun saat itu, di bawa oleh Ferdnan muda yang berusia 6 tahun. Meskipun aku tidak mendengar detail lainnya bagai mana Ferdnan dan Emily tumbuh darinya.
Namun saat aku bertanya pada penjaga rumah di rumahku, Ferdnan diyakini adalah pria muda yang baik hati dan sangat lembut kepada Emily.
Namun saat usianya 13 tahun, Ferdnan sering di kucilkan oleh keluarganya dan di cap sebagai tuan muda sampah. Juga, dia memiliki keselahpahaman kepada ibunya yang mengasingkan dirinya demi kebaikannya sendiri. Karena itu, kebencian mulai tumbuh dalam hatinya, dan dia selalu melampiaskan amarnya pada Emily.
Namun Emily yang selalu sabar, melayani tuannya sepenuh hati tanpa mempedulikan perilaku tuannya...
Bocah sialan...
Aku tahu perasaanya, namun dia berani sekali memperlakukan gadis polos ini dengan kasar...
"Emily?"
Tesentak,
"Ya, Tuan? Apakah saya harus..."
Aku dengan lembut meraih tangannya yang memiliki memar yang hampir sembuh, dan dengan lembut membelainya.
"Apakah ini karena perbuatanku?"
"Erm... m..."
Emily yang sedang mencari alasan tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa.
Namun setelah memikirkannya kembali, aku melepaskan tangannya dan melihat keluar jendela kaca.
"Apakah kita sudah berada di wilayah Einhard?"
Aku bertanya pada Emily dengan wajah bersalah. Karena bagaimanapun, kesalahan yang pemilik ini buat, harusku tanggung dan aku harus bertanggung jawab atas kesalahannya.
"Benar, dan taklama lagi kita akan sampai di kediaman rumah anda yang sebenarnya."
Jawabnya sambil mengikutiku mengamati kota yang ramai dan indah.
Mendengar jawabannya, aku perlahan mulai mengingat status keluargaku yang di jelaskan oleh Emiliy.
Sebuah keluarga yang memiliki gelar "Duke", di angkat oleh sebuah kerajaan Avalon. Dimana kerajaan ini termasuk 5 kerajaan besar, tepat di utara.
Dan kami tinggal di wilayahnya, dan memimpin kota kecil... tapi... Di pikir-pikir lagi, ini terlalu besar untuk standarku yang tinggal di kota kecil...
Setelah berlama-lama, akhirnya aku melihat kediaman keluarganya.
"Itu..."
Sesuatu yang belum pernah dia lihat mulai membuatku kagum.
"Besar..."
Utulah yang hanya bisa aku katakan.
Gerbang membentak di antara sebuah tembok yang setinggi sepuluh meter dan membentang ratusan meter di kedua sisi sayap. Dan itu berbeda dengan gerbang mansion yang dia tempati. Ini lebih megah dan luar biasa.
Dan saat kereta mulai memasuki taman, itu luasnya hampir menyamai lapangan sepak bola.
Di sepanjang jalan blok yang lebar dan di susun menuju mansion di setiap sisi terdapat deretan patung air mancur yang di ukir menggunakan batu marmer.
Berhenti,
Kereta berhenti sebelum kusir membukan pintu.
"Ayo, Emily."
"Baik, tuan."
Emily yang sudah siap mulai turun sebelum berbalik menunggu tuannya.
Taklama setelahnya, aku menyusul sambil memegang tangan Emily yang di ulurkan padaku.
Ini adalah cara para bangsawan hidup, maupun di luar atau di dalam, dan sebelum perjalanan kesini aku sudah berlatih di kediaman dengan bimbingan Emily yang selalu canggung.
Omong-omong, kenapa sepi sekali?
Aku melihat area di sekitar, dimana tidak ada orang yang menyambutku seperti yang Emily ceritakan.
Apakah karena aku tidak pantas, atau tidak di anggap. Tapi penjaga di luar gerbang mengizinkanku masuk.
"Kenapa kamu datang?"
"Hm?"
Suara mengalihkan perhatianku, dan saat aku menoleh,
Berdebar!
Perasaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya terasa kembali olehku. Sementara mataku menatap seseorang di depanku, tepat berdiri di depan pintu ganda dengan pelayan di sisinya.
Tatapan yang seperti itu, apakah aku pernah merasakan sebelumnya?
Wanita di depannya terlihat dingin, memiliki rambut hitam legam, yang kontras dengan dengan matanya, dan pakaian mewahnya yang di hiasi dengan embel-embel mawar merah.
Tapi dia memiliki ekspresi yang tidak terbaca. Namun sorot matanya berbeda, yang entah kenapa aku bisa merasakan tatapannya.
Kasih sayang, Kerinduan, dan kekhawatiran, ini baru pertama kali dia melihat orang yang benar-benar memiliki kasih sayang yang sangat besar padaku, lebih dari Emily atau seseorang yang dia lupakan.
"Tuan..."
Emily menarik-narik sisi bajuku dengan lembut. Dan aku memiringkan kepalaku ketika wanita itu berjalan mendekat.
"Eh?"
Sesuatu akhirnya teringat olehku.
"Mungkinkah..."
Rambut hitam, mata hitam, dan tubuh yang seperti seorang gadis remaja lapan belas tahun.
Terlepas dari penampilannya yang telihat beberapa tahun lebih tua dariku, akhirnya aku menyadarinya.
Gloria Einhard, dia adalah...
"Mama..."
Suaraku menghilang, ketika,
Memeluk,
Dan,
Mengendus!
"Bukankah sudah kubilang... kamu tidak perlu datang untuk menghadiri pertemuan keluarga?"
Gloria memelukku dengan erat, dan airmata yang jatuh dari matanya. Ekspresi tenang yang selalu dia pasang akhirnya pecah menjadi isak tangis kecil.
"Sebenarnya, aku merindukanmu, mama..."
Itu hanya sebuah alasan, namun tubuh ini mengatakan segalanya, sebelum aku memeluknya.
Memeluk,
Dan,
Terkejut,
Ada kejutan dari tubuhnya, namun aku yang tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini, dengan nyaman memeluknya dengan erat.
Seorang ibu... kah, tidak buruk...
Aku melepaskan pelukanku, ketika ibuku berhenti menangis, sebelum melihat penampilannya.
Dia masih setengah sedih, dan juga setengah... terkejut.
Dia menatap putranya dengan mulut yang terbuka di balik jari-jari tangannya yang nyaris tidak bisa menutupinya.
Begitu juga yang lain, terutama pelayan Gloria dan pelayanku.
"Mama, jika kamu memasang ekspresi seperti itu, serangga bisa saja masuk kedalam mulutmu..."
Meraih,
Gloria tanpa pemberitahuan, memegang tanganku dengan erat di satu tangan, sementara tangan yang lainnya menempel di dahiku..
Ada sedikit rasa malu dalam diriku setelah melihat ibuku, namun aku tidak menolak sebelum menatap ibuku yang sekarang memiliki ekspresi cemas.
"Kamu... tidak demam, kan?"
Dia menatap mataku sejenak, sebelum ibuku menelusuri wajah putranya. Setelah berlama-lama, dia akhinya mulai berkata.
"Apakah kamu benar-benar... Ferdnan?"